Sukses


Aji Santoso Blak-blakan Cerita Alasan Kepindahan Kontroversial dari Arema ke Persebaya Jelang Musim 1996-1997

Bola.com, Jakarta - Pencapaian Aji Santoso sebagai pemain terbilang lengkap. Di era Galatama, Aji Santoso membawa Arema Malang juara musim 1992-1993.

Pada era Liga Indonesia, ia jadi bagian sukses Persebaya Surabaya dan PSM Makassar meraih trofi juara. Masing-masing pada musim 1996-1997 dan 1999-2000. Di level tim nasional Indonesia, Aji Santoso jadi bagian skuat Merah Putih meraih medali emas cabang sepak bola Sea Games 1991 di Filipina.

Aji juga pernah mencatatkan diri sebagai pemain dengan rekor transfer termahal. Itu terjadi ketika ia memutuskan meninggalkan Arema menuju Persebaya jelang musim 1996-1997.

Proses kepindahaan inilah yang sempat menuai protes dari Aremania yang tak rela pemain kesayangan mereka pindah ke klub rival. Pada channel youtube Official Persebaya, Aji menceritakan betapa sulitnya dia mengambil keputusan saat itu. Sebagai putra asli Malang, ia tentu mencintai Arema.

"Tapi, saat itu, saya sudah bertekad menjadikan sepak bola bukan sekadar hobi tapi juga sumber kehidupan. Apalagi saat itu, saya juga baru menikah." kenang Aji.

Aji mengungkap momen yang tak bisa ia lupakan di balik kepindahannya itu. "Saat resepsi pernikahan saya sedang berlangsung. Tiba-tiba puluhan Aremania menggelar spanduk yang isinya menolak saya pindah ke Persebaya. Saya tidak marah, saya paham dan mengerti kecintaan mereka terhadap saya. Mereka melakukan itu karena tidak tahu alasan saya," papar Aji Santoso.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

2 dari 3 halaman

Membantu Arema yang Dilanda Krisis Finansial

Menurut Aji, selain ingin melanjutkan karier lebih baik, ia sebenarnya membantu manajemen Arema yang tengah mengalami krisis finansial.

"Saya pindah ke Persebaya dengan nilai transfer Rp50 juta. Nilai itu cukup untuk biaya operasional Arema 4-5 bulan. Ketika di Arema, gaji saya saja hanya Rp125 ribu per bulan. Padahal saya sudah berstatus pemain timnas," ungkap Aji.

Selain alasan di atas, perhatian manajemen Persebaya saat itu yang intens menghubunginya kian menguatkan tekad Aji untuk pindah.  Apalagi ketika Persebaya mengutus Soeroso dan Iswadi Idris menemui Aji di rumah mertuanya di Malang.  "Saya diberikan banyak gambaran dan rencana Persebaya."

Perlakukan manajemen dan pelatih Persebaya kepada Aji terbilang baik. Meski datang dari klub rival, Persebaya tetap menyematkan ban kapten kepada Aji. "Alasannya mereka telah lama memantau penampilan dan sikap saya," terang Aji.

 

 

3 dari 3 halaman

Pengalaman Pahit dan Trofi Juara

Persebaya yang ditangani mendiang Rusdy Bahalwan memang dinilai pantas juara pada Liga Indonesia 1995-1996. Selain Aji, Bajul Ijo juga dihuni oleh pemain yang berkostum timnas seperti Anang Ma'ruf, Sugiantoro, Khairil Anwar, Uston Nawawi dan Yusuf Ekodono.

Di sektor pemain asing, Persebaya memakai jasa trio Brasil, Justinho Pinheiro, Carlos De Mello dan Jacksen F. Tiago.Perjalanan Persebaya ke tangga juara terbilang lancar.

Mereka juara penyisihan Wilayah Barat dan peringkat pertama Grup A babak 12 Besar. Di semifinal, Persebaya menjungkalkan seterunya, PSM Makassar 3-2.

Pada laga final, Persebaya menekuk juara bertahan Bandung Raya 3-1. Tapi, di musim itu, Aji mengaku pernah mendapatkan momen pahit yakni ketika Persebaya menjamu Persema Malang di Stadion Gelora 10 November.

Status Persema yang saat itu bertengger di papan bawah membuat seluruh elemen tim Persebaya memandang remeh sang tamu. Akibatnya, saat pertandingan, Persema unggul dua gol lebih dulu pada babak pertama, Bonek pun melampiaskan kemarahanya kepada pemain Persebaya.

"Memang skor akhir jadi 2-2. Tapi, itu jadi pengalaman pahit saya saat menjadi pemain Persebaya. Itulah mengapa saat menjadi pelatih Persebaya, saya selalu menekankan ke pemain agar jangan pernah memandang remeh lawan," pungkas Aji.

Video Populer

Foto Populer