Sukses


Cerita Irfan Bachdim Tentang Nasionalisme, Timnas Indonesia, dan Widodo C. Putro

Bola.com, Jakarta - Nama Irfan Bachdim menjulang ketika tampil bersama Timnas Indonesia di Piala AFF 2010. Meski kembali gagal meraih trofi juara di ajang bergengsi di Asia Tenggara ini mendapat apresiasi tersendiri.

Dari tujuh partai yang dimainkan, Indonesia menang pada enam partai dan sekali kalah. Sedang Malaysia yang tampil sebagai juara mencatat 3 kemenangan, 2 imbang dan 2 kali kalah.

Pada ajang itu, Irfan dikenang dengan selebrasinya usai mencetak gol. Satu di antaranya dengan berjoget ala tarian pernikahan di Turki.

"Saya punya seorang teman di Belanda. Dia mendukung dan mendoakan saya tampil baik bersama timnas. Ia pun meminta melakukan selebrasi dengan cara itu kalau memcetak gol," ungkap Irfan pada channel YouTube Hanif dan Rendy Show.

Kenangan di Piala AFF 2010 membuat Irfan tanpa sungkan mengakui tampil diajang itu adalah momen paling berkesan buatnya. Apalagi pada laga perdana di penyisihan Grup A, ia mencetak satu dari lima gol kemenangan Indonesia atas Malaysia.

"Sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Sejak kecil, saat masih bersekolah di Belanda, saya memang punya impian bermain bersama Timnas Indonesia," ujar Irfan.

Irfan bercerita saat menempuh pendidikan dasar di Belanda. Tas punggung yang ia pakai ke sekolah bergambar Garuda dan tulisan Indonesia.

"Saya juga kerap diledek sama teman-teman di sekolah. Di Belanda rasisme sangat kuat. Tapi, saya tidak peduli," kenang Irfan.

Begitu pun ketika ia mulai menggeluti sepak bola dengan memasuki akademi.

"Kala latihan, kalau tampil baik dan mencetak gol, saya tidak pernah mendapat apresiasi dari teman setim. Begitu pun ketika bermain di Liga Belanda," ungkap Irfan Bachdim.

Video

2 dari 3 halaman

Rasisme di Belanda

Menurut Irfan Bachdim, selama bermain di Liga Belanda, ia tetap merasa sebagai orang Indonesia.

"Saya juga bisa mengukur kemampuan diri. Jadi tak pernah sekalipun saya berpikir bermain untuk timnas Belanda baik di level Junior," tegas Irfan.

Ikatan emosional Irfan dengan Indonesia sangat kuat meski lahir di Amsterdam. Apalagi, Noval Bachdim, sang ayah, menanamkan cerita dan budaya Indonesia sejak Irfan masih kanak-kanak. Termasuk berkunjung ke Indonesia saat liburan.

Itulah mengapa Irfan sangat antusias ketika mendapat kesempatan berlatih bersama timnas U-23 yang sedang berlatih di Belanda.

"Saat itu, usia saya masih 16 tahun," ungkap Irfan.

Pengalaman berlatih bersama timnas U-23 membuat Irfan bulat memilih paspor Indonesia saat usianya 18. "Dulu kan saat masih anak-anak, masih boleh memegang dua paspor," tutur Irfan yang berkostum PSS Sleman di Liga 1 2020 ini.

3 dari 3 halaman

Memuji Widodo C. Putro

Selama berkarier sebagai pemain, Irfan Bachdim tercatat dua kali membawa klubnya mencetak prestasi. Pertama, ketika ia mengantar Consadole Sapporo meraih trofi juara Liga 2 Jepang pada 2016.

Di klub Jepang ini, Irfan mengaku mendapatkan segalanya sebagai pemain profesional. Selain kontrak yang lumayan besar, fasiitas yang diterimanya juga baik.

"Malah lebih baik dibandingkan saya bermain di Liga Belanda," ungkap Irfan.

Sepulang dari Sapporo, Irfan memperkuat Bali United pada Liga 1 2017. Pada musim itu, Bali United nyaris menjadi juara. Mereka hanya kalah head to head dengan sang peraih trofi juara, Bhayangkara FC yang sama-sama mengoleksi poin 68.

Irfan mengungkapkan, musim itu kemampuannya tergali optimal bersama Widodo C.Putro yang menangani Bali United.

"Stategi dan visi coach Widodo. Ini yang membuat saya tampil lepas bersama Bali United."

Kenangan baik bersama Widodo jadi alasan Irfan lebih memilih sang mentor dibandingkan Stefano Cugurra Teco. Meski bersama Teco, Bali United meraih trofi juara untuk kali pertama pada Liga 1 2019.

"Visi Teco jauh berbeda dengan Widodo. Jadi, meski tampil baik saat dimainkan, menit bermain saya di era Teco sangat berkurang. Tapi, itu selera pelatih," pungkas Irfan.

Video Populer

Foto Populer