Bola.com, Jakarta - Sosok Kekey Zakaria tak bisa dilepaskan dari era emas Persib Bandung pada 1990-an. Duetnya bersama Sutiono Lamso kala itu menjadi trade mark Maung Bandung saat meraih trofi juara Perserikatan 1993-1994 dan Liga Indonesia 1994-1995.
Ciri khas yang melekat pada pria kelahiran Subang, 5 Mei 1968 ini adalah piawai dalam memanfaatkan duel bola atas.Kelebihan itu membuat Kekey menjelma pemain penting di Persib meski ia terkesan santai kala berakhir di lapangan hijau.
Baca Juga
Deretan Fakta Menarik Jelang Duel Timnas Indonesia U-23 Vs Korea Selatan pada Perempat Final Piala Asia U-23 2024
Ulasan Lini Belakang Timnas Indonesia U-23 Vs Korsel di Piala Asia U-23 2024: Pertahankan Komposisi Terbaik!
Prakiraan Starting XI Timnas Indonesia U-23 Vs Korsel di Perempat Final Piala Asia U-23 2024: Nathan Kembali, STY Punya Opsi Lengkap
Advertisement
Berbeda dengan duet kentalnya di lini depan, Sutiono yang berkarakter eksplosif. Dalam channel YouTube Simamaung, Kekey mengungkap chemistry yang terjalin antara dirinya dengan Sutiono karena sudah tahu karakter masing-masing.
"Itu karena kebersamaan antarpemain dalam latihan atau pertandingan. Padahal, saya sendiri tak pernah satu kamar dengan Sutiono. Biasanya saya sekamar dengan Yudi Guntara atau Dede Iskandar," kenang Kekey.
Kekey menyimpan pengalaman menarik dan aneh bersama Sutiono. Kala itu, Persib menghadapi Barito Putera 1-0 pada semifinal Liga Indonesia 1994-1995 yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta, 28 Juli 1995.
Meski mendominasi pertandingan, Persib kesulitan mencetak gol. Pada satu momen, Sutiono melihat ada sebutir telur di dekat gawang Barito.
"Dengan kaki, saya pun menggeser telur menjauh dari gawang dan Sutiono kemudian membuangnya. Saat itu, saya melihat kiper Barito pucat pasi," tutur Kekey.
Video
Telur Bergeser, Lawan Langsung Lemah
Entah kebetulan atau tidak, setelah kejadian itu, perlawanan Barito agak melemah. Persib langsung mendapat dua kali tendangan penjuru. Pada penjuru terakhir, Kekey mampu memanfaatkannya menjadi gol.
"Bola itu seperti mencari kepala saya, saya pun menyambutnya dengan sundulan dan menjadi gol penentu kemenangan," terang Kekey.
Advertisement
Seperti diketahui, Persib akhirnya mencetak sejarah dengan meraih trofi juara Liga Indonesia edisi perdana dengan mengalahkan Petrokimia Putera 1-0 di laga final, 30 Juli 1995.
Sukses yang melengkapi pencapaian Persib yang sebelumnya meraih gelar pada perhelatan terakhir Perserikatan pada musim 1993-1994.
Advertisement
Kalimat Magis Indra Thohir
Sejarah yang dicetak Kekey bersama Persib tak lepas dari peran sang mentor, Indra Thohir,pelatih legendaris Maung Bandung.
Kekey mengungkap cerita di ruang ganti pemain sebelum pertandingan musim 1993-1994 dan 1994-1995. Menurut Kekey, Indra tak banyak bicara srategi karena kebersamaan antarpemain sudah terjalin lama.
Advertisement
"Pada 1994, Indra hanya bilang, sekarang saatnya mencetak sejarah dengan menjadi peraih gelar terakhir era Perserikatan," ungkap Kekey.
Begitu pun pada 1995, dengan kalimat sedikit berbeda tapi tujuan sama, Indra bilang ke pemain.
"Ini saatnya membuat sejarah yang tak akan mungkin disamai sampai kapan pun yakni menjadi bagian Persib meraih juara di Liga Indonesia edisi perdana. Kita kawinkan gelar Perserikatan dan Liga Indonesia," papar Kekey.
Peran Indra memang berpengaruh besar dalam perjalanan karier sepak bola Kekey. Pada usia 17, Kekey merasakan kompetisi internal Persib bersama klub Pesma FC yang ditangani oleh Indra.
"Saya terpantau oleh Pesma saat masih duduk di bangku kelas tiga SMA di Subang. Kala itu, Pesma berujicoba dengan tim saya, PS Rahayu. Saya mencetak gol dan kemudian ditawari pindah ke Bandung."
Kembali ke Persib
Indra pula yang mengembalikannya ke Persib setelah sempat bertualang ke Gresik memperkuat Persegres dan Petrokimia Putera. Kekey meninggalkan Persib pada 1989 akhirnya kembali berkostum Maung Bandung pada musim 1991-19992.
"Saya masuk ke Persib berkat rekomendasi Pak Indra. Bagi saya, beliau sudah seperti orangtua," kata Kekey yang lekat dengan jersey nomor 18 di Persib ini.
Advertisement
Khusus buat nomor jersey ini, Kekey mengungkapkan alasan memakainya.
"Saya memakai nomor sembilan di Petrokimia. Tapi, di Persib, nomor itu sudah menjadi milik Sutiano. Saya pun memakai nomor 18 yang kebetulan kosong. Sebenarnya ada nomor sepuluh, tapi tidak ada pemain Persib yang berani memakainya termasuk saya," ungkap Kekey.
Seperti diketahui, saat ini, nomor sepuluh melekat pada diri Ajat Sudrajat, legenda Persib yang musim itu hengkang ke Bandung Raya, klub Galatama yang bermarkas di Kota Kembang.
Â
Advertisement