Sukses


Yeyen Tumena Berbagi Kisah Pahit Tentang Hantu Bernama Cedera

Bola.com, Jakarta - Seperti hantu, cedera buat pemain sepak bola merupakan satu hal paling ditakuti sekaligus dihindari. Mantan pemain Timnas Indonesia, Yeyen Tumena, pernah merasakan cedera panjang dalam kariernya.

Saat masih aktif bermain, Yeyen Tumena dikenal sebagaiĀ stopper andal yang selaluĀ 'menghantui' striker lawan. Kecakapannya dalam mengawal lini pertahanan menjadi momok buat juru gedor karena sangat sulit melepaskan diri dari penjagaannya.

Yeyen Tumena yang kini berprofesi sebagai komentator pada satu di antara stasiun televisi itu pernah bermain di lebih dari lima klub Indonesia. Namun yang paling lama dan melambungkan namanya adalah ketika ia berseragam PSM Makassar.

Bagaimana tidak, membela PSM pada usia muda (18 tahun), Yeyen Tumena langsung didapuk sebagai kapten tim. Padahal, ia baru saja menandatangani kontrak profesional pertamanya pada Liga Indonesia 1995/1996, yang sekaligus membuatnya sebagai kapten termuda sepanjang sejarah Liga Indonesia hingga saat ini.

Prestasi terbaiknya bersama tim kebanggaan masyarakat Makassar itu didapat ketika Yeyen Tumena memberikan gelar Liga Indonesia musim 2000. Empat tahun kemudian, saat membela Persebaya Surabaya, ia juga sukses mengangkat trofi serupa.

Sebagai pria asli Minang, Yeyen Tumena ternyata tak pernah mengecap kontrak profesional bersama tim asal Padang, baik itu Semen Padang maupun PSP Padang. Padahal ia lahir dari keluarga sepak bola yang akrab dengan Semen Padang.

Ayahnya adalah karyawan di Semen Padang. Bahkan ketika orang tuanya menikah, Azwar Anas yang merupakan mantan Ketua Umum PSSI dan kala itu menjabat sebagai Direktur Utama PT Semen Padang menjadi wali nikah.

Memang Yeyen Tumena sempat belajar sepak bola di SSB Semen Padang dan mendapat pengalaman bermain di PSP Padang, tapi statusnya masih amatir. "Dulu memang begitu, semua pemain muda amatir bertanding atas nama PSP Padang kalau bermain di level nasional," terang Yeyen.

Bakat pria yang memulai karier juniornya sebagai striker (Yeyen Tumena jadi top scorer dan pemain terbaik Piala Soeratin zona Sumatera Barat) ini tercium PSSI dan masuk program Primavera di Italia.

Dari sana, pelatih Danurwindo dan Suhatman melihat sosok Yeyen Tumena lebih cocok diplot sebagai stopper. "Saya pun akhirnya dimainkan sebagai stoper karena bek yang ada posturnya tak memadai."

Video

2 dari 3 halaman

Cedera Parah Saat Membala Timnas Indonesia di Piala Asia 1996

Kegemilangan Yeyen Tumena berlanjut saat Timnas Indonesia menunjuknya masuk ke dalam skuad Merah Putih pada Piala Asia 1996. Usianya saat itu belum genap 20 tahun, namun ia berhasil bersaing dengan nama-nama tenar seperti Hendro Kartiko,Ā Aples Tecuari, Bima Sakti, hingga Ronny Wabia.

Bertanding di Stadion Jeque Zayed, stadion megah di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Yeyen menderita cedera parah tatkala berbenturan dengan Adnan Al-Talyani, kapten tim tuan rumah. Sedihnya lagi, Timnas Indonesia tumbang 0-2.

Berbicara prestasi Timnas Indonesia pada Piala Asia 1996, mungkin yang ada di benak kita adalah gol spektakuler Widodo Cahyono Putro ke gawang Kuwait. Namun buat Yeyen Tumena, bisa jadi turnamen tersebut merupakan satu di antara momen terburuk dalam karier sepak bolanya.

"Pertandingan ketika lawan UEA menentukan nasib Timnas Indonesia lolos atau tidak, kita butuh hasil imbang saja untuk lolos sebagai runner-up," ujar Yeyen Tumena mengisahkan dilansir dari kanal YouTube Minangsatu.

"Di situlah momennya menjelang menit 40, saya memotong sebuah bola di antara dua centre back, pada saat saya membuang bola dengan kaki kiri (dalam video pertandingan, Yeyen meng-clearence bola dengan kaki kanan), kaki kanan saya yang menumpu malah tertanam di rumput."

"Kapten mereka Adnan Al-Tayani tekel kaki saya pas di tengah lutut, (kaki saya) seperti kaki ayam dibengkokin. Tidak ada pelanggaran, tidak ada kartu kuning, wasit memberhentikan pertandingan, mobil ambulance langsung masuk dan membawa saya ke rumah sakit," katanya lagi.

Sesampainya di rumah sakit, tim dokter mengatakan bahwa Yeyen Tumena seharusnya langsung dioperasi. Namun, karena Timnas Indonesia kalah pada laga tersebut, ia memutuskan untuk pulang.

Sesampainya di Jakarta, Yeyen Tumena menjalani operasi. Ia menjelaskan bahwa cedera yang didapatnya berbeda dengan pemain pada umumnya.

"Saya robek jaringan pengikat yang otot besar. Jadi kan ada tulang, paha, dan betis, lalu tempurung, nah di situ ada jaringan pengikat, itu robek sekitar 30 persen," kata Yeyen menjelaskan cedera parahnya.

Dokter yang menangani Yeyen mengatakan bahwa cedera jenis itu membutuhkan waktu lama untuk penyembuhan. Alhasil, ia mesti beristirahat sekitar 10 bulan lamanya.

"Saya hilang satu musim Liga Indonesia ketiga, tapi saya di masih di PSM. Itulah yang membuat saya bisa menyelesaikan kuliah. Saya tidak boleh melihat lapangan dan nonton pertandingan sepak bola karena bisa bikin saya mau main bola lagi."

"Saya habiskan masa pemulihan sambil kuliah, ambil mata kuliah KKN (Kuliah Kerja Nyata), dan menyelesaikan kuliah saya sambil kerja. Jadi mungkin itu hikmah dari Tuhan," ujar Yeyen melanjutkan.

3 dari 3 halaman

Jadi Komentator Dibayar Dolar

Yeyen Tumena menghabiskan kariernya di rumput hijau dengan membela Persikota Tangerang, Perseden Denpasar, Persebaya, Persija Jakarta, dan Persma Manado.Ā Sempat menjadi pemain Timnas Futsal pada 2002, ia memutuskan pensiun dari dunia yang membesarkan namanya padaĀ  2007.

Selesai dari sana,Ā Yeyen melanjutkan kariernya masih di sekitar sepak bola. Ia menjajal kemampuannya dengan menjadi pelatih tim junior Indonesia, talent scout pada Badan Pembinaan dan Pengembangan Usia Muda PSSI, serta komentator.

Pekerjaannya sebagai komentator dimulai di ANTV, kemudian ke TV One, hingga akhirnya di beIn Sports, sebuah jaringan kanal olahraga yang dimiliki oleh Nasser Al-Khelaifi, Presiden Paris Saint-Germain.

"Di beIn Sports saya dibayar dolar. Baru kali ini saya dibayar dengan dolar karena kontraknya dengan orang Singapura," kata Yeyen bangga.

Sumber: YouTube/Minangsatu

Video Populer

Foto Populer