Sukses


Perjuangan Tim Bisnis PSS dan PSIS Bertahan di Tengah Pandemi COVID-19

Bola.com, Sleman - Pandemi virus corona memberikan dampak besar hampir di semua sektor kehidupan, termasuk sepak bola. Tidak adanya kompetisi membuat usaha lain yang dijalankan klub ikut lesu.

Wabah COVID-19 merebak di Indonesia sejak akhir bulan Februari lalu. PSSI menghentikan seluruh jalannya kompetisi di seluruh divisi. 

Klub jelas sangat terpukul, karena tidak menerima pemasukan sama sekali dengan vakumnya kompetisi. Dengan pendapatan yang nyaris nol, mereka masih memiliki tanggung jawab memberikan hak para pemain, pelatih, maupun ofisial, sesuai dengan kesepakatan kontrak.

Klub tidak mendapat pemasukan yang biasanya diperoleh dari tiket pertandingan. Hal lain yang dapat dimaksimalkan sebagai sumber pendapatan adalah penjualan merchandise.

Keuntungan dari bisnis merchandise cukup besar, meski masih di bawah pemasukan tiket penonton. Sayangnya, pandemi COVID-19 juga ikut membuat bidang bisnis terdampak. Rata-rata, seluruh tim peserta Liga 1 2020 mengalami penurunan yang signifikan perihal penjualan merchandise mereka.

Dua tim Liga 1, yakni PSS Sleman dan PSIS Semarang, sama-sama merasakan dampak besar dari pandemi. Penjualan jersey masing-masing tim yang menurun drastis. Manajemen kedua tim harus berusaha keras mempertahankan potensi merchandise di tengah pandemi COVID-19.

Video

2 dari 3 halaman

Pengaruh Tidak Ada Pertandingan

Penjualan jersey PSS Sleman pada awal Shopee Liga 1 2020 mengalami penurunan signifikan. Manajer bisnis apparel Sembada, Hasbi Sirajudin mengatakan, ada penurunan sampai 30 persen.

Faktor utama yang menjadi penyebab adalah tidak adanya aktivitas pertandingan. 

"Bulan Maret mengalami penurunan pada kisaran 30 persen, karena masih ada tiga pertandingan di awal yang sangat membantu. Lalu memasuki April sampai Juni kemarin, pastinya ada penurunan lebih besar," ungkap Hasbi kepada Bola.com.

Di PSIS juga sama. Bisnis merchandise yang dikelola manajemen tim Mahesa Jenar juga merosot tajam hingga 95 persen.

Barang-barang di store resmi tidak laku.

"Cukup sulit mencari gebrakan untuk menaikkan penjualan. Seperti toko tidak boleh dibuka, kemudian tidak ada aktivitas latihan maupun pertandingan," tutur CEO PSIS, Yoyok Sukawi.

3 dari 3 halaman

Jual Online

Meski demikian, PSS dan PSIS masih menjalankan roda ekonomi dari potensi merchandise mereka. Selain tetap menjual produk merchandise secara langsung di toko, mereka menjual secara online.

"Toko memang buka, tapi ada pembatasan sebagai bentuk social distancing. Makanya kami stimulus via online, agar tidak harus datang ke store kami," lanjut Hasbi.

Hal senada disampaikan oleh Yoyok. Menurutnya, penjualan melalui online menjadi cara yang paling bisa diandalkan.

"Sekarang kami hanya bisa jual online. Paling tinggal 5 persen pendapatan dari online itu. Semua harus memaklumi karena saat ini yang dibutuhkan adalah kesehatan dan kebutuhan hidup," bebernya.

PSS dan PSIS berharap wabah virus corona segera berakhir. Jika roda kompetisi kembali berjalan seperti sedia kala, antusiasme pendukung bakal kembali menggeliat.

Video Populer

Foto Populer