Sukses


Kisah Andi Ansar Abdullah: Kiper Legendaris PSM yang Berikan Trofi Juara pada 2 Era Berbeda

Bola.com, Makassar - Sosok Andi Ansar Abdullah pantas masuk dalam jajaran legenda PSM Makassar setelah menjadi satu-satunya kiper yang membawa Juku Eja meraih trofi juara di era berbeda. Pria kelahiran 10 Agustus 1968 ini menjadi bagian PSM saat menjadi juara Perserikatan 1992 dan Liga Indonesia 1999-2000. Ia juga tercatat membawa PSM bertengger di posisi runner-up pada musim 1993-1994, 1995-1996 dan 2001.

Untuk turnamen lokal, Ansar juga membawa PSM Makassar menjuarai Piala Pardede 1999 dan Piala Jusuf pada tahun yang sama. Sementara di pentas internasional, Ansar bersama PSM jadi runner-up di Piala Bangabandhu 1996-1997 serta menembus 8 Besar Liga Champions Asia 2000-2001. Aksinya bersama tim Juku Eja mendapat pengakuan dari mendiang Henk Wullems, mantan Direktur Teknik PSM.

"Ansar pantas masuk daftar kiper terbaik di Indonesia. Sayang, ia tidak pernah mendapat kesempatan membela Timnas Indonesia," ujar Henk kepada Bola.com dalam satu kesempatan wawancara.

Perjalanan karier Ansar sebagai kiper memang terbilang baik. Ia sudah berkostum PSM senior ketika masih duduk di bangku kelas tiga SMA di Makassar.

Saat itu, Ansar yang masih berusia 18 tahun memperkuat PSM pada turnamen Piala Surabaya 1987. Pada ajang itu, ia tampil cemerlang sebagai kiper utama. Satu diantaranya ketika PSM bermain imbang tanpa gol dengan Persebaya Surabaya.

"Tampil bersama PSM pada usia terbilang muda adalah lompatan besar pada awal karier saya. Apalagi, saya sebelumnya bermain sebagai bek kanan kala membela Madya Jaya, klub yang bermain di kompetisi internal PSM," kenang Ansar yang ditemui Bola.com di Makassar, Senin (8/11/2020) siang.

Menurut Ansar, ia beralih posisi karena kiper utama klubnya itu cedera. Ansar yang sebelumnya berstatus sebagai pemain cadangan di posisi bek kanan langsung mengambil kesempatan yang diberikan pelatih.

"Yang ada dalam benak saya saat itu adalah tampil bersama tim di lapangan bukan hanya duduk di bangku cadangan," kata Ansar yang juga pernah membela klub amatir Bangau Putera dan PS Libra di kompetisi internal PSM Makassar.

Video

2 dari 2 halaman

Tampil di Kompetisi Galatama

Sebelum melegenda bersama PSM Makassar, Ansar juga pernah merasakan atmosfer Liga Sepak bola Utama (Galatama), kompetisi semi profesional Tanah Air. Kala itu, ia memperkuat Makassar Utama, klub yang bermarkas di Stadion Mattoangin.

Ansar menyimpan kenangan tersendiri saat pertama kali bergabung di Makassar Utama. Pada suatu sore sepulang memperkuat PSM di Piala Surabaya 1987, Ronny Pattinasarani yang saat itu menangani Makassar Utama menyambangi kediaman Ansar.

"Saya kaget bukan kepalang. Bayangkan, pemain legenda PSM mengajak saya bergabung dengan tim yang ditanganinya. Saya sempat kehilangan kata-kata sebelum mengiyakan ajakan itu," tutur Ansar.

Seperti ketika memperkuat PSM, Ansar juga langsung menjadi kiper utama di Makassar Utama. Padahal, saat itu masih ada seniornya, Burhanuddin, yang kerap dipanggil memperkuat tim Liga Selection dan seleksi tim nasional Indonesia.

"Saya termotivasi dan bermain tanpa beban setelah mendapat suntikan motivasi dari almarhum Ronny. Beliau selalu bilang percaya dengan kemampuan saya dan meminta saya tak mengecewakannya," papar Ansar yang saat itu mendapat gaji Rp250 ribu perbulan, pendapatan yang terblang lumayan untuk ukuran pemain saat itu.

Ansar hanya dua musim bermain di Galatama menyusul keputusan pemilik Makassar Utama, Jusuf Kalla, membubarkan klubnya. Ansar pun sempat menjadi karyawan di Bosowa Grup dan memperkuat tim perusahan pada kompetisi Galakarya.

Setelah membawa Bosowa Grup menembus final Galakarya 1990, Ansar akhirnya kembali memperkuat PSM jelang musim 1991-1992. Pada musim inilah, nama Ansar mencuat setelah membawa PSM meraih trofi juara setelah mengalahkan PSMS Medan dengan skor 2-1 pada laga final yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno Senayan.

Pada musim berikutnya, Ansar kembali membawa PSM lolos ke final. Sayang, Juku Eja gagal mempertahankan gelar setelah takluk ditangan Persib Bandung dengan skor 0-2.

Setelah era penyatuan Perserikatan dan Galatama menjadi Liga Indonesia pada 1994, Ansar tetap menjadi pilihan utama di bawah mistar gawang PSM. Pada musim 1995-1996, ia kembali bersama PSM lolos ke final sebelum dikalahkan Mastrans Bandung Raya.

Empat tahun kemudian, tepatnya pada musim 1999-2000, Ansar bergantian dengan Hendro Kartiko menjaga gawang PSM yang kemudian meraih trofi juara dengan menekuk PKT Bontang 3-2 di partai final.

Selain Makassar Utama dan PSM, Ansar juga pernah membela Arema Malang (2003-2004) dan Persim Maros (2005). Bersama klub terakhir inilah Ansar kemudian memutuskan gantung sepatu dan beralih profesi menjadi pelatih kiper di PSM Pra Ligina dan PSM senior.

Video Populer

Foto Populer