Sukses


Tahun 2020 Terasa Hampa, Tidak Bisa Melihat Timnas Indonesia Beraksi di Piala AFF

Bola.com, Jakarta - Perjalanan sepak bola Indonesia pada 2020 terasa singkat karena pandemi COVID-19. Tidak hanya Shopee Liga 1 yang berhenti bergulir, aksi Timnas Indonesia pun tidak bisa disaksikan, apalagi seharusnya pada penghujung tahun ini digelar Piala AFF 2020.

Piala AFF 2020 seharusnya digelar pada 26 November hingga 31 Desember mendatang. Turnamen yang mempertemukan tim nasional dari negara-negara Asia Tenggara itu selalu dinantikan dan seharusnya pada tahun ini menjadi hiburan akhir tahun yang menyenangkan.

Sayangnya, seperti halnya banyak kejuaraan FIFA maupun AFC yang harus ditunda ke tahun depan, Piala AFF pun ditunda ke 2021. Mengganti tajuk turnamen menjadi Piala AFF 2021, turnamen tersebut rencananya akan bergulir pada 11 April hingga 8 Mei 2021 sebagai jadwal terbaru.

Namun, tidak adanya Piala AFF melengkapi kehampaan sepak bola Indonesia, apalagi Shopee Liga 1 kembali ditunda dan baru akan digelar pada Februari 2021. Timnas Indonesia tidak pernah absen di turnamen yang pertama kali digelar pada 1996 dengan nama Piala Tiger itu.

Sayangnya, sejak pertama kali digelar hingga saat ini, Timnas Indonesia juga belum pernah sekalipun meraih trofi juara. Lima kali menjadi runner-up adalah prestasi terbaik yang diraih Tim Garuda di gelaran Piala AFF.

Peluncuran Logo baru Piala AFF Suzuki Cup 2018 di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (2/5/2018). Indonesia berada satu grup dengan Thailand, Singapura dan Filipina. (Bola.com/Nick Hanoatubun)

Jelas ditundanya Piala AFF 2020 yang kini berganti nama menjadi Piala AFF 2021 membuat Timnas Indonesia kembali menunda upaya mereka untuk meraih trofi juara yang didambakan. Apalagi Timnas Indonesia kini ditangani oleh pelatih kelas dunia asal Korea Selatan, Shin Tae-yong.

Harapan masyarakat Indonesia melihat Tim Garuda berprestasi di bawah asuhan Shin Tae-yong pun harus tertunda. Tak hanya Piala AFF, Timnas Indonesia juga tidak bisa memainkan laga tersisa di Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia, di mana Tim Garuda terpuruk di dasar klasemen.

Video

2 dari 3 halaman

Sejarah Panjang Piala AFF

Piala AFF pertama kali digelar pada 1996. Bertajuk Piala Tiger karena kepentingan sponsor, turnamen edisi pertama digelar di Singapura. Thailand menjadi tim pertama yang menjadi juara.

Sejak edisi pertama itu, 10 tim sudah menjadi peserta, di mana enam tim langsung lolos karena merupakan penggagas dari turnamen tersebut, yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Sementara empat tim lain menjadi undangan, yaitu Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam.

Pada edisi pertama ini pula turnamen digelar dengan sistem home tournament sepenuhnya, di mana sejak fase grup hingga pertandingan final digelar di Singapura. Format tersebut bertahan hingga Piala Tiger 2002 di Indonesia dan Singapura.

Kurniawan Dwi Yulianto, kalah menyakitkan di semifinal Piala Tiger 1996 dari Malaysia. (Bola.com/Dok. Pribadi)

Saat itu, Timnas Indonesia bisa melangkah ke semifinal setelah menjadi runner-up Grup A, sementara Singapura gagal di fase Grup B. Pada fase knockout semua pertandingan pun digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan.

Setelah itu, format turnamen benar-benar berubah pada perhelatan Piala AFF 2004, di mana Tiger tak lagi menjadi sponsor kejuaraan tersebut. Dalam turnamen yang digelar di Malaysia dan Vietnam sebagai tuan rumah fase grup, semifinal, dan final turnamen digelar dengan sistem home and away yang bertahan cukup lama hingga 2016.

Format ini memang menjadi sesuatu yang ideal selama tujuh perhelatan Piala AFF. Selalu ada dua tim yang menjadi tuan rumah di fase grup, sementara laga semifinal dan final digelar dengan sistem home and away yang membuat setiap tim yang melangkah ke semifinal bisa berkesempatan mendapatkan dukungan dari suporter mereka sendiri.

Suporter Timnas Vietnam di Stadion My Dinh, Hanoi, saat leg kedua semifinal Piala AFF 2018 menjamu Filipina, Kamis (6/12/2018). (Bola.com/Dok. AFF Suzuki Cup)

Bahkan melihat antusiasme suporter dalam setiap perhelatan turnamen ini, AFF pun memutuskan mengubah lagi format turnamen demi mendapatkan lebih banyak atensi dari suporter sejak fase grup pada Piala AFF 2018. Tidak ada lagi format tuan rumah di fase grup.

Masih menggunakan sistem dua grup, di mana setiap grup terdiri dari lima tim. Setiap tim tentunya harus menjalani empat pertandingan di fase ini seperti biasanya. Namun, yang berbeda, setiap tim mendapatkan kesempatan dua kali bermain di kandang dan dua kali bermain tandang.

Sebagai contoh, Timnas Indonesia memainkan dua laga kandang menghadapi Timor Leste dan Filipina di Piala AFF 2018. Sementara untuk laga tandang, Stefano Lilipaly dkk. ketika itu harus terbang ke Singapura dan Thailand.

