Sukses


COVER STORY: Derita Akamsi Persib Hanya Jadi Penghangat Bangku Cadangan di Pentas BRI Liga 1

Bola.com, Jakarta - Persib Bandung anteng di posisi dua besar klasemen sementara BRI Liga 1 2021-2022 dengan modal dua kemenangan beruntun di awal musim. Namun, di balik sukses itu, ada pekerjaan rumah besar yang kudu dibereskan Maung Bandung jika ingin menutup kompetisi dengan raihan gelar, sesuai target yang diapungkan manajemen.

Persib punya bom waktu harmonisasi tim. Begitu banyaknya legiun impor di jajaran skuat (kombinasi pemain asing dan naturalisasi) secara tak sadar mengkerdilkan pemain-pemain akamsi (anak kampung sini).

Total ada delapan pemain citra rasa asing di skuat asuhan Robert Alberts. Empat murni berpaspor non Indonesia: Wander Luiz (Brasil/penyerang), Geoffrey Castillion (Belanda/penyerang), Mohammed Rashid (Palestina/gelandang), serta Nick Kuipers (Belanda/bek). 

Plus ditambah lagi pesepak bola impor yang sudah diresmikan menjadi WNI macam Ezra Wallian (Belanda/penyerang), Marc Klok (Belanda/gelandang), Esteban Vizcarra (Argentina/gelandang sayap), dan Victor Igbonefo (Nigeria/bek). 

Di dua laga awal melawan Barito Putera dan Persita Tangerang mayoritas di antaranya tampil sebagai starter. Praktis hanya yang jadi cadangan karena yang bersangkutan baru tiba di Indonesia. Dengan catatan ia tampil sebagai pemain pengganti saat duel kontra Persita.

Melihat reputasi delapan pemain tersebut, Robert kemungkinan besar akan menampilkan mereka sebagai pemain utama di tim. Selain faktor kualitas, gaji besar yang mereka kantungi jadi pertimbangan. Manajemen Maung Bandung tentu ingin membakar uang hanya untuk mendatangkan pemain berstatus cadangan abadi.

Dengan skuat yang demikian kinclong, Persib jadi unggulan juara BRI Liga 1. Banyak netizen sepak bola nasional, Persib bakal auto juara dengan tim bertabur bintang. 

Tim-tim pesaing secara terbuka mengakui Persib yang paling siap secara teknik untuk memenangi kompetisi. "Mereka layak diunggulkan. Skuat yang mereka miliki amat dalam," tutur Ferry Paulus, Direktur Sepak Bola Persija.

Bek asing Persita, Adam Mitter mengunggah cuplikan rekaman video aksinya di pertandingan timnya melawan Persib. Di unggahannya, pemain asal Inggris itu menulis caption sindiran halus.

"Tadi malam kami melawan menurut saya tim terbaik di Indonesia. Mereka memiliki delapan pemain asing yang bermain, kami hanya memiliki dua," tulis Adam Mitter. Pada laga itu, Persita yang berstatus tim promosi hanya kalah tipis 1-2.

Umuh Muchtar, Komisaris PT Persib Bandung Bermartabat, dengan sedikit jemawa menyebut timnya bakal juara musim 2021-2022 ini. "Sebetulnya kalau kami lihat siapapun yang main bagus-bagus karena Persib Bandung itu skuadnya sudah cukup kuat. Maaf bukan kami takabur sepertinya lawan sudah gemetar melihat Persib. Kalau enggak juara kebangetan," ujar Umuh.

Hal itu tercermin di dua pertandingan awal yang mereka lakoni. Mereka sapu bersih. Memang tidak dengan skor telak, namun keberhasilan menyegel kemenangan menjadi penanda Persib siap menjadi jawara baru.

Secara hitungan kertas, sulit bagi para pesaing mengimbangi Persib Bandung. Tim-tim elite di masa pandemi yang dalam kondisi normal bakal jadi pesaing tangguh di papan atas tengah tiarap, menekan pengeluaran.

Contohnya Persija yang berstatus juara Piala Menpora 2021. Karena tekanan pengeluaran besar mereka rela memutus kontrak aset berharga mereka Marc Klok yang akhirnya dicaplok Persib.

