Sukses


Simon McMenemy Berencana Bikin Buku tentang Pengalaman Tak Terlupakannya di Indonesia

Bola.com, Jakarta - Mantan pelatih Timnas Indonesia, Simon McMenemy, menceritakan pengalamannya selama berkarier di Indonesia, baik itu yang mengesankan maupun yang mengerikan. Kepada media lokal Aberdeen, Skotlandia, Simon berencana membuat buku yang mengisahkan banyak hal tentang sepak bola Tanah Air.

Sebelumnya pada sesi bincang-bincang di akun YouTube BangBes, mantan juru taktik Bhayangkara FC itu juga telah banyak bercerita soal sepak bola Indonesia. Simon McMenemy menilai, Timnas Indonesia menumpuk banyak masalah, mulai dari dalam hingga luar lapangan.

Saat masih menangani Bhayangkara FC pada 2018, Simon kehilangan beberapa pemainnya yang dipanggil Timnas Indonesia U-23 untuk persiapan Asian Games 2018. Pria berusia 42 tahun itu mengaku sempat kebingungan karena tidak ada pemberitahuan sebelumnya dari PSSI.

"Bisa seharian bahas itu, tapi saya pikir tantangan terbesarnya adalah saat itu tidak ada identitas bagaimana Timnas Indonesia bermain. Banyak permasalahan di luar lapangan. Banyak sekali. Ada tim yang tidak melepas pemainnya. Saya ingat ketika saya melatih Bhayangkara FC. Menuju Asian Games 2018, saya kehilangan banyak pemain," kata Simon.

"Sekitar 2-3 bulan mereka menghilang. Saya tidak tahu kapan mereka kembali. Saya tidak tahu apakah mereka cedera. Tiba-tiba saja mereka menghilang dari latihan dan saya tidak dapat kabar apa-apa. Tidak ada surat. Sms pun tidak ada. Dan saya harus menghubungi langsung pemain itu untuk menanyakan keberadaannya."

"Mereka bilang sedang mengikuti pemusatan latihan Timnas Indonesia, semestinya saya sudah diberi tahu. Oke tidak masalah. Ini bukan salah mereka. Yang penting saya tahu mereka di mana. Ini adalah hal yang perlu diubah dahulu," ucap Simon.

Simon McMenemy juga sempat bercerita soal kariernya di Indonesia kepada media internasional lainnya, seperti Zinc dari Vietnam dan BBC dari Inggris. Ia menceritakan banyak hal tentang hal positif dan negatif dari segala tetek bengek pesepakbolaan Tanah Air, baik ketika menjadi pelatih klub, maupun Timnas Indonesia.

Pada satu artikel di pressandjournal.co.uk, Simon McMenemy disebutkan berniat membuat sebuah buku. Tidak diketahui secara pasti seberapa besar porsi sepak bola Indonesia dalam bukunya kelak. Hanya saja, ia menuturkan sbuah pengalaman menarik saat ia menjadi pelatih.

"Di beberapa stadion, Anda tidak bisa masuk menggunakan bus, Anda harus masuk dengan kendaraan taktis. Bisa rusak kalau menggunakan bus, pemain juga akan terluka karena lemparan batu," kata Simon.

"Suporter juga sudah menunggu di luar stadion untuk merusak bus yang mengangkut pemain. Agar bisa masuk, Anda harus menggunakan tank yang dikelilingi pengawal bersenjata api, langsung ke dalam lapangan."

"Tank itu hanya muat sekitar delapan orang, jadi hanya bisa menampung 5-6 pemain saja. Sungguh gila, tapi passion yang Anda rasakan dari suporter, saat itu bagus maka Anda merasa luar biasa. Saat itu buruk, sangat berbahaya dan keras."

"Ada beberapa laga saat saya melatih di Indonesia, orang-orang meninggal setelah pertandingan. Saya rasa di Skotlandia tak separah itu," ujar Simon McMenemy lagi.

Video

2 dari 5 halaman

Bercerita Tentang Kariernya bersama Bhayangkara FC

Nama Simon McMenemy dielu-elukan oleh banyak pencinta sepak bola Indonesia pada 2017 silam. Bagaimana tidak, gagal di Mitra Kukar dan Pelita Bandung Raya, ia sanggup membawa Bhayangkara FC meraih juara Liga 1 2017.

"Saya berlinang air mata. Dipecat dan harus keluar negeri dulu sebelum kembali ke Indonesia, saya memilih untuk berdiri menantang karena saya bukan cuma pelatih sepak bola berparas lumayan saja. Pelatih muda bertato ini kembali untuk mengguncang kompetisi di sana," kata Simon McMenemy.

Simon McMenemy pun angkat bicara mengenai keberhasilan tim. Menurutnya ketika ditunjuk menjadi pelatih pada awal musim tersebut, Bhayangkara FC begitu mengandalkan Thiago Furtuoso.

Simon McMemeny merasa harus membuat alternatif lain jika bomber asal Brasil itu tidak bermain. "Bos Bhayangkara FC memberi tahu saya, ketika Thiago bermain, kami menang. Dia tidak bermain, kami kalah. Jadi kami harus membangun tim saat Thiago tidak ada di sana," ujar Simon dikutip dari wawancaranya dengan BangBes di YouTube.

