Sukses


7 Pemain Asal Makassar yang Sukses Dalam Perantauan: Dari Marwal Iskandar, Isnan Ali sampai Hamka Hamzah

Bola.com, Makassar - Sejak berdiri pada 1915, PSM Makassar dikenal sebagai klub tertua yang tetap eksis di kompetisi tertinggi sepak bola tanah air. Tradisi juara yang kental melekat membuat Juku Eja selalu dihuni materi pemain yang tak hanya memiliki kualitas tapi juga militansi di lapangan.

Itulah mengapa sejak era perserikatan sampai Liga Indonesia, tak mudah buat seorang pemain berkostum Juku Eja. Alhasil, banyak pemain yang sejatinya punya potensi hebat tapi memilih berkarier di luar Makassar.

Menariknya, di perantauan, nama mereka justru menjulang bersama klub masing-masing. Selain meraih sukses dengan trofi juara, malah ada yang menembus tim nasional. Di era Perserikatan dan Galatama, ada sejumlah nama yang menonjol seperti M. Basri (Pardedetex), Ronny Pattinasarani, Simson Rumah Pasal (Warna Agung), Dullah Rahim, Mallawing, Yusuf Malle, Hanafing (Niac Mitra), Andi Lala, Suaeb Rizal (Persija Jakarta) dan Nasir Salassa (UMS 80).

Di era Liga Indonesia yang merupakan kompetisi hasil penyatuan Perserikatan dan Galatama, jumlah pemain asal Makassar yang memutuskan jadi perantau malah lebih banyak. Apalagi, tuntutan prestasi di era profesional membuat PSM lebih terbuka dengan kehadiran pemain luar Makassar.

Termasuk pemain asing yang mulai berdatangan ke Kota Daeng sejak musim 1995-1996. Ketika PSM meraih trofi juara Liga Indonesia 1999-2000, hanya empat pemain asli Makassar yang masuk dalam daftar starter yakni Syamsuddin Batola, Yusrifar Djafar, Ronny Ririn dan Yuniarto Budi.

Fenomena ini membuat pemain muda Makassar memilih klub lain. Potensi dan tekad yang kuat membuat mereka justru mendulang sukses dan malah ada yang menembus skuat tim nasional senior. Siapa saja mereka? Berikut Bola.com mencatatkan setidaknya ada 7 nama.

Saksikan Video Pilihan Kami:

2 dari 8 halaman

Marwal Iskandar

Marwal Iskandar menjadi bagian dari skuat PSM ketika meraih runner-up Liga Indonesia 1995-1996. Tapi, peran gelandang bertenaga kuda ini hanya sebagai pelengkap karena saat itu masih ada Ansar Razak juga anggota skuat timnas Indonesia di Piala Asia 1996.

Marwal pun memutuskan berlabuh di Persikota Tangerang. Di klub barunya itu, nama Marwal mulai dikenal setelah membawa Persikota menembus semifinal musim 1999-2000.

Prestasi terbaik Marwal adalah membawa Persipura Jayapura juara Liga Indonesia 2005. Meski tidak pernah membela timnas, nama Marwal dikenang sebagai satu-satunya pemain yang pernah memperkuat enam klub besar eks Perserikatan.

Selain PSM dan Persipura, Marwal tercatat pernah berkostum PSMS Medan, Persija Jakarta, Persib Bandung dan Persebaya Surabaya

3 dari 8 halaman

Sunar Sulaiman

Sunar Sulaiman bersatus pemain muda ketika memperkuat PSM pada musim 1997-1998. Menit bermainnya pun tak banyak. Namanya mulai dikenal ketika hengkang ke Barito Putera.

Empat musim bermain bersama Barito mematangkan kemampuan teknik Sunar sebagai stoper. Berkat aksinya bersama Barito, Sunar masuk skuat timnas senior di Piala Kemerdekaan 2000 dan timnas U-23 di Sea Games 2001.

Pada tahun 2004, Sunar melanjutkan petualangannya bersama dArema Malang yang kala itu dilatih Benny Dollo. Bersama Arema, Sunar dua kali meraih trofi juara Copa Indonesia. Selepas dari Arema, Sunar memperkuat Persela Lamongan dan Persita Tangerang.

4 dari 8 halaman

Isnan Ali

Perjalanan karier Isnan Ali nyaris sama dengan Sunar. Bersama rekan satu angkatannya itu, Isnan mengawali karier profesionalnya bersama Barito pada 1999.

Pada 2001, Isnan masuk skuat timnas U-23 pada Sea Games 2001 bersama Sunar. Setahun kemudian, Isnan sudah jadi bagian timnas senior pada kualifikasi Piala Dunia 2002. 

Pencapaian terbaik Isnan bersama klub yang dibelanya terjadi ketika ia berkostum Sriwijaya FC. Bersama klub Palembang itu, ia meraih trofi juara Liga Indonesia 2007-2008 serta tiga kali juara Piala Indonesia yakni musim 2007–2008, 2008–09 dan 2010.

Selain Barito dan Sriwijaya, Isnan juga tercatat pernah memperkuat Persib Bandung, Persita Tangerang, Persidafon, Mitra Kukar dan Martapura FC. Di klub terakhir, ia kini menjadi asisten pelatih.

