Sukses


Sepak Bola Indonesia Sepanjang 2020 dalam Angka: Diserang Pandemi COVID-19 hingga Skandal Jual-Beli Jabatan

Bola.com, Jakarta - Tahun 2020 menjadi tahun kelam bagi sepak bola Indonesia. Dunia bal-balan nasional diterjang berbagai macam rintangan; mulai dari pandemi COVID-19 hingga kegagalan menggelar kompetisi karena Pilkada.

Untungnya, kondisi sepak bola nasional perlahan membaik memasuki pengujung 2020. Satu per satu kegiatan kembali digelar. Satu di antaranya adalah pemusatan latihan Timnas Indonesia sejumlah kelompok usia.

Sepak bola Indonesia mengawali 2020 dengan penuh optimistis; era pelatih Shin Tae-yong dimulai dan kian serunya persaingan di Shopee Liga 1.

Namun, bencana bernama pandemi COVID-19 itu datang. Per Maret 2020, Shopee Liga 1 dihentikan. Begitu pula rencana pemusatan latihan Timnas Indonesia kelompok usia. PSSI membatalkan seluruh kegiatan.

Bola.com mencoba merangkum perjalanan sepak bola Indonesia sepanjang 2020 berdasarkan angka. Berikut sajiannya:

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 8 halaman

2

Setelah dihentikan pada Maret 2020, PSSI sempat dua kali berencana melanjutkan Shopee Liga 1 pada Juli dan Oktober 2020. Namun, semuanya batal terlaksana.

PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator kompetisi sempat menetapkan Juli 2020 sebagai restart Shopee Liga 1 ketika dihentikan pada Maret 2020. Namun, wabah virus corona yang kian mengganas mengurungkan niat tersebut.

PT LIB bersama PSSI lalu memilih Oktober 2020 sebagai waktu yang ideal untuk melanjutkan Shopee Liga 1. Lagi-lagi, rencana ini gugur di tengah jalan karena ketiadaan izin dari kepolisian.

"Mabes Polri sudah merilis dan menyampaikan untuk sementara menunda mengeluarkan izin keramaian dengan pertimbangan pandemi COVID-19 masih tinggi. PSSI yakin dan optimistis lanjutan Shopee Liga 1 dan Liga 2, insyaallah pada waktunya, di situasi yang tepat, akan bergulir kembali," kata Ketua PSSI, Mochamad Iriawan akhir September 2020.

3 dari 8 halaman

4

Empat orang yang pernah berkontribusi besar terhadap sepak bola Indonesia tutup usia pada tahun ini. Henk Wullems, mantan pelatih timnas, meninggal dunia pada 15 Agustus 2020.

Eks nakhoda Timnas Indonesia lainnya, Alfred Riedl, mengembuskan nafas terakhirnya pada 8 September 2020.

Yang paling menggemparkan adalah berpulangnya legenda Timnas Indonesia, Ricky Yacobi. Sosok yang ketika masih aktif bermain berposisi sebagai striker itu tutup usia setelah bermain sepak bola pada 21 November 2020.

Sepekan setelah Ricky Yacobi wafat, sepak bola Indonesia kembali dirundung duka. Legenda Barito putera, Yusuf Luluporo, meninggal dunia, juga setelah bermain sepak bola.

4 dari 8 halaman

5

PSSI pernah merencanakan 'Cara-cara Luar Biasa untuk Meraih Kesuksesan di Piala Dunia U-20 2021'. Dalam sebuah webinar dengan IDN Times yang berjudul 'Ngobrol Seru Indonesia Menyambut Piala Dunia U-20 2021 dan Restart Liga 1' pada Agustus 2020, PSSI memaparkan apa yang dimaksud dengan metode tersebut.

"Kami akan melakukan 'cara-cara luar biasa' untuk meraih sukses prestasi pada Piala Dunia U-20 2021. Termasuk dimungkinkan melakukan nasionalisasi atau naturalisasi pemain pada usia emas sebagai pesepak bola," tulis PSSI dalam presentasi webinar yang juga dihadiri oleh Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Zainudin Amali.

Setelah webinar itu, lima pemain muda asal Brasil datang ke Indonesia. Kelimanya adalah Hugo Guilherme, Pedro Henrique, Thiago Apolinario, Maike Henrique, dan Robert Junior. Kelimanya masih berusia di bawah 20 tahun.

