Sukses


4 Duet Mematikan yang Pernah Dimiliki PSIS, Ada Duo Hari Nur Yulianto dan Bruno Silva

Bola.com, Semarang - PSIS Semarang merupakan tim legendaris yang punya rekam jejak menawan di sepak bola Indonesia. Didirikan pada 1932, PSIS pernah merengkuh gelar juara di tahun 1987 dan 1998.

Tim Mahesa Jenar sempat mengalami pasang surut setelah dua masa kejayaan tersebut.  Namun, saat ini PSIS Semarang secara perlahan dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan konsistensinya.

Terutama berkat peran para pemain yang memang menjadi pembeda di klub pujaan Panser Biru dan Snex. Tidak ada salahnya menengok ke belakang tentang kiprah PSIS tak lepas dari peran para pemain yang berkualitas.

Khususnya duet-duet maut yang kerap menghasilkan pundi-pundi gol maupun membuat pertahanan lawan dalam tekanan. Sebagai tim besar dan sejarah panjang, PSIS pernah memiliki barisan duet pemain yang cukup fenomenal.

Kali ini Bola.com menyajikan ulasan menarik yakni siapa saja duet maut yang pernah berseragam PSIS Semarang. Tentunya mereka ini adalah para bomber atau pemain yang menjadi mesin gol lewat kolaborasinya.

 

2 dari 5 halaman

1. Ribut Waidi - Budi Wahyono

PSIS Semarang untuk pertama kalinya membuktikan diri sebagai tim terbaik pada 1987. Menjadi sosok yang paling dikenang adalah Ribut Waidi yang menjadi pemain paling berpengaruh di tim Kota Lunpia.

Tahun 1987 adalah menjadi momen yang paling bersejarah baginya. PSIS keluar sebagai juara Perserikatan yang kala itu diasuh Sartono Anwar. PSIS mampu mempecundangi Persebaya Surabaya dengan skor tipis 1-0, melalui gol Saiful Amri.

Meski tidak mencetak gol saat PSIS juara, Ribut Waidi terpilih sebagai pemain terbaik pada musim 1987. Perjalanan PSIS hingga bisa menjadi juara tak lepas dari kiprah sang pemain bernomor punggung 10 itu.

Selama berseragam Mahesa Jenar, Ribut Waidi mampu melesakkan 21 gol. Rekan setim pada zamannya adalah Budi Wahyono yang sama-sama pemain sayap tak kalah mematikan di PSIS.

Sementara Budi Wahyono tidak bisa dilupakan begitu saja oleh publik sepak bola Semarang. Sama halnya dengan Ribut Waidi sebagai kompatriotnya di PSIS yang sama-sama merupakan pemain sayap.

Kecepatan dan akselerasi yang dimiliki Budi Wahyono membuatnya ikut menjadi pemain kunci PSIS pada saat menjuarai Perserikatan tahun 1987. Ia beroperasi di sektor sayap kiri dan tercatat mengoleksi total 30 gol selama berkostum PSIS.

 

3 dari 5 halaman

2. Julio Lopez - Muhammad Ridwan

Pemain asal Chile yang memiliki kenangan istimewa bersama PSIS, karena menjadi klub pertama yang ia bela di Indonesia pada 2003. Meski sempat pindah ke beberapa klub, ia kembali memperkuat PSIS pada 2007.

Pria yang dikenal dengan nama J-Lo itu memiliki bekal kemampuan sebagai seorang penyerang andal. Ia dikenal sebagai pemain yang punya giringan menawan. Begitu vitalnya peran J-Lo bersama PSIS meski hanya dua musim bermain. Ia mampu mencatatkan total 36 gol selama berkiprah di PSIS.

Kompatriotnya adalah Muhammad Ridwan, meski bukan duet di lini depan. Muhammad Ridwan yang merupakan produk asli binaan PSIS ini dibekali kemampuan skill dengan dribel dan kecepatan berlari.

Tak ayal ia ditempatkan di sektor kanan permainan atau posisi flank. Tidak hanya bertahan sebagai bek kanan, Ridwan juga piawai dalam menyerang melalui sisi kanan. Musim 2005 hingga 2008 merupakan masa emasnya berkarier di PSIS.

Ridwan yang beroperasi sebagai pemain sayap kanan, mampu mengoleksi 20 gol dari 72 penampilan selama tiga musim beruntun.

 

4 dari 5 halaman

3. Emanuel De Porras - Gustavo Hernan Ortiz

Duo pemain Argentina yang begitu dikenang oleh publik PSIS. Meski keduanya adalah pemain yang mempunyai posisi yang berbeda, baik Ortiz dan De Porras seperti tidak bisa dipisahkan.

Ortiz merupakan gelandang serang dengan skill individu yang menawan. Terutama kekuatan kaki kirinya yang spesial. Dirinya kerap membuat keajaiban lewat umpan terobosan terukur, serta umpan silang yang memanjakan barisan penyerang. Ortiz juga mempunyai kepiawaian mengesekusi bola mati.

Sementara, Emanuel De Porras adalah sosok striker berkemampuan komplet. Baik kedua kaki dan duel udara dengan kepalanya sama-sama punya keistimewaan. Pemain kelahiran Argentina dan dilengkapi insting mematikan.

Dibantu Gustavo Ortiz, banyak gol seperti dengan mudah dicetak oleh De Porras. Pundi-pundi gol ia lesakkan baik dengan kedua kaki maupun tandukan kepala yang tak kalah mautnya. Jika ditotal, De Porras mengoleksi 23 gol bersama Mahesa Jenar.

 

5 dari 5 halaman

4. Hari Nur Yulianto - Bruno Silva

Merupakan duet maut paling teranyar yang dipunyai PSIS. Keduanya sama-sama membawa dampak besar bagi penampilan PSIS setidaknya dalam dua musim terakhir di Liga 1.

Hari Nur cukup pantas menyandang predikat ikon di PSIS Semarang. Dirinya sudah berseragam PSIS sejak tahun 2013 silam. Musim 2017, Hari Nur ikut berjasa mengantarkan PSIS naik kasta ke Liga 1.

Kiprah Hari Nur semakin mengkilap, meski harus bersaing dengan pemain lain termasuk barisan pemain asing. Musim 2018 ia sukses melesakkan 12 gol, sementara musim 2019 lalu mengoleksi empat gol. Atau total ia sudah mengoleksi 49 gol untuk PSIS.

Semenjak Bruno Silva tidak kalah produktifnya. Pemain asal Brasil yang tak butuh waktu lama beradaptasi dengan permainan PSIS. Total 21 gol yang berhasil dicatat pemain kelahiran Sao Paulo, Brasil, 14 April 1991.

Performa Bruno Silva begitu garang saat musim perdananya bersama PSIS di tahun 2018. Bruno Silva mampu mencetak 16 gol dan 12 assist dari 31 penampilan. Kemudian saat kembali di musim lalu, ia menyumbang empat gol dari 14 penampilannya. 

Video Populer

Foto Populer