Sukses


6 Pemain Asing dari Negeri Antah Berantah yang Sukses Berkarier di Persaingan Elite Liga Indonesia

Bola.com, Jakarta - Sejak era Liga Indonesia dimulai pada 1994, kompetisi kasta tertinggi sepak bola Tanah Air menghadirkan beragam pemain asing dari berbagai negara di dunia. Mulai dari pemain-pemain yang berasal dari negara-negara dengan sepak bola yang kuat, hingga pemain dari negara yang asing di telinga masyarakat Indonesia, semua ada.

Banyak pesepak bola dari seluruh dunia hadir sejak saat itu. Beberapa di antaranya yang sampai saat ini masih melekat dalam benak pecinta sepak bola Tanah Air adalah Jacksen Tiago, Cristian Gonzales, dan masih banyak lagi. Jacksen Tiago dan Cristian Gonzales bahkan sampai saat ini masih ada di Indonesia.

Jacksen Tiago kini menjadi pelatih Persipura Jayapura dan punya pengalaman menangani Timnas Indonesia dan Barito Putera. Sementara itu, Cristian Gonzales juga masih berada di Indonesia hingga saat ini. Striker kelahiran Uruguay itu memiliki keluarga di Indonesia dan telah menjadi Warga Negara Indonesia (WNI).

Hingga saat ini, kompetisi Indonesia masih menghadirkan begitu banyak pemain asing pada setiap musimnya. Sesuai regulasi, tiga pemain asing dari seluruh dunia, plus satu pemain Asia, boleh memperkuat setiap klub yang berkompetisi di kasta tertinggi sepak bola Indonesia.

Dari Amerika Selatan, seperti Brasil, Uruguay, Chile, dan Paraguay, hingga Eropa, seperti Prancis, Serbia, Montenegro, Swedia, hingga Afrika, seperti Kamerun dan Nigeria, mungkin sudah ratusan pemain yang pernah mencicipi berkarier di Liga Indonesia.

Selain negara-negara yang terkenal sebagai penghasil sepak bola, ada sejumlah pemain asing yang datang dari negara-negara yang asing di telinga masyarakat Indonesia, seperti Saint Kitts and Nevis, Nepal hingga Chad.

Satu yang menarik, meski berasal dari negara antah berantah, para pemain tersebut tampil cemerlang di Liga Indonesia. Siapa saja mereka? Berikut ulasan Bola.com.

Video

2 dari 7 halaman

Keith Kayamba Gumbs

Keith Kayamba Gumbs pernah mewarnai sepak bola Indonesia berkat penampilan apiknya. Pemain yang satu ini berasal dari Saint Kitts and Nevis, sebuah negara yang terletak di Kepulauan Karibia, Amerika Utara.

Keith Gumbs terbilang telat datang ke Liga Indonesia karena sudah berusia 35 tahun. Sriwijaya FC merupakan klub Indonesia pertama yang dibela Keith Gumbs.

Pada kenyataannya, Keith Gumbs masih mampu diandalkan di lini depan timnya dalam periode karier yang tergolong sudah senja.

Keith Gumbs berhasil tampil memukau bersama Sriwijaya FC dan mempersembahkan dua gelar liga dan tiga gelar Piala Indonesia. Keith Gumbs terhitung berkarier selama lima tahun buat Sriwijaya FC dengan torehan 74 gol dalam 145 penampilan.

Pada 2012, Keith Gumbs hijrah ke Arema. Bersama Singo Edan, Keith Gumbs masih menjadi andalan di lini depan.

Padahal, ketika itu Keith Gumbs sudah memasuki usia 40 tahun. Kebersamaan Keith Gumbs di Arema hanya bertahan semusim. Pemain asal Saint Kitts and Nevis itu memutuskan gantung sepatu di Arema dengan torehan 24 penampilan dan sumbangan delapan gol.