Hugo dan Pedro bergabung dengan Arema FC. Adapun Thiago Apolinario dan Maike Henrique merapat ke Persija Jakarta. Sedangkan Robert Junior berbaju Madura United.

Cara-cara luar biasa PSSI tersebut terlanjur bocor di media massa dan media sosial. Satu per satu pemain lalu meninggalkan timnya untuk kembali ke Brasil.

PSSI melalui direktur teknik Indra Sjafri membantah PSSI membuat proyek naturalisasi terhadap rombongan pemuda Brasil yang merapat ke klub Indonesia. Belakangan, Thiago Apolinario mengaku datang ke Indonesia untuk dinaturalisasi demi Piala Dunia U-20 2021.

5 dari 8 halaman

6

Tepat di bulan enam tahun 2020, Shin Tae-yong terlibat perang dingin dengan Direktur Teknik PSSI, Indra Sjafri. Keduanya saling membuka borok masing-masing melalui media massa.

Kepada media Korea Selatan, Joins, Shin Tae-yong curhat dengan kondisinya di Timnas Indonesia. Mulai dari sikap PSSI yang plin plan, hingga pengusiran Indra Sjafri dari staf pelatih Timnas Indonesia U-19.

"Media di Indonesia melaporkan bahwa saya berkonflik dengan PSSI. Itu tidak penting. Tapi tidak banyak orang di Indonesia yang menginginkan tim sepak bolanya memiliki kemampuan untuk mencapai hasil yang maksimal," jelas Shin Tae-yong pada 19 Juni 2020.

"Saya dengan jelas bisa melihat bagaimana cara untuk mencapai level saya. Namun, PSSI tidak mau mendengarkan itu. Sesuai keinginan saya, saya ingin memberikan pengalaman bermain dengan tim yang tangguh," ujar Shin Tae-yong.

Indra Sjafri membalas cerita Shin Tae-yong itu melalui situs PSSI. Mantan pelatih Timnas Indonesia U-22 ini membela diri dan menganggap sang pelatih telah kelewat batas.

Ketika itu, Shin Tae-yong tengah berada di Korea Selatan sejak April 2020 dan diminta kembali untuk menangani Timnas Indonesia U-19, namun baru datang pada Juli 2020.

"Shin Tae-yong meminta saya keluar ruangan. Saya ikuti. Saya keluar dan merenung di sana. Jadi tidak benar kalau saya dikatakan tidak mendampinginya sejak awal perkenalan. Lalu disebut mangkir dan juga tidak pernah meminta maaf. Bohong semua itu," ucap Indra Sjafri medio Juni 2020.

"Kami awalnya menghormati Shin Tae-yong, tapi lama-lama yang bersangkutan bersikap seenaknya sendiri. Dalam rapat yang dibuka oleh Ketua PSSI, Mochamad Iriawan, Shin Tae-yong tampak seenaknya rapat sambil mengemudikan mobil menggunakan ponsel kecil. Sementara pengurus PSSI mengikuti rapat dengan serius di tempat duduk masing-masing."

"Alasannya, dia ada janji untuk melihat resort. Ini menunjukkan bahwa dia tidak profesional. Apalagi, dia tetap kami gaji sangat besar. Meski selama pandemi COVID-19 dipotong 50 persen. Ini kok diajak rapat susah sekali," tutur Indra Sjafri.

6 dari 8 halaman

11

Timnas Indonesia U-19 menjalani rangkaian uji coba dalam pemusatan latihan di Kroasia, Agustus-Oktober 2020. Garuda Muda, julukannya, total memainkan 11 partai latih tanding.

Dari 11 partai itu, Timnas Indonesia U-19 berhasil meraih lima kemenangan, tiga seri, dan tiga kali menelan kekalahan. Witan Sulaeman menjadi bintang untuk Garuda Muda dengan memimpin tiga kategori statistik; gol, assist, dan jumlah penampilan.

