Sukses


Kisah Sudirman, Berganti Posisi karena Alasan Sepele hingga Jadi Andalan di Timnas Indonesia

Bola.com, Jakarta - Pelatih Persija Jakarta, Sudirman, mengawali kariernya sebagai seorang striker. Namun akhirnya, dia berganti posisi menjadi bek dan menjadi andalan di level klub hingga Timnas Indonesia.

Sudirman pertama kali menimba ilmu di PS Angkasa, Pekanbaru pada tahun 1970an. Ketika itu, sang ayah bekerja di TNI Angkatan Udara sekaligus menjadi pelatih di PS Angkasa.

Dia pun lantas mendapat kesempatan tampil bersama POPSI Provinsi Riau pada 1984. Kala itu, Sudirman yang masih duduk di kelas 2 SMP bermain sebagai seorang striker, dan mampu mencetak empat gol dari tiga pertandingan dalam sebuah turnamen di Jakarta.

Memperlihatkan performa yang menjanjikan, Sudirman direkrut untuk bergabung dengan Diklat Medan. Selama dua tahun menimba ilmu di Diklat Medan dari 1984 sampai 1986, Sudirman berganti posisi, dari seorang striker beralih menjadi stopper atau bek.

Keputusan pelatih Diklat Medan untuk mengganti peran Sudirman di lapangan terbilang sepele, yakni tinggi badan. Pasalnya ketika itu, pemain-pemain belakang Diklat Medan terpilih untuk masuk ke Diklat Ragunan di Jakarta. Alhasil, Sudirman yang memiliki tinggi menjulang, digeser menjadi seorang bek.

"Awalnya ketika terpilih masuk ke Diklat Medan masih berposisi sebagai striker pada tahun pertama. Terus tahun berikutnya saya berganti posisi, dan alasannya hanya sepele saja, karena tahun pertama ada pemain-pemain belakang diklat Medan itu terpilih masuk ke Diklat Ragunan," ujar Sudirman di chanel YouTube Persija Jakarta.

"Ada Toyo Haryono, Rembalam Peranginangin, Arif Baladia, kemudian ada Iwan Setiawan masuk ke Diklat Ragunan. Kemudian pada tahun berikutnya, pemain-pemain yang tinggi di belakang itu sudah habis di sana."

"Saya berposisi striker termasuk tinggi, kemudian pelatih saya pada saat itu, bang Nobon sama almarhum Amidi Simon menyuruh saya bermain sebagai stopper, alasannya cuma satu ya karena saya tinggi aja," kata Sudirman sembari tersenyum.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

Semakin Terasah Jadi Bek

Berganti posisi sebagai seorang bek, Sudirman mengaku sama sekali tak kesulitan untuk beradaptasi. Bahkan, kemampuannya sebagai pemain bertahan semakin terasah. Apalagi, sejak terjun ke dunia sepak bola profesional.

Memperkuat Arseto Solo dari 1988 sampai 1996, Sudirman turut mempersembahkan gelar Galatama 1992/1993, serta merengkuh trofi juara Liga Indonesia 1995/1996 bersama Bandung Raya.

"Karena saya seorang striker, saya pikir pergerakan-pergerakan striker itu selalu diikuti oleh pemain belakang. Jadi, menurut saya tidak ada kesulitan ketika saya berpindah main sebagai stopper, karena pergerakan antara striker dan stopper itu hampir sama," jelas Sudirman.

"Kalau boleh mengulang main lain, saya akan tetap memilih bermain sebagai bek," lanjut pelatih dengan Lisensi A AFC tersebut dengan mantap.

 

3 dari 3 halaman

Jadi Andalan di Timnas Indonesia

Bukan hanya di level klub, Sudirman menjadi andalan di lini belakang Timnas Indonesia. Di bawah asuhan pelatih dengan displin tinggi, Anatoli Polosin, Sudirman turut membantu Tim Garuda meraih medali emas SEA Games 1991.

Pada laga final di Stadion Rizal Memorial, Manila, Filipina pada 4 Desember 1991, Timnas Indonesia menang adu penalti 4-3 (0-0) atas Thailand. Sudirman yang maju sebagai eksekutor terakhir sukses memperdayai kiper Thailand dan membuat Indonesia menang.

"Luar biasa ketika bisa meraih medali emas SEA Games 1991. Semua perasaan bercampur di situ, antara senang, sedih, gembira. Enggak menyangka kalau kita akan juara, karena pertama pelatihnya baru (Anatoli Polosin), terus dengan program latihan dia yang berat, banyak yang orang enggak menyangka kami akan juara," tutur Sudirman.

"Termasuk jurnalis-jurnalis pada saat itu selalu ngomongnya negatif lah, pelatih enggak punya pola, pelatih begini pelatih begitu. Tetapi satu yang membuat kami menjadi yakin pada saat datang ke Manila itu, karena kami latihan dengan berat dengan keras, terus kami bisa menjalaninya."

"Jadi kami memiliki keyakinan, kalau kami mau bekerja keras di lapangan selama 2x45 menit, pasti kami bisa, karena latihan kami tiga kali lebih berat dibandingkan di lapangan. Itu menjadi motivasi pelatih pada saat itu," jelas Sudirman.

Sumber: YouTube Persija Jakarta

Video Populer

Foto Populer