Sukses


Perjalanan Karier Ali Sunan hingga Membawa PSIS Juara: Pantang Pulang Kampung Sebelum Masuk TV

Bola.com, Makassar - Sukses PSIS Semarang meraih trofi juara Liga Indonesia 1998/1999 tak lepas dari peran penting Ali Sunan, gelandang dengan mobilitas tinggi di lapangan yang juga menjadi kapten tim Mahesa Jenar saat itu.

Berkat aksinya sepanjang musim itu, pria kelahiran Lamongan, 1 November 1970 ini juga meraih penghargaan individual sebagai pemain terbaik. Sukses bersama PSIS merupakan pencapaian tertinggi Ali Sunan bersama tim yang dibelanya di kompetisi kasta tertinggi Tanah Air.

Setelah musim 1998/1999, ia hengkang ke Persija Jakarta dan membawa tim Macan Kemayoran menembus semifinal Liga Indonesia musim 1999/2000. Pada periode itu, Ali Sunan pun sempat memperkuat Tim Nasional Indonesia dengan 10 caps dan 2 gol.

Berbagai pencapaian di atas jadi pelengkap karena sejatinya Ali pernah mencetak prestasi di level internasional. Bersama Timnas Pelajar Indonesia, Ali meraih trofi juara Piala Coca Cola Asia sekaligus menjadi pemain terbaik pada 1988.

Ia juga bagian dari skuat PKT Bontang ketika menembus semifinal Piala Winners Asia 1992. Ali Sunan juga pernah meraih penghargaan sebagai pemain terbaik di level amatir yakni ketika membawa Tunggal Dara meraih trofi Galakarya pada 1988.

Deretan prestasi yang diraih Ali merupakan buah dari keputusannya meninggalkan Lamongan pada 1985 saat usianya baru 15 tahun. Ia merantau ke Jakarta tanpa sepengetahuan orang tua.

"Setelah di Jakarta, saya baru mengirim surat dan berjanji tak akan pulang ke Lamongan sebelum tampil di televisi sebagai pemain sepak bola," kenang Ali Sunan pada channel Youtube Omah Balbalan.

Saksikan Video Pilihan Kami:

2 dari 2 halaman

Trofi Juara Liga Indonesia Bersama PSIS

Di ibukota, Ali Sunan tergabung di tim Soeratin DKI Jakarta yang berlaga di Piala Haornas. Dari ajang itu, nama Ali masuk dalam daftar skuad timnas pelajar Indonesia yang berkiprah di Piala Coca Cola Asia pada 1988.

Sebelum berlaga di turnamen itu, Ali bersama rekan-rekannya berlatih di Brasil yang merupakan kiblat sepak bola saat itu. Selepas dari ajang itu, Ali sempat memperkuat tim Gajah Mungkur dan Tunggal Dara sebelum bergabung dengan PKT Bontang.

"Saya ke PKT bersama rekan-rekan di timnas pelajar yang meraih juara di Piala Coca Cola," terang Ali.

Dari PKT, Ali bergabung di Assyabaab Salim Grup (ASGS) yang berhasil menembus babak 8 Besar Liga Indonesia 1994-1995 yang merupakan edisi perdana kompetisi kasta tertinggi Tanah Air.

Setelah dari ASGS, Ali memperkuat Arseto Solo sebelum tergabung di skuat PSIS Semarang yang akhirnya meraih trofi juara Liga Indonesia 1998-1999.

Pada final yang berlangsung di Stadion Klabat Manado, 9 April 1999, skuat Mahesa Jenar mengalahkan Persebaya Surabaya dengan skor 1-0.

Meski sukses bersama PSIS, Ali hanya semusim bertahan di klub kebanggaan warga Semarang itu. Pergantian pelatih dari Edi Paryono ke Sartono Anwar berdampak besar pada materi pemain.

"Sartono ingin melakukan regenerasi di PSIS dengan mengandalkan mayoritas pemain muda. Saya pun memilih tawaran Persija Jakarta," kata Ali.

Ali juga hanya satu musim di Persija. Ia memutuskan kembali ke Lamongan untuk berkostum Persela. Ali kembali ke Lamongan setelah membuktikan janjinya kepada orangtuanya yakni tampil pada laga yang disiarkan langsung televisi.

Video Populer

Foto Populer