3 dari 7 halaman

Makan Konate

Makan Konate merupakan pemain yang menjadi bintang di sepak bola Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Pertama kali datang ke Indonesia, Makan Konate bergabung bersama PSPS Pekanbaru pada 2012.

Mundari Karya yang saat itu menjadi pelatih PSPS merasa pemain asal Mali ini akan menjadi bintang besar sepak bola Indonesia. Yap, pemain asal Mali ini kemudian benar-benar menjadi bintang sepak bola sesuai dugaan pelatih yang kini menjadi manajer Barito Putera itu.

Setelah PSPS, Barito Putera, Persib Bandung, Sriwijaya FC, Arema FC, dan kini Persebaya Surabaya adalah klub yang diperkuat oleh Makan Konate. Pemain ini juga pernah menjajal peruntungan di Malaysia pada 2016 bersama T-Team.

Makan Konate merupakan pemain asal Mali yang paling sukses di Indonesia. Ya, Makan Konate bukanlah pemain asal Mali satu-satunya di Liga Indonesia.

Ada sejumlah pemain lain asal Mali, negara bekas kolonial Prancis yang terletak di Afrika Barat. Mali merupakan negara terbesar kedua di Afrika Barat yang dikelilingi negara-negara lain, seperti Aljazair, Nigeria, Burkina Faso, Pantai Gading, Guinea, serta Mauritania. Dulunya negara ini memiliki nama Sudan Prancis.

Namun, ketimbang nama-nama seperti Mamadou Ndiaye, Abdoulaye Maiga, dan Morimakan Koita, Makan Konate tergolong pemain paling sukses dalam kariernya di Liga Indonesia.

Makan Konate membawa Persib Bandung menjuarai Indonesia Super League 2014 dan Piala Presiden 2015, kemudian membawa Arema FC menjuarai Piala Presiden 2019, dan menjuarai Piala Gubernur Jatim 2020 bersama Persebaya Surabaya.

4 dari 7 halaman

Ezechiel N'Douassel

Ezechiel N'douassel merupakan pemain yang tergolong baru berkarier di Liga Indonesia. Ia pertama kali datang untuk membela Persib Bandung pada Liga 1 2017 dan bertahan hingga 2019. Kemudian Ezechiel pindah ke Bhayangkara FC pada musim 2020 ini.

Ezechiel N'douassel tergolong pemain yang cepat beradaptasi dengan sepak bola Indonesia. Dalam tiga musim bersama Persib, ia mampu mengemas 36 gol dalam 62 pertandingan.

Selain tampil apik di Liga Indonesia, Ezechiel juga merupakan langganan Timnas Chad, tim nasional negara asalnya yang terletak di bagian utara Afrika Tengah. Chad merupakan negara yang berbatasan langsung dengan Libya, Sudan, Republik Afrika Tengah, Kamerun, Nigeria dan Niger.

Bersama Timnas Chad, Ezhechiel sudah mengemas 39 penampilan dan mencetak 9 gol, yang rata-rata dicetak di Kualifikasi Piala Afrika atau Kualifikasi Piala Dunia.

5 dari 7 halaman

Vata Matanu Garcia

Vata Matanu Garcia merupakan seorang striker asal Angola yang pernah berkarier di Liga Indonesia bersama Gelora Dewata dan Persija Jakarta. Pemain yang sempat merumput di Benfica pada 1988 hingga 1991 itu cukup mengesankan saat tampil di Liga Indonesia.

Pemain asal Angola, sebuah negara di pesisir barat Afrika bagian selatan, itu merupakan pemain yang malang melintang di dunia sepak bola dengan memperkuat sejumlah klub Portugal, seperti Agueda, Varzim, Benfica, Estrela Amadora, dan Torreense. Ia sempat bermain di Malta bersama Floriana hingga akhirnya berkarier di Indonesia.

Vata Matanu Garcia bermain di Indonesia dalam tiga musim, mulai dari 1996/1997 hingga 1998/1999. Ia datang pertama kali bergabung bersama Gelora Dewata, klub yang menjadi cikal bakal Deltras Sidoarjo.

