Sukses


Nostalgia Ari Kurniawan, Jatuh Bangun Bersama Deltras di Liga Indonesia

Bola.com, Jakarta - Kiprah Ari Kurniawan sebagai kiper di kompetisi Tanah Air terbilang berwarna. Selama 10 tahun perjalanan kariernya di sepak bola, pria kelahiran 11 April 1978 ini pernah berkostum Gelora Dewata, Persekaba Badung, Persekabpas Pasuruan, Deltras Sidoarjo, Persiram Raja Ampat dan PS Mojokerto Putera.

Dari sejumlah klub yang pernah ia bela, namanya melekat dengan Deltras Sidoarjo. Ari memulainya ketika klub itu masih bernama Gelora Dewata jelang Liga Indonesia musim 1995/1996. Proses dirinya bergabung di tim asal Bali itu terbilang unik.

"Saya mendapat tawaran ke Gelora Dewata setelah mengikuti seleksi di Arema Malang," kenang Ari dalam channel youtube Omah Balbalan.

Sebelum ke Gelora Dewara, Ari lebih banyak menghabiskan waktunya dengan berstatus mahasiswa di Universitas Merdeka Malang. Saat senggang, Ari diajak temannya ikut latihan bersama Arema. Ketika tim kebanggaan Aremania ingin merekrut pemain, Ari pun mencoba ikut seleksi.

Tapi, dalam dua kali percobaan, ia selalu gagal.Peruntungannya di sepak bola mulai terbuka ketika seorang pengurus Arema menghubunginya dan kemudian mempertemukannya dengan Suharno, pelatih Singo Edan. Di pertemuan itu, Ari ditawari bergabung ke Gelora Dewata.

"Saya langsung setuju karena sejak dulu saya ingin menjadi pesepak bola. Saya menjadi mahasiswa karena menuruti permintaan orangtua," terang Ari.Ari ke Gelora Dewata setelah kiper utama tim itu, Erick Ibrahim dijatuhi sanksi larangan bermain oleh PSSI.

Selain Ari dan Erick, Gelora Dewata juga memiliki dua kiper lainnya yakni Sutrisno Herlambang dan Sukamto. Pelatih Gelora Dewata saat itu adalah Solekan yang kemudian diganti oleh Freddy Muli. Di Gelora Dewata, Ari bergabung selama tiga musim sebelum hengkang ke klub Bali lainnya, Persekaba Badung.

Video

2 dari 3 halaman

Jatuh Bangun di Deltras

Di Persekaba, Ari bertahan selama dua musim. Jelang musim 2002, ia kembali ke Gelora Dewata yang kemudian berganti nama dari Gelora Putra Delta ke Deltras Sidoarjo sesuai lokasi markas baru mereka.

Di Deltras, ia bersaing dengan Herry Prasetyo. Berkat kerja kerasnya, Ari kemudian menjadi kiper utama pada musim itu dan berlanjut dua periode berikutnya.

Pada musim 2005, Deltras mendatangkan kiper baru yang memiliki nama di kompetisi Indonesia yakni Helconi Armain dan Fison Meraudje. Ari yang tadinya berstatus kiper utama menjadi kiper pelapis.

"Tapi, saya tak patah arang. Saya terus berlatih keras, termasuk menambah porsi latihan sendiri," ujar Ari.

Setelah kompetisi musim itu berlangsung beberapa pekan, kesempatan buat Ari akhirnya datang setelah Helconi cedera patah tulang iga. Ari pun kembali jadi kiper utama sampai putaran pertama berakhir.

Meski tampil baik, Ari tak otomatis menjadi pilihan utama di Deltras. Jelang putaran kedua, manajemen Deltras mendatangkan Sahari Gultom yang pernah memperkuat timnas Indonesia.Ari kembali menepi di bangku cadangan. Apalagi ia sempat mengalami cedera lutut ringan.

Seperti musim sebelumnya, Ari kembali mendapat tempat di tim utama setelah diturunkan saat Deltras menghadapi Persija Jakarta. Pada laga itu, Deltras menang 1-0. Ia pun terus mengawal gawang Deltras sampai akhir musim.

Jelang musim 2006, Deltras kembali mendatangkan kiper baru yakni Agung Prasetyo, Ari pun sempat menepi sebelum kembali jadi kiper utama.

Musim berikutnya, Ari sempat mencari suasana baru dengan berkostum Persekabpas Pasuruan pada 2007/2008. Setelah itu, Ari balik lagi ke Deltras sebelum menerima tawaran Persiram Raja Ampat.

3 dari 3 halaman

Rentetan Cedera di Persiram

Di Persiram, Ari akhirnya menjadi kiper utama hampir sepanjang musim. Pelatih Persiram saat itu, Raja Isa terus memercayakan Ari di bawah mistar gawang. Termasuk ketika Ari mengalami rentetan cedera.

Di antaranya gigi parah dan tulang jari kelingkingnya mengalami dislokasi.

"Saya tetap menyatakan siap tampil ketika ditanya pelatih. Hasilnya penampilan saya tetap dinilai baik," ungkap Ari.

Dari Persiram, Ari kemudian berlabuh ke PS Mojokerto Putera (PSMP) yang berkiprah di kasta kedua Liga Indonesia. Menurut Ari, ia sejatinya tak ingin lagi menjadi kiper utama sejalan dengan pertambahan usia.

Ari pun berkostum PSMP sampai 2015 dan kemudian beralih profesi sebagai pelatih kiper di klub itu. Pada 2017, Ari sempat mendirikan sekolah sepak bola khusus kiper dengan nama Arwan Camp. Ia kemudian menjadi bagian staf pelatih di Bhayangkara U-16 yang berkiprah di Elit Pro Academy 2019.

Video Populer

Foto Populer