Sukses


5 Dampak Negatif Pembatalan Shopee Liga 1 dan Liga 2: Pemain dan Klub Jadi Korban

Bola.com, Jakarta - Teka-teki nasib Shopee Liga 1 2020 dan Liga 2 2020 akhirnya terjawab pada Rabu (20/1/2021). PSSI resmi memutuskan untuk membatalkan lanjutan kompetisi 2020 yang disepakati dalam rapat Komite Eksekutif (Exco).

Keputusan pembatalan Shopee Liga 1 2020 dan Liga 2 2020 diambil PSSI dengan dilatarbelakangi oleh laporan dari PT Liga Indonesia Baru (LIB) usai menggelar rapat dengan klub pada 15 Januari 2021. Mayoritas klub peserta meminta kompetisi 2020 dibatalkan dan diganti dengan musim baru.

"Berdasarkan masukan dan kemudian Exco PSSI membahasnya, akhirnya diputuskan soal kejelasan Shopee Liga 1 dan Liga 2. Exco memutuskan untuk membatalkan Shopee Liga 1 dan Liga 2 2020," kata Ketua PSSI, Mochamad Iriawan.

Pembatalan ini membuat klub lega karena mendapatkan kepastian setelah beberapa bulan menanti keputusan. Namun, di sisi lainnya pembatalan kompetisi elite Indonesia ini turut membawa dampak negatif.

Meski demikian, keputusan ini menjadi yang terbaik bisa dilakukan pada situasi pandemi COVID-19. Keputusan ini diharapkan bisa diterima dan dicermati dengan bijak oleh semua pihak yang terdampak.

Bola.com mencatat, sedikitnya ada lima dampak negatif akibat pembatalan Shopee Liga 1 2020 dan Liga 2 2020. Mayoritas merugikan pemain dan klub. Apa saja?

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 6 halaman

1. Tanpa Kegiatan

Pemain menjadi yang paling terdampak dalam pembatalan Shopee Liga 1 dan Liga 2 2020. Dengan demikian, pemain dipastikan tak memiliki kegiatan sampai ada tanda-tanda musim baru akan dimulai.

Situasi ini tentu saja memengaruhi kualitas fisik dan stamina yang dipastikan menurun. Apalagi PSSI tak merinci kapan musim baru 2021 akan dimulai.

Pemain tentu membutuhkan kepastian musim baru digulirkan. Hal ini untuk bisa mengukur persiapan agar performa bisa kembali normal.

3 dari 6 halaman

2. Renegosiasi Kontrak

Pembatalan Shopee Liga 1 2020 dan Liga 2 2020 juga berpeluang membuat pemain kehilangan penghasilan. Klub tentu akan melakukan renegosiasi kontrak terhadap pemain.

Pemotongan gaji secara signifikan berpeluang dialami pemain karena belum bisa dipastikan kapan musim baru akan bergulir. Selain itu, untuk pemain yang masa baktinya habis berpeluang tanpa kontrak.

Klub yang terdampak pandemi COVID-19 tentu mengalami masalah finansial. Hal itulah yang membuat mereka tak ingin terburu-buru untuk menyodorkan kontrak baru pada pemain.

4 dari 6 halaman

3. Angkat Kaki

Pembatalan musim 2020 membuat kompetisi Indonesia terancam kembali akan ditinggalkan pemain asing dan lokal. Untuk mengisi kekosongan waktu, mereka bisa mengambil cara untuk hengkang ke luar negeri.

Seperti diketahui, kompetisi elite sepak bola di negara tetangga lebih jelas dan akan segera memulai musim baru. Hal ini tentu saja berdampak negatif pada klub yang akan kehilangan pemain andalan.

Sejauh ini, sudah ada 35 pemain asing yang angkat kaki dari Indonesia. Jumlah itu berpeluang bertambah akibat pembatalan musim 2020.

5 dari 6 halaman

4. Ditinggal Sponsor

Seiring dengan pembatalan musim 2020 maka membuka peluang sponsor angkat kaki dari klub peserta. Hal ini bakal mengguncang masalah finansial klub.

Seperti diketahui, klub sudah merugi sejak penundaan Shopee Liga 1 dan Liga 2 mulai Maret 2020. Kerugian ditanggung karena tak ada pemasukan, namun masih harus membayarkan kewajiban berupa gaji pemain, pelatih, dan ofisial.

Dengan demikian, maka aliran dana dari sponsor juga akan ditarik kembali. Kondisi tersebut tentu menjadi mimpi buruk klub yang berpeluang berada di pintu kebangkrutan.

6 dari 6 halaman

5. Citra Kompetisi Rusak

Citra kompetisi elite Indonesia bakal berpengaruh terhadap pembatalan musim 2020. Sebagai kompetisi profesional, liga sepak bola di Indonesia dianggap tak memiliki kemampuan melanjutkan musim.

Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang membatalkan musim 2020. Dengan demikian, hal ini bakal menyulitkan pemain asing untuk datang ke Indonesia yang dianggap tak becus dalam mengurus kompetisi.

Ini menjadi pekerjaan rumah kedepan buat PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) untuk lebih profesional dalam mengelola kompetisi. Sehingga kedepannya situasi semacam ini tidak lagi terulang dan merugikan banyak pihak.

Video Populer

Foto Populer