Vata Matanu Garcia membawa Gelora Dewata menjadi runner-up wilayah timur Liga Indonesia 1996/1997. Bahkan ia tercatat menempati peringkat ketiga dalam daftar pencetak gol terbanyak dengan 14 gol.

Ia sempat memperkuat Persija Jakarta pada musim keduanya di Indonesia hingga kemudian kembali ke Gelora Dewata pada musim ketiganya di Liga Indonesia.

6 dari 7 halaman

Musa Kallon

Musa Kallon merupakan pemain asal Sierra Leone, sebuah negara di pesisir barat daya dari Afrika Barat. Negara yang berbatasan dengan Liberia, dan Guinea.

Tak banyak masyarakat Indonesia yang mengetahui di mana letak negara Afrika yang satu ini. Namun, kehadiran Musa Kallon membuat negaranya dikenal oleh pecinta sepak bola di Tanah Air.

Datang ke Indonesia pada 1996, Musa Kallon memperkuat PSM Makassar yang diantarnya mencapai semifinal Liga Indonesia 1996/1997. Selain itu, ia mencetak 13 gol dalam musim pertamanya di Indonesia.

Musa Kallon kemudian merapat ke Persikota Tangerang pada Liga Indonesia 1997/1998. Namun, kompetisi tersebut akhirnya harus terhenti karena masalah krisis monter yang terjadi di Indonesia.

Ia kemudian bergabung bersama Persebaya Surabaya pada musim 1998/1999 dan berada di peringkat kedua daftar pencetak gol terbanyak dengan torehan delapan gol, terpaut tiga gol di belakang Alain Mabenda, pemain PSDS Deli Serdang, yang menjadi top scorer.

7 dari 7 halaman

Rohit Chand

Rohit Chand merupakan andalan Persija Jakarta hingga saat ini. Pertama kali datang ke Indonesia, Rohit Chand bergabung bersama PSPS Pekanbaru. Mundari Karya yang menemukannya bersama Makan Konate, di mana pria yang kini menjadi manajer Barito Putera itu yakin kedua pemain asing ini akan bersinar di Liga Indonesia.

Ucapan Mundari Karya terbukti. Baik Makan Konate maupun Rohit Chand bersinar di sepak bola Indonesia. Setelah berpisah dengan PSPS pada 2013, Rohit bergabung bersama Persija Jakarta hingga 2015.

Pembekuan PSSI oleh FIFA pada 2015 membuat Rohit Chand terpaksa keluar dulu dari Indonesia dan bermain bersama Makan Konate di T-Team yang berlaga di Malaysia. Setelah sanksi dari FIFA untuk Indonesia dicabut, Rohit Chand kembali ke Indonesia dan bergabung lagi dengan Persija Jakarta hingga saat ini.

Rohit Chand merupakan pemain asal Nepal, dan menjadi satu-satunya pemain asal negara yang terletak di pedalaman Asia selatan. Letaknya berada di Pegunungan Himalaya dan berbatasan langsung dengan China dan India.

Negara yang satu ini memiliki sebuah tim nasional sepak bola yang mayoritas diisi oleh pemain yang tampil di negara itu sendiri. Hanya sekitar tiga pemain yang berkarier di luar negeri, termasuk Rohit Chand.

Gelandang berusia 28 tahun ini malah menjadi satu-satunya pemain yang berkarier cukup jauh dari negara asalnya, di mana pemain lain yang berkarier di luar Nepal hanya di India. Karier Rohit Chand di Persija pun tergolong sukses.

Bersama Persija Jakarta, Rohit Chand sukses merasakan juara Piala Presiden 2018 dan Liga 1 2018. Selain itu, Rohit Chand menjadi andalan dan kapten Timnas Nepal U-23 yang tampil di Asian Games 2018 yang digelar di Indonesia.

Video Populer

Foto Populer