Sukses


8 Kutipan Magis Legenda AC Milan: Tentang Jatidiri, Kesetiaan, dan Gairah Sepak Bola

Bola.com, Jakarta - Tahun ini, AC Milan akan berusia 120 tahun. Klub legendaris Italia ini telah mengalami pasang surut di jagat sepak bola Italia dan dunia.

Sebagai satu di antara raksasa Italia, AC Milan juga melahirkan banyak pemain legendaris. Dari era Herbert Kilpin, Fabio Capello, era keemasan Serie A pada 1990an hingga sekarang.

Para legenda itu mengucapkan kalimat-kalimat magis yang masih terus dikenang hingga sekarang.

Satu di antaranya ialah kutipan Herbert Kilpin. John Foot dalam karyanya, Calcio- A History of Italian Football (2006), menuliskan, Kilpin menentukan warna kostum kebesaran Milan yang dipakai hingga saat ini.

Keterlibatan pemain yang mahir tampil sebagai bek, gelandang, dan penyerang itu pun berperan penting dalam menentukan julukan Milan, Il Diavolo Rosso (Iblis Merah).

"Il Diavolo Rosso" adalah kutipan magis Kilpin yang terus melekat hingga sekarang. 

Berikut ini Bola.com merangkum kutipan-kutipan magis Legenda-legenda AC Milan.

 

Video

2 dari 3 halaman

Jatidiri Klub

Herbert Kilpin

"We are a team of devils. Our colours are red as fire, and black, to invoke fear in our opponents." 

(Kami adalah tim iblis. Warna kami merah seperti api, dan hitam, untuk menimbulkan ketakutan pada lawan kami)

 

Zlatan Ibrahimovic

"I am the greatest! Wait, is that even possible? All right, then I am the greatest behind Ali!"

"Saya adalah yang terbaik! Tunggu, apakah itu mungkin? Baik, kalau begitu saya adalah yang terbaik di belakang Ali!" 

 

Filippo Inzaghi

"I wasn't born Ronaldinho, but thanks to my strong will I managed to touch the sky."

"Saya tak terlahir sebagai Ronaldinho, tetapi berkat kemauan kuat, saya bisa menyentuh langit." 

"Hal pertama dan terpenting yang saya ingin kalian semua tahu adalah saya bermain dan menang untuk kami. Bermain dan menang tanpa berbagi emosi bukanlah apa-apa, tetapi Anda dan saya, kami, kami melakukan semuanya bersama-sama. Kami berharap, menderita , merayakan dan bersukacita. Kami mengangkat piala dan memenangkan gelar bersama di hati kami. Kami selalu berada di gelombang yang sama. Dan tidak ada yang bisa mengambilnya dari kami."

 

3 dari 3 halaman

Tentang Seorang Kapten dan Impian Masa Kecil

Rui Costa

"Once Milan flows trough your veins, it'll flow forever in your blood." - Rui Costa

("Begitu Milan mengalir melalui nadimu, itu akan mengalir selamanya dalam darahmu." 

 

Paolo Maldini

"My teammate Franco Baresi was a real captain. He was an example for everyone. Not a big talker. He never talked. But on the field or in training, he was No. 1."

(Rekan setim saya Franco Baresi adalah kapten sejati. Dia adalah teladan bagi semua orang. Bukan seorang yang banyak omong. Dia tidak pernah berbicara. Tapi di lapangan atau di pelatihan, dia nomor 1.)

 

Kaka

“Sepak bola Italia, lebih dari yang lain, peduli dengan sejarah sang juara. Mereka tidak meninggalkannya di lapangan karena prestasi masa lalu, tetapi karena mereka percaya.

 

Andriy Shevchenko

"When I was a child, it was my dream to be a professional footballer. When I was 14 I visited Milan's San Siro stadium and remember thinking how unbelievable it was. From then onwards I vowed that one day I would be playing there - and I am very proud that I achieved this and also for everything else I have managed to achieve in football."

("Ketika saya masih kecil, adalah impian saya untuk menjadi pesepakbola profesional. Ketika saya berusia 14 tahun, saya mengunjungi stadion San Siro dan memikirkan betapa luar biasanya itu. Sejak saat itu saya bersumpah bahwa suatu hari saya akan bermain di sana - dan Saya sangat bangga telah mencapai impian itu dan untuk semua hal lain yang telah saya capai dalam sepak bola.")

 

Sumber: Berbagai sumber

Video Populer

Foto Populer