Sukses


Pengakuan Muhammad Eksan: Sibuk di PDAM, Tolak Tawaran Jadi Asisten Manajer PSS

Bola.com, Jakarta - Nama Muhammad Eksan sangat familiar di lingkungan PSS Sleman. Ia disebut-sebut sebagai legenda hidup Laskar Sembada (jukukan PSS) pada era awal milenium.

Sosok striker ganas yang menjadi predator bagi pertahanan lawan. Setelah lama gantung sepatu, Eksan fokus pada pekerjaannya di BUMD Kabupaten Sleman, tepatnya di Perusda PDAM Sleman.

Eksan tak bisa lepas dari sepak bola meski sudah kerja kantoran. Ia menjadi asisten manajer PSS, membantu Danilo Fernando sejak ditunjuk musim lalu.

Dalam podcast PSS, Eksan menceritakan pengakuannya bisa menjadi seorang asisten manajer, yang dianggap sebagian banyak orang adalah pekerjaan berat. Apalagi, latar belakang Eksan adalah sebagai pemain, bukan orang di balik layar klub.

Pria asal Kulonprogo tersebut tak menampik pernah menolak mentah-mentah tawaran menjadi seorang asisten pelatih PSS. Eksan merasa tidak punya modal untuk menjadi seorang manajer.

"Musim 2019 saya mendapat pesan WhatsApp dari Slemania. Suruh datang ke pertemuan manajemen klub, termasuk Hempri Suyatna (direktur operasional PSS). Bersama Viola Kurniawati (eks CEO) juga, ingin bertemu saya," beber Eksan.

"Saya diminta membantu PSS Sleman sebagai asisten manajer, seketika saya terkejut. Saya sempat menolak, merasa tidak bisa, karena memang tidak punya gambaran dan pengalaman sedikit pun di manajer. Saya katakan tidak berani dan punya pekerjaan (PDAM)," terangnya.

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Menjembatani Tim dan Manajemen

Satu bulan berjalan, sudah ada manajer baru di PSS Sleman, yakni Sudibyo. Kemudian untuk kedua kalinya, ada lagi tawaran kepada Eksan agar mau menerima posisi asisten manajer.

Pemimpin perusahaan tempatnya bekerja, meminta agar Eksan menerima tawaran tersebut. Benar saja, Eksan akhirnya mengemban tugas sebagai asisten manajer PSS dalam mengarungi Shopee Liga 1 2019. 

Kinerjanya di manajemen PSS cukup apik. Tim pujaan Brigata Curva Sud (BCS) dan Slemania tersebut finis di posisi delapan klasemen akhir.

"Gambaran saya manajer itu seperti orang yang selalu punya uang, membackup semuanya. Sementara saya tidak bisa seperti itu, bukan pengusaha, bukan orang kaya raya. Saya bantu untuk kebutuhan tim saya sedikit tahu. Saya jalani saja," bebernya.

"Saya sempat tanya ke Seto Nurdiyantoro (pelatih PSS) saat itu, sebenarnya tugas saya apa. Yakni untuk menjembatani antara tim dengan manajemen, begitu juga sebaliknya," kata Eksan menambahkan.

"Intinya pekerjaan saya fokus pada kebutuhan ke tim. Tahun kemarin saya ikut andil ngurus ini itu dan pusing rasanya, mencari pemain, mendengar suara suporter. Bersyukur di tahun ini lebih rapi dan tertata dengan baik," jelas Muhammad Eksan.

Video Populer

Foto Populer