Sukses


Ismed Sofyan dan Eksekutor Bola Mati Yahud di Liga Indonesia

Bola.com, Jakarta - Siapa yang tidak kenal Ismed Sofyan? Bek senior penuh kharisma ini telah menjelma sebagai perlambang Persija Jakarta dalam dua dekade terakhir.

Ismed Sofyan bergabung dengan Persija dari Persijatim Jakarta Timur pada 2002 alias setahun setelah tim ibu kota menjuarai Liga Indonesia 2001.

Dalam eranya, Ismed Sofyan adalah satu di antara bek sayap terbaik di Indonesia. Pemain berusia 41 tahun ini satu generasi dengan Ortizan Solossa, Erol FX Iba, dan Mahyadi Panggabean.

Sebagai bek sayap, kualitas Ismed Sofyan terbilang lengkap. Kemampuannya dalam menyerang dan bertahan sama baiknya. Satu lagi, ia dianugerahi bakat mengeksekusi bola mati.

Momen sepakan bola mati yang paling diingat dari Ismed Sofyan adalah ketika ia menjebol gawang Persita Tangerang pada Liga Indonesia 2007. Dari sisi kanan pertahanan lawan, sepakannya mampu menghujam gawang lawan.

Sejak dulu hingga saat ini, Ismed Sofyan kerap dipercaya sebagai algojo tendangan bebas prioritas Persija. Terutama dari sisi luar lini pertahanan lawan. Dari situ, Ismed Sofyan bisa memanjakan rekan-rekannya dengan umpannya yang akurat.

Selain Ismed Sofyan, masih banyak jagoan bola mati di Liga Indonesia. Berikut empat di antaranya:

Video

2 dari 5 halaman

Luciano Leandro

Mau di mana pun ia bermain, Luciano Leandro selalu menjadi pilihan utama sebagai eksekutor bola mati. Pria asal Brasil itu membela PSM Makassar pada 1996-2000 dan Persija Jakarta pada 2000-2004.

Luciano Leandro dikenal sebagai playmaker elegan. Dia lincah, pekerja keras, dan tidak macam-macam di luar lapangan. Satu lagi, gaya rambut kuncir menjadi ciri khasnya.

Ketika baru bergabung dengan PSM pada 1996, Luciano Leandro langsung merasakan partai final. Sayang, tim yang dibelanya kalah 0-2 dari Mastrans Bandung Raya.

Baru ketika hengkang ke Persija, Luciano dapat mencicipi trofi Liga Indonesia. Ia membawa tim ibu kota mengalahkan mantan timnya, PSM dengan skor 3-2 di partai puncak.

3 dari 5 halaman

Cristian Gonzales

Sepakan bola mati di bibir kotak penalti selalu menjadi santapan empuk Cristian Gonzales. Kaki kirinya adalah musuh terseram kiper lawan.

Gonzales kerap menjadi pilihan utama sebagai eskekutor bola mati, baik di PSM Makassar, Persik Kediri, Persib Bandung, Putra Samarinda hingga Arema FC.

Gonzales juga punya variasi dalam mengeksekusi tendangan bebas. Kadang kala, ia menghajar kiper lawan dengan tendangan kerasnya. Dia juga bisa mengarahkan bola ke pojok gawang melewati pagar betis.

4 dari 5 halaman

Harry Salisbury

Harry Salisbury juga dikenal sebagai eksekutor tendangan bebas top pada eranya. Bermodalkan kaki kirinya, ia lihai menempatkan bola melewati pagar betis.

Harry Salisbury mengorbit di Persijatim pada 2002-2004. Dia lalu pindah ke PSIS Semarang pada 2005-2008.

Bersama tim berjulukan Mahesa Jenar ini, ia mulai mendapatkan sorotan sebagai pemain dengan eksekutor bola mati mematikan. Bersama PSIS pula, sepakan bebasnya kerap berbuah gol bagi timnya.

5 dari 5 halaman

Javier Roca

Nama Javier Roca pertama kali melambung ketika ia menjadi top scorer Copa Indonesia 2005 bersama Persegi Gianyar. Gelandang asal Chile itu lalu merapat ke Persija.

Ketika itu, Javier Roca merupakan playmaker flamboyan. Dia ahli dalam mengirimkan umpan dan mengatur serangan. Selain itu, ia juga mahir dalam mengeksekusi bola mati.

Mudah mengenali Javier Roca saat itu karena perawakannya yang old school. Bajunya selalu dimasukan ke dalam celana setiap bertanding. Rambutnya juga pendek, tapi tetap bergaya klimis. Dia lebih mirip pegawai kantoran dibanding seorang pesepak bola.

Apes bagi Javier Roca, kedatangannya ke Persija berbarengan dengan Rahmad Darmawan. RD, panggilan karib sang pelatih, tidak membutuhkan tenaganya. Alhasil, ia dipinjamkan ke Persitara Jakarta Utara selama semusim.

Keputusan RD memicu kontroversi karena Persija juga tengah krisis gelandang serang. Mereka baru saja kehilangan figur Ronald Fagundez yang diminta kembali ke PSM Makassar.

Javier Roca merasa dirinya digantung bukan karena masalah teknik, tapi karena Rahmad Darmawan tidak suka dengan pemain Amerika Latin. Sepeninggal Javier Roca, Persija banjir pemain asal Afrika.

Rumor lain RD tidak suka dengan perilaku Roca di luar lapangan. Dia dikenal doyan keluyuran malam.

Video Populer

Foto Populer