Demikian pula Persebaya Surabaya, yang memilih memaksimalkan deretan pemain muda plus legiun asing minim pengalaman berharga murah."Saya tidak mungkin memaksa manajemen belanja pemain asing yang mahal. Klub menjalani masa berat di era pandemi," tutur Aji Santoso, pelatih Tim Bajul Ijo.

Demikian pula Persipura Jayapura atau Arema FC. Mungkin hanya Bali United satu-satunya tim yang kedalaman skuatnya mendekati Tim Pangeran Biru.

 

2 dari 7 halaman

Lima Pemain Lokal Terpaksa Hengkang

Namun di balik kemegahan skuat Persib, ada problematik pelik yang bisa mengganggu stabilitas performa tim sepanjang musim ini. Begitu banyaknya pemain pendatang bak bom waktu yang bisa meledak kapan saja.

Pemain-pemain lokal yang kualitasnya juga mentereng kehilangan panggung. Banyak di antara mereka hanya jadi penghangat bangku cadangan.

Dengan komposisi delapan pemain 'asing' praktis hanya tiga slot tersisa buat penggawa lokal di starting XI Persib. Satu otomatis di ambil kiper. Hanya dua posisi lagi lowong yang bisa dimaksimalkan di posisi bek sayap. Di posisi-posisi lainnya dikuasai para pemain impor.

Saat menghadapi Persita, Persib menampilkan komposisi lokal: M. Nastsir (kiper), Bayu Fiqri, Ardi Idrus (bek sayap) dan Febri Hariyadi (penyerang sayap). Pada pertandingan sebelumnya kontra Barito komposisinya tak jauh beda, hanya plus sosok Frans Butuan (penyerang sayap).

Begitu banyak pemain made in lokal menganggur. Belum ada riak-riak suara sumbang yang terlontar dari pesepak bola lokal. Tapi tidak ada yang tahu ke depannya seperti apa.

Pastinya jelang kompetisi bergulir, dua pemain asli Indonesia memilih pindah klub karena melihat peluang bermain mereka amat kecil. Striker berpengalaman Ferdinand Sinaga memilih hengkang ke Persis Solo.

Kepergian Ferdinand terasa antiklimaks, mengingat ia baru melakukan comeback ke Maung Bandung, setelah sempat berkelana di PSM Makassar. "Dia khawatir tidak mendapat menit bermain yang cukup karena tim punya banyak striker yang berkualitas," ungkap Robert Alberts membuka alasan Ferdinand pergi.

Setelah Ferdinand, menyusul Gian Zola, salah satu wonderkid pelanggan Timnas Indonesia level junior yang pilih pindah ke Persela Lamongan dengan alasan yang kurang lebih sama.

Keputusan Zola amat realistis, dengan kehadiran Marc Klok, Mohammed Rashid, serta ditambah Esteban Vizcarra membuat dirinya nyaris tidak mungkin tampil di lapangan. Lini tengah Tim Pangeran Biru amat sesak.

"Saya sejak awal berharap bisa dipinjamkan ke klub lain. Tahun ini gelandang di skuad Persib banyak. Saya sulit bersaing, apalagi saya baru menjalani operasi karena kecelakaan dan juga sempat cedera," kata Zola.

Selain Zola, Persib juga meminjamkan pemain-pemain didikan akademi mereka, Kakang Rudianto (bek, 18 tahun), Saiful (gelandang, 19 tahun) dan Ravil Shandyka Putra (19 tahun) ke klub Liga 3, Bandung United. 

Apakah masalah selesai sampai di situ? Masih ada total 14 pemain belia didikan akademi plus senior citra rasa lokal yang masih ada di tim. Nasib mereka serba gantung, hanya jadi pemanis bangku cadangan.

Pemain-pemain berkelas Timnas Indonesia macam Achmad Jupriyanto (bek), Supardi, Henhen Herdiana, Zanaldo (bek sayap), Abdul Aziz, Erwin Ramdani, Dedi Kusnandar (gelandang), serta Agung Mulyadi (penyerang sayap) harus menunggu daftar antre untuk dapat menit bermain.

3 dari 7 halaman

Lokal Perkasa di Awal Liga Indonesia

Situasi yang terjadi di Persib terasa ironis. Lima tahun terakhir Akademi Persib jadi lahan yang subur mencetak pemain-pemain bertalenta.