"Jadi yang saya lihat pertama kali datang, kami punya banyak pemain muda 'ball player'. Artinya pemain yang bisa passing dan menguasai bola. Ada Evan, Zulfiandi, dan Subo Seto yang sempat diremehkan saat itu. Mereka semua adalah pemain muda yang sangat bagus dalam passing. Hargianto juga. Bahkan mereka pernah bermain bersama cukup lama di Timnas Indonesia U-19. Jadi kami harus memainkan itu. Membangun tim menggunakan kelebihan itu," ucap Simon.

"Itu adalah satu hal yang bagus kami lakukan. Jadi kami mulai siapkan cara bermain supaya bisa menonjolkan hal bagus yang mereka lakukan. Akhirnya kami bermain dengan formasi 4-4-2 diamond. Sangat dekat di tengah. Di mana mereka bisa saling mengoper bola. Bola selalu bergerak," tutur Simon McMenemy.

 

3 dari 5 halaman

Pengaruh Politik dan Uang di Sepak Bola di Indonesia

Bhayangkara FC sebagai juara Liga 1 2017 seharusnya berhak mengikuti kompetisi antarklub Asia. Namun kenyataannya, tim yang terbentuk pada 2010 itu tidak boleh ikut serta karena masalah lisensi.

Simon McMenemy sebagai seorang profesional tentu heran dengan hal tersebut. Apalagi setelah mengetahui petinggi Bhayangkara FC dan mayoritas stafnya hengkang menuju Persija Jakarta.

"Di sana bukan cuma sepak bola. Selalu ada hal lain, angle lain, entah itu kekuatan, politik, pengaruh, dan uang. Sebagai pelatih di sana, Anda harus berdamai dengan semua itu kalau mau terus bekerja di sana," sindir McMenemy

 

4 dari 5 halaman

Derita di Timnas Indonesia

Lima kekalahan Timnas Indonesia yang diderita di Kualifikasi Piala Dunia 2022 membuat Simon McMenemy harus angkat kaki dari kursi kepelatihan. Menurutnya, tekanan menjadi pelatih Timnas Indonesia sangatlah berat.

"Saat Anda menang, Anda akan merasa fantastis, tapi saat kalah, itu adalah mimpi buruk," sambung Simon McMenemy dinukil dari pressandjournals.co.uk.

Simon McMenemy masih kecewa dengan periode kepelatihannya di Timnas Indonesia. Arsitek asal Skotlandia itu sempat merasa frustrasi karena terus-terusan dihakimi oleh suporter lantaran serangkaian hasil buruk di Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia.

Simon dipecat PSSI dari posisinya pada November 2019 setelah hasil memalukan Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia. Andritany Ardhiyasa dkk. menelan lima kali kekalahan beruntun.

"Sebagai pelatih, saya rasa ada banyak pelatih di dunia ini yang lebih baik dari saya dalam hal taktik, melihat sesuatu di lapangan, dan saya suka percaya berdasarkan pengalaman saya. Saya bagus dalam membangun tim. Bagus dalam menyatukan pemain. Bagus dalam mencoba mengeluarkan kemampuan terbaik pemain," ujar Simon dalam wawancaranya di YouTube BangBes.

Kekecewaan Simon didasari oleh penilaian buruk dari para pendukung kepadanya hanya berdasarkan hasil. Padahal, mantan pelatih Bhayangkara FC ini telah berusaha untuk mengubah wajah Timnas Indonesia melalui caranya dalam melatih.

"Dan itu tidak berarti kita bisa menghakimi orang lain hanya selama 90 menit. Apa yang membuat saya frustrasi sebagai pelatih adalah orang-orang tidak bisa melihat langsung saya bekerja. Mereka hanya melihat produk hasil kerja saya. Mereka melihat 11 pemain mempraktekkan apa yang saya latih dalam sepekan. Tapi saat itu juga saya tidak bekerja. Saya hanya duduk menonton seperti para suporter," tutur Simon.

"Tapi orang-orang tidak secara langsung melihat saya bekerja di lapangan latihan. Mereka tidak melihat hal yang coba saya ubah. Apa yang sedang saya siapkan. Mereka tidak melihat persiapan saya dengan Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia. Saya mencoba membuat lebih profesional," imbuhnya.

 

5 dari 5 halaman

Merasa Masih Layak Melatih Timnas Indonesia

Kekalahan demi kekalahan yang didapat Timnas Indonesia di bawah arahan Simon McMenemy membuat desakan kepada dirinya untuk mundur selalu menggema, baik di stadion mau pun lini masa.

Meskipun mendapatkan desakan mundur, namun Simon McMenemy tetap bergeming dengan pendiriannya. Pelatih asal Skotlandia itu menyebut dirinya masih menjadi sosok yang layak untuk memimpin Timnas Indonesia.

Teriakan 'Simon Out' paling santer terdengar ketika ditumbangkan Thailand dengan skor telak 0-3 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Apa reaksinya?

"Apakah saya masih layak melatih Timnas Indonesia? Tentu saja. Suporter tentu punya pendapat pribadi, tapi saya di sini mewakili 250 juta penduduk Indonesia dan tidak semua memiliki opini yang sama tentang saya," kata Simon McMenemy usai laga.

Sumber: Pressandjournals.co.uk, BBC, YouTube/BangBes

Video Populer

Foto Populer