5 dari 8 halaman

Zulkifli Syukur

Zulkifli Syukur adalah termasuk talenta terbaik Makassar untuk posisi bek sayap. Tapi, namanya justru menjulang bersama berbagai klub luar Makassar.

Setelah memperkuat Persim Maros di Divisi 1 (Liga 2), Zulkifli mengawali petualangannya dengan berkostum PKT Bontang jelang musim 2006-2007. Keputusannya bergabung di PKT terbukti benar.

Dia masuk pantauan manajemen timnas U-23 yang akan berlatih di Belanda. Usai memperkuat skuat timnas U-23 di Asian Games 2006, nilai tawar Zulkifli makin besar. Ia pun menerima tawaran Persmin Minahasa yang saat itu sangat berambisi unjuk kemampuan di kompetisi kasta tertinggi tanah air.

Selepas dari Persmin, Zulkifli hengkang ke Arema Indonesia jelang musim 2009-2010. Di klub asal Malang inilah, Zulkifli meraih trofi juara Liga Indonesia. Pada tahun yang sama, ia dipanggil memperkuat timnas senior di Piala AFF 2010.

Selain PKT, Persmin dan Arema, Zulkifli pernah berkostum Persib Bandung, Mitra Kukar dan Borneo FC. Pada 2017, Zulkifli akhirnya kembali ke Makassar pada usianya yang sudah kepala tiga. Bersama PSM, Zulkifli meraih trofi juara Piala Indonesia 2018-2019.

6 dari 8 halaman

Hamka Hamzah

Hamka Hamzah adalah stoper papan atas yang masih beredar di Liga Indonesia. Ia memulai karier profesionalnya dengan bergabung ke PSM saat usianya masih 17 tahun di Liga Indonesia 2001-2002. Tapi di Juku Eja menit bermainnya tak banyak.

Karena di posisinya masih ada dua pemain senior, Jet Donald Laala dan Ronny Ririn plus bek asal Kamerun, Joseph Lewono. Itulah mengapa usai membawa timnas U-20 meraih trofi juara di Piala Hassanal Bolkiah pada 2002, Hamka yang masih berusia 18 memutuskan merantau dengan menerima tawaran Persebaya Surabaya yang saat itu berlaga di Divisi 1 (Liga 2).

Keputusan Hamka meninggalkan PSM tidak salah. Dia membawa Persebaya promosi ke kasta tertinggi Liga Indonesia. Selepas dari Persebaya, Hamka berturut-turut membela sejumlah klub. Di antaranya Persik Kediri, Persija Jakarta, Persisam Putra Samarinda, Persipura Jayapura, Mitra Kukar, PKNS (Malaysia), Borneo FC, Arema Cronus dan Sriwijaya FC.

Dia sempat semusim kembali ke Makassar dengan memperkuat PSM pada Liga 1 2017 lalu kembali bertualang. Kini, di Liga 1 2020, Hamka memperkuat Persita Tangerang.

Raihan trofi juara Hamka terjadi ketika ia memperkuat Persipura Jayapura musim 2010-2011. Ia pun tercatat sebagai bagian timnas Indonesia di Piala AFF 2004 dan 2010. 

7 dari 8 halaman

Asri Akbar

Asri Akbar memang tidak pernah memperkuat tim nasional Indonesia. Tapi, perjalanan karier gelandang kelahiran Gowa, 29 Januari 1984 ini terbilang berwarna.

Dia pernah membela sejumlah klub besar tanah air seperti PSM, Semen Padang, Persib Bandung, Srwijaya, Mitra Kukar, Borneo FC dan Persija.

Saat membela Persija pada Liga 1 2018, Asri akhirnya meraih trofi juara setelah 15 tahun berkarier sebagai pemain profesional. Selain membawa Persija juara, Asri jadi bagian penting Persita Tangerang merah tiket promosi ke Liga 1 musim lalu. Ia kini memperkuat klub Liga 2 lainnya, Persijap Jepara.

8 dari 8 halaman

Abdul Rahman Sulaeman

Abdul Rahman meninggalkan Makassar dan direkrut Diklat Ragunan pada 2004. Ketika usianya masih 16 tahun. Selepas dari Diklat Ragunan, ia memperkuat sejumlah klub.

Di antaranya Persita Tangerang, Pelita Jaya, Semen Padang, Sriwijaya FC, Persib Bandung, Karketu Dili (Timor Leste) dan Bali United. Selama masa perantauan, Rahman tercatat jadi bagian Semen Padang ketika meraih trofi juara Liga Primer Indonesia 2011-2012.

Dua tahun kemudian, Rahman bersama Persib Bandung meraih gelar juara Liga Super Indonesia 2014. Ia juga pernah memperkuat timnas U-23 saat meraih medali perak cabang sepak bola Sea Games 2011.

Jelang Liga 1 2018, Rahman kembali ke Makassar untuk berkostum PSM. Dia menggantikan peran Hamka yang memilih hengkang pada pengujung musim 2017. Bersama PSM, Rahman meraih trofi juara Piala Indonesia 2018-2019.

Video Populer

Foto Populer