Selain Zola dan Febri maupun, ada sosok Beckham Putra pemain belia yang kerap wira-wiri di skuat Timnas Indonesia junior di era Shin Tae-yong atau Luis Milla. Dan sebelum mereka Akademi Persib produktif melahirkan pemain-pemain bagus macam Dedi Kusnandar, Henhen Herdiana, atau Erwin Ramdani.

Patut dicatat Ferdinand Sinaga didikan tim junior Persib di masa lalu. Jangan heran kepergiannya terasa menyesakkan bagi bobotoh.

Kesuksesan Akademi Persib mencetak pemain-pemain berkelas mengingatkan kita di era-era awal Liga Indonesia (kompetisi penggabungan Galatama-Perserikata) pada medio 1990-an. Persib juara edisi perdana kompetisi kasta elite pada musim 1994-1995 dengan modal 100 persen pemain lokal binaan klub internal mereka.

Robby Darwis, Yusuf Bachtiar, Kekey, Zakaria, Sutiono Lamso, Anwar Sanusi, Mulyana, Asep Kustiana sosok legenda yang dikenang hingga saat ini oleh bobotoh sebagai legenda yang mempersembahkan gelar kompetisi edisi perdana dengan mengalahkan Petrokimia Putra dengan skor 1-0 di Stadion Utama Gelora Bung Karno.

Belum ditambah sosok Djadjang Nurdjaman atau Adjat Sudrajat yang mengharumkan nama Pangeran Biru di edisi-edisi pengunjung Perserikatan.

Permainan indah khas umpan-umpan pendek merapat jadi ciri khas permainan Persib yang melekat hingga kini. Keputusan Persib memainkan pemain lokal asal Jawa Barat saat itu terhitung berani, karena kontestan pesaing di Liga Indonesia menurunkan pemain-pemain asing, termasuk lawan mereka Petrokimia dengan mengandalkan duo Brasil, Jacksen F. Tiago dan Carlos De Mello.

Namun, itu semua cerita masa lalu. Persib mulai tergiur untuk merekrut pemain asing pada musim 2003 saat keran APBD gemuk mereka dapat. Dengan modal keuangan besar, Persib menjadi tim yang selalu gemerlap dengan legiun asing mahal.

Saat pengusaha Glenn Sugita mengambil alih kepemilikan klub, Persib kian doyan belanja pemain mahal.

 

4 dari 7 halaman

Glenn Merubah Perwajahan Persib

Tim kebanggaan Bobotoh itu mampu disulap Glenn menjadi satu di antara klub paling mapan dan mandiri di jagad persepak bolaan Indonesia.

Persib menjelma menjadi sebuah klub yang benar-benar mandiri dan profesional setelah lepas dari APBD. Kerja keras Glenn Sugita kala itu membuat Maung Bandung bisa bertahan bahkan cenderung berkembang pada awal-awal larangan bantuan dari dana pemerintah.

Sejak ada larangan kucuran dana dari APBD, Wali Kota Bandung, Dada Rosada mencoba mengumpulkan beberapa pengusaha asal Bandung dan manajemen Persib. Pasalnya Persib harus segera membentuk badan hukum atau PT.

Beruntung saat itu sosok Umuh Muchtar siap menggelontorkan dana milyaran rupiah demi kelangsungan Persib di ajang kompetisi tertinggi di Indonesia, hingga akhirnya Persib menjadi klub profesional setelah terbentuknya sebuah badan hukum bernama PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB) pada akhir Desember 2008.

Persib pun tidak lagi mendapatkan kucuran dana pengelolaan dari pemerintah, melainkan dari pengelolaan usaha di bawah naungan PT PBB, dimana di dalamnya adalah Umuh Muchtar (Direktur dan Komisaris), Zaenuri Hasyim (Komisaris), Yoyo S. Adireja (Komisaris), Iwan Hanafi (Komisaris), dan Kuswara S. Taryono (Komisaris)

Seiring berjalannya waktu, PT PBB pun berhasil menjadi salah satu pengelola klub profesional. Terlebih setelah kedatangan sosok Glenn Sugita yang dikenalkan Wakil Gubernur Jawa Barat, Dede Yusuf kepada Umuh Muchtar dan Zaenuri Hasyim.

"Saya melihat Persib harus diselamatkan, karena klub satu ini bukan hanya aset kota Bandung tapi juga Jawa Barat. Harus ada orang yang punya kedekatan historis serta kuat secara permodalan untuk mengurusnya," kata Dede yang juga berprofesi sebagai selebritas.

Glenn mengaku tak butuh banyak waktu buat berfikir saat ditawari untuk mengelola Maung Bandung. "Saatnya saya berkontribusi buat warga Jawa Barat lewat sebuah klub sepak bola," katanya.

Jajaran Komisaris pun berubah setelah masuknya Glenn. Terlebih Glenn pun membawa Erick Thohir untuk membantu membesarkan nama Persib Bandung.

Glenn menjadi Direktur Utama PT PBB, Erick Thohir sebagai Wakil Komisaris Utama, Umuh Muchtar (Komisaris sekaligus Manajer Persib), Zaenuri Hasyim (Komisaris Utama), Yoyo S. Adiredja (Komisaris), dan Kuswara S. Taryono (Komisaris).

5 dari 7 halaman

Sponsor Banyak, Belanja Pemain Bebas-bebas Saja

Seiring berjalannya waktu, Glenn pun memboyong Teddy Tjahjono untuk menggantikan posisi Risha Adi Widjaja sebagai Direktur PT PBB. Belakangan Erick Thohir mundur sebagai Wakomut PT PBB setelah menjadi Menteri BUMN RI dipemerintahan Joko Widodo.

Bagi Glenn memang Persib bukan hal yang baru terdengar. Maklum pengusaha sukses ini telah hidup dan tinggal di Bandung sejak kecil hingga dewasa. Karena itu Glenn tidak ragu untuk menggelontorkan dana bagi tim berjulukan Maung Bandung ini.

Bermarkas di Graha Persib, Jalan Sulanjana, Bandung No. 17 Bandung, PT PBB pun mampu menggandeng beberapa perusahaan besar sebagai sponsor Persib dari musim ke musim.

Sebagai pebisnis ulung, Glenn tergolong cerdik. Setelah terbentuk konsorsium, sponsor datang dengan sendirinya. Bobotoh pun bertempik sorak karena Persib berhasil mendatangkan banyak sponsor sekaligus stabil dari musim ke musim.

Sponsor-sponsor yang datang itu sebenarnya sister company dari Persib sendiri alias perusahaan-perusahaan yang dimiliki para investor Persib. Tapi hal itu wajar saja dilakukan, karena pada prinsipnya Persib sebagai sebuah brand juga menguntungkan bagi investor dalam konsorsium PT PBB mempromosikan diri.

Di bawah kendali Glenn, Persib sukses mengakhiri puasa panjang gelar kompetisi dengan menjadi kampiun Indonesia Super League pada musim 2004. Persib jadi tim juara dengan skuat yang kinclong di bawah asuhan Djadjang Nurdjaman. Gelar turnamen Piala Presiden 2005 menambah prestise klub di mata publik.

Glenn menjadi sosok yang melakukan terobosan mendatangkan marquee player sekelas Michael Essien dan Carlton Cole alumnus Premier League. Di setiap musimnya beberapa tahun terakhir publik disajikan kemewahan demi kemehawan. Pemain top silih berganti datang dan pergi.

Tidak ada yang salah dengan apa dilakukan Persib. Di era sepak bola industri bebas membangun skuatnya, sepanjang mereka memiliki anggaran. Tak terkecuali musim ini.

Agresivitas belanja pemain Persib di masa pandemi corona sesuatu yang wajar mengingat owner membidik target tinggi juara BRI Liga 1. Pendapatan sponsorship yang mereka kantungi lebih dari cukup untuk menggaji pemain dan memutar roda ekonomi klub.

Bayern Munchen di Bundesliga, Real Madrid serta Barcelona di La Liga, Manchester United dan Chelsea di Premier League juga melakukan hal yang sama.

Tinggal bagaimana Robert Alberts pintar-pintar mengantur harmonisasi tim asuhannya. Tidak mudah mengelola banyak pemain bintang kombinasi asing, lokal, dan naturalisasi dengan ego besar. Kelihaiannya mengatur psikologis pemain akan jadi penentu krusial apakah bisa Persib menyudahi musim ini dengan kejayaan.

Bisakah arsitek asal Belanda itu menyudahi kutukan pelatih asing tak pernah bisa mempersembahkan gelar