Sukses


Nostalgia Mantan Kiper Persebaya Era Perserikatan M. Ridwan: Tanding Tanpa Sarung Tangan dan Pingsan di Lapangan

Bola.com, Jakarta - Nama M. Ridwan sebagai kiper pernah menghiasi daftar pemain Persebaya Surabaya era Perserikatan periode 1974-1986. Pria asli Sidoarjo ini jadi bagian dari Bajul Ijo ketika meraih trofi juara 1977/1978.

Ia juga pernah merasakan masa sulit Persebaya Surabaya yang nyaris mengalami degradasi pada musim 1985/1986. Dalam channel youtube Omah Balbalan, Ridwan menceritakan perjalanan panjang kariernya di sepak bola yang diawali dengan membela tim tanah kelahirannya, Persida Sidoarjo pada 1972-1973.

Menurut Ridwan, Persida kalau hendak beruji coba atau bertanding, terpaksa menggunakan truk. "Kalau ada pohon yang rindang, kami sempatkan untuk istirahat dan makan bersama. Saat latihan pun, kami meminum air dari keran," kenang Ridwan.

Dari berbagai uji coba itu, bakat Ridwan dilirik Suryanaga, klub amatir Surabaya yang berkiprah di kompetisi internal Persebaya pada 1974. Pada tahun yang sama, Ridwan sudah menjadi bagian Persebaya Junior.

Pencapaian terbaiknya bersama skuad muda Bajul Ijo adalah meraih trofi Piala Soeratin 1976. Sukses yang membuka jalan buat Ridwan masuk tim Persebaya senior. Seperti diketahui, pada musim 1977/1978, Persebaya meraih trofi juara setelah mengalahkan Persija Jakarta dengan skor 4-3 pada final yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, 26 Januari 1978.

"Pada musim itu, saya berstatus kiper cadangan. Kiper utamanya adalah Suharsoyo," terang Ridwan.

Ia kemudian jadi kiper utama Persebaya Surabaya setelah mayoritas pilar tim ramai-ramai bergabung dengan sejumlah klub Galatama, kompetisi semiprofesional pertama di Indonesia.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Perjuangan Keras di Lapangan

Pada kesempatan itu, Ridwan juga menceritakan kerasnya persaingan dan perjuangan kiper di lapangan. Kala itu, kiper belum memakai sarung tangan untuk menghindari cedera.

Pada satu momen, Ridwan mengalami cedera pada jarinya setelah merebut bola dari kaki penyerang Persema Malang, Hari Ratu.

"Sakitnya bukan main. Tulang jari saya sampai kelihatan karena kulitnya terkelupas. Tapi, Pak Djoko Sutopo (manejer/Ketua Umum Persebaya) memaksa saya main. Kebetulan saat itu, pertandingan sudah hampir selesai," ungkap Ridwan.

Bagi Ridwan, berusaha tampil dengan kemampuan terbaik adalah hal yang wajib. Karena kalau tampil jelek, harus siap diparkir.

Saat itu, kiper pelapis Ridwan adalah Sasono Handito dan Putu Yasa. Nama terakhir belakangan jadi penerus Ridwan dengan raihan trofi juara dan status pemain timnas Indonesia.

Ridwan juga mengungkap kenangan pahitnya ketika pingsan di lapangan setelah bola menerpa wajahnya. Ketika itu, ia tampil dibawah mistar gawang Persebaya menghadapi PSM Makassar di Piala Jusuf 1980.

Pada babak kedua, Ridwan yang tampil gemilang menghalau serangan bergelombang PSM harus ditarik keluar lapangan karena pingsan.

"Saat itu bola tendangan penyerang PSM meluncur keras ke arah gawang saya. Saat itu ada Hambali (bek Persebaya) tepat berdiri di hadapan saya. Saya pikir Hambali akan mengadang laju bola itu, ternyata ia menunduk. Saya yang dalam posisi tidak siap dengan refleks menyambut bola dan mengenai wajah saya. Rasanya seperti ditonjok orang sekampung," tutur Ridwan.

Setelah memutuskan gantung sepatu pada 1986, Ridwan memilih fokus pada pekerjaannya di Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jawa Timur. Belakangan, setelah pensiun sebagai PNS, Ridwan sempat melatih menjadi pelatih kiper Persida Sidoarjo. Kini pada usianya jelang 70 tahun, Ridwan sesekali menyempatkan diri bermain bersama dengan para mantan pesepak bola Jatim lainnya.

 

Video Populer

Foto Populer