Data dan Fakta Timnas Indonesia U-19 di Kroasia

Hasil Uji Coba

  • 5 September 2020: Timnas Indonesia U-19 0-3 Bulgaria U-19
  • 8 September 2020: Timnas Indonesia U-19 1-7 Kroasia U-19
  • 11 September 2020: Timnas Indonesia U-19 3-3 Arab Saudi U-19
  • 17 September 2020: Timnas Indonesia U-19 2-1 Qatar U-19
  • 20 September 2020: Timnas Indonesia U-19 1-1 Qatar U-19
  • 25 September 2020: Timnas Indonesia U-19 0-1 Bosnia dan Herzegovina U-19
  • 28 September 2020: Timnas Indonesia U-19 1-0 Dinamo Zagreb U-19
  • 8 Oktober 2020: Timnas Indonesia U-19 3-0 NK Dugopolje U-19
  • 11 Oktober 2020: Timnas Indonesia U-19 4-1 Makedonia Utara U-19
  • 14 Oktober 2020: Timnas Indonesia U-19 0-0 Makedonia Utara U-19
  • 20 Oktober 2020: Timnas Indonesia U-19 4-0 Hajduk Split U-19

Penampilan Terbanyak sebagai Starter

  • 10: Witan Sulaeman, Muhammad Adi Satryo, Pratama Arhan
  • 9: Irfan Jauhari, David Maulana
  • 8. Rizky Ridho

Gol Terbanyak

  • 3: Witan Sulaeman, Jack Brown
  • 2: Irfan Jauhari, Braif Fatari, Saddam Gaffar, Brylian Aldama, Bagas Kaffa
  • 1: Bagas Kaffa, Pratama Arhan, Beckham Putra, Mochammad Supriadi

Assist Terbanyak

  • 3: Witan Sulaeman, Bagas Kaffa
  • 2: Pratama Arhan, Braif Fatari
  • 1: Beckham Putra, Khairul Imam Zakiri
7 dari 8 halaman

100

Sebuah tulisan dari jurnalis senior, Joseph Erwiyantoro di Facebook pada 17 Desember 2020 membongkar dugaan praktik jual-beli jabatan manajer Timnas Indonesia U-20 untuk Piala Dunia U-20 2021. Pihak-pihak yang dicatut mulai dari Ketua PSSI, Mochamad Iriawan hingga Dodi Reza Alex Noerdin, putra dari mantan Gubernur Sumatere Selatan, Alex Noerdin.

Dalam tulisannya, pria dengan nama lain Cocomeo itu mengklaim Achmad Haris membayar 100 ribu dolar Singapura atau setara dengan Rp1,06 miliar ke Djoko Purwoko untuk melicinkan jalan Dodi Reza Alex Noerdin sebagai manajer Timnas Indonesia U-20 untuk Piala Dunia U-20.

Achmad Haris, yang merupakan mantan Sekretaris Tim Sriwijaya FC, digambarkan Erwiyantoro sebagai anak buah Dodi Reza. Adapun, Djoko Purwoko disebutkannya memiliki kedekatan dengan Iriawan.

Dalam tulisannya, Erwiyantoro juga melampirkan bukti kuitansi transaksi sebesar 100 ribu dolar Singapura untuk jabatan manajer Timnas Indonesia U-20.

Kuitansi tersebut diterima dari Achmad Haris dengan tajuk pembayaran 'Pemesanan Tiket Masuk Timnas Piala Dunia 2021'. Transaksi itu dilakukan pada 20 Juli 2020 dan ditandatangani oleh Djoko Purwoko.

Pelaksana Tugas (Plt) Sekjen PSSI, Yunus Nusi mengatakan Badan Yudisial PSSI akan memanggil Achmad Haris dan Djoko Purwoko. Nama keduanya disebut-sebut dalam kabar jual-beli jabatan manajer Timnas Indonesia U-20.

"Kedua orang tersebut akan dipanggil oleh Badan Yudisial. Ketua PSSI, Mochamad Iriawan juga mendukung hal ini. Sebenarnya secara lisan, PSSI sudah mendapatkan laporan dari Achmad Haris dan Djoko Purwoko soal kasus ini. Namun, secara lembaga, PSSI perlu mengklarifikasi secara resmi agar semua pernyataannya bisa dipertanggungjawabkan," imbuh Yunus Nusi.

Adapun, Achmad Haris menampik telah membeli jabatan manajer Timnas Indonesia U-20 untuk Dodi Reza Alex Noerdin. Kuitansi pembayaran sebesar 100 dolar AS atau setara Rp1,06 miliar diklaimnya sebagai transaksi untuk memesan tiket Piala Dunia U-20 2021.

"Sekarang begini. Yang tertera di kuitansi itu apa tulisannya? Itu tiket Piala Dunia U-20 2021 dan cuma sekadar bisnis. Apa salahnya kalau mau berbisnis? Saya tidak tahu apa-apa soal isu yang lain. Sekarang tinggal dilihat saja apa itu keterangan di kuitansinya," ucap Achmad Haris.