Evolusi pelaksanaan turnamen antarnegara Asia Tenggara itu memang dinamis, dan dengan antusiasme para pendukung setiap tim yang berkompetisi di dalamnya, membuat turnamen bertajuk Piala AFF selalu dinanti kehadirannya pada dua tahun sekali.

3 dari 3 halaman

Menanti Momen Tim Garuda Angkat Trofi

Sudah digelar 12 edisi sejak pertama kali pada 1996, trofi Piala AFF seperti enggan dipegang oleh Timnas Indonesia. Lima kali Tim Garuda menembus babak final, lima kali pula trofi tersebut lepas dari genggaman.

Saat bertajuk Piala Tiger pada medio 1996 hingga 2002, tak sekalipun Timnas Indonesia gagal melangkah ke fase knockout. Bahkan pada 2000 dan 2002, Timnas Indonesia berhasil melangkah ke partai final.

Bejo Sugiantoro saat berduel dengan salah satu pemain Thailand di Piala Tiger 1998. (Bola.com/Dok. AFF)

Sayangnya, dalam dua edisi tersebut, Timnas Indonesia harus mengakui kekuatan Thailand yang berhasil meraih trofi kedua dan ketiga mereka. Timnas Indonesia kalah 1-4 di final Piala Tiger 2000, sementara di Piala Tiger 2002, Tim Garuda kalah dari Thailand melalui drama adu penalti di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan.

Bahkan sejak masuk final pertama kalinya pada 2000, Timnas Indonesia mencatatkan tiga kali berturut-turut lolos ke pertandingan puncak. Sayangnya, dalam final Piala AFF 2004, Tim Garuda kembali harus gigit jari.

Meski tak lagi menghadapi Thailand di partai final, Timnas Indonesia tak mampu meraih trofi juara. Tim Garuda kalah agregat 2-5 dari Singapura dalam pertandingan final pertama yang digelar dengan sistem home and away itu.

Piala AFF 2007, 2012, 2014, dan 2018 menjadi yang paling pahit bagi Timnas Indonesia. Dalam empat edisi tersebut, Timnas Indonesia tak mampu menembus semifinal.

Pada gelaran 2007, Timnas Indonesia hanya kalah beruntung dari Singapura dan Vietnam yang lolos sebagai juara dan runner-up Grup B dengan jumlah poin yang sama, yaitu lima poin. Ya ketiga tim memiliki poin yang sama, tapi Timnas Indonesia kalah jauh dalam hal selisih maupun produktivitas gol dengan Singapura dan Vietnam.

Begitupun dengan 2012 dan 2014. Masa-masa kelam dalam sejarah sepak bola Indonesia karena dualisme kompetisi berimbas langsung ke Timnas Indonesia. Pada Piala AFF 2012, Timnas Indonesia hanya finis di peringkat ketiga Grup B dengan empat poin karena hanya meraih satu kemenangan dan satu hasil imbang dari tiga laga.

Para pemain Timnas Indonesia hanya bisa melihat selebrasi yang dilakukan pemain Filipina usai menjebol gawang Indonesia di penyisihan Grup A Piala AFF 2014. (AFP/Hoang Dinh Nam)

Hal yang sama terulang pada 2014. Tim asuhan Alfred Riedl kalah bersaing dengan Vietnam dan Filipina di fase grup. Bahkan Timnas Indonesia kalah telak 0-4 saat menghadapi Filipina di pertandingan kedua fase grup. Kemenangan 5-1 atas Laos di laga terakhir tak bisa membantu Tim Garuda melangkah ke semifinal.

Sementara pada Piala AFF 2018 yang menggunakan sistem home and away dari fase grup, Timnas Indonesia juga tampil tidak mengesankan. Dipimpin Bima Sakti yang menggantikan Luis Milla, Timnas Indonesia kalah 0-1 dari Singapura dan 2-4 dari Thailand dalam laga tandang. Sementara untuk laga kandang, Tim Garuda menang 3-1 atas Timor Leste dan hanya bermain imbang tanpa gol dengan Filipina.

Hasil itu membuat tim asuhan Bima Sakti itu berada di peringkat kelima dari lima tim di Grup B, memiliki empat poin, atau terpaut enam dan empat poin dari Thailand dan Filipina yang melangkah ke semifinal.

Pelatih Timnas Indonesia, Alfred Riedl (tengah) berjalan bersama pemainnya usai dikalahkan Thailand di final kedua Piala AFF 2016 di National Stadium Rajamangala, Bangkok, Sabtu (17/12). Indonesia kalah 2-0. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Selain 2000, 2002, dan 2004, dua edisi lain di mana Timnas Indonesia melenggang hingga final terjadi pada edisi 2010 dan 2016. Euforia pendukung Tim Garuda yang luar biasa mengantar tim kesayangan mereka hingga partai puncak. Namun, sayangnya dalam dua edisi ini pula Timnas Indonesia gagal mengangkat trofi juara pada akhir turnamen.

Pada edisi 2010, kekalahan telak 0-3 dari Malaysia di Kuala Lumpur pada leg pertama tak mampu dibalas di leg kedua yang digelar di SUGBK. Tim Garuda hanya menang 2-1 pada leg kedua yang membuat Malaysia meraih trofi juara dengan agregat 4-2.

Sementara pada edisi 2016, Timnas Indonesia harus menangis pada leg kedua setelah datang ke Thailand dengan penuh kepercayaan diri. Menang 2-1 di Stadion Pakansari, Cibinong, pada leg pertama tak menjamin Tim Garuda bisa meraih trofi juara. Thailand mampu menang 2-0 ketika memainkan leg kedua di depan para pendukungnya.

Kapan Timnas Indonesia bisa meraih trofi juara Piala AFF?

Video Populer

Foto Populer