Sama seperti Achmad Haris, Djoko Purwoko berdalih uang 100 ribu dolar dari tersebut bukan untuk membeli posisi manajer Timnas Indonesia U-20, melainkan untuk tiket Piala Dunia U-20. Pemesanan ini, katanya, layaknya mem-booking tiket Liga Champions dari jauh-jauh hari.

"Mungkin saya orang yang dipandang tegak lurus, jadi dicari-cari nama saya. Ini mungkin juga politik yang tidak suka PSSI," kata Djoko Purwoko.

"Kuitansi itu juga tidak ada kaitannya dengan narasi jual-beli jabatan manajer. Memang tidak boleh pesan tiket jauh-jauh hari? Saya pernah juga tinggal di luar negeri dan pesan tiket Liga Champions. Saya orang sepak bola dan paham bagaimana pemesanan tiket."

"Sangat bohong jual-beli jabatan itu. Itu orang-orang politik dari pihak yang tak suka pak Dodi dan Pak Ketua PSSI. Saya juga pernah ada di kepengurusan Ketua PSSI era Pak Edy Rahmayadi. Kurang lebih begitu saja, polanya sama," imbuh Djoko Purwoko.

Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Zainudin Amali meminta PSSI untuk menginvestigasi dugaan jual-beli jabatan manajer Timnas Indonesia U-20.

"Timnas Indonesia U-20 ini dibiayai oleh pemerintah melalui APBN. Tentu, kami juga punya kepentingan. Kami sudah berkomunikasi dengan PSSI melalui Wakil Ketua Umum. Supaya segera dilakukan investigas terhadap kejadian itu. Kami mau semua organisasi olahraga, termasuk PSSI, memiliki tata kelola baik dan bersih. Tidak ada campur tangan apa-apa," imbuh Amali.

8 dari 8 halaman

429

Rp429 juta alias 25 ribu euro, bayaran yang kemungkinan akan diterima Bagus Kahfi dalam sebulan setelah bergabung dengan Jong Utrecht alias FC Utrecht. Artinya, pemain Garuda Select angkatan pertama dan kedua ini bakal mendapatkan 450 ribu euro atau sekitar Rp7,7 miliar selama periode tersebut.

Penyerang berusia 18 tahun itu bakal meneken kontrak selama 18 bulan dengan Jong Utrecht. Periode setengah tahun untuk recovery cedera, sisanya sebagai kesempatan untuk unjuk gigi.

"Sesuai gaji minimum pemain non-Uni Eropa di Belanda, kalau tidak salah, Bagus Kahfi akan menerima gaji 25 ribu euro per bulan," ujar perwakilan Mola TV, Mirwan Soewarso, ketika dihubungi Bola.com, 2 Desember 2020.

Tanggal 1 Desember 2020 menjadi hari yang bersejarah bagi Bagus Kahfi. Bagaimana tidak, bomber berusia 18 tahun itu dipastikan dilepas oleh timnya, Barito Putera ke Jong Utrecht melalui FC Utrecht.

Sebelumnya, tim asal Belanda itu telah menarik minatnya menyusul tidak adanya perkembangan sampai batas waktu yang diberikan kepada Barito Putera pada 27 November 2020.

Barito Putera, selaku empunya si pemain, mengizinkan Bagus Kahfi berkarier di Eropa, tepatnya di FC Utrecht, tanpa meminta kompensasi. Sebab, sebelumnya, tim berjulukan Laskar Antasari enggan merelakan kepergian sang bomber dengan cuma-cuma mengingat kontraknya masih tersisa hingga tahun depan.

"Kami bertemu semua pihak. Saya juga bertemu Pak Hasnuryadi Sulaiman, CEO Barito Putera. Setelah itu, Bagus Kahfi bertemu Pak Hasnur. Kalau yang saya tahu, Barito Putera sudah bisa melepas Bagus Kahfi. Mereka sudah sepakat untuk melepas sang pemain tanpa biaya," kata Mirwan.

"Bagus Kahfi akan dikontrak selama 18 bulan. Sisa waktu tujuh bulan hingga pertengahan musim depan dihitung sebagai recovery. Sebab mereka perlu menghitung waktu untuk pemulihan sang pemain. Hanya saja, saya tidak tahu apakah Bagus Kahfi bisa naik turun membela Jong Utrecht dan tim senior Utrecht. Saya kurang mengerti," jelas Mirwan.

Video Populer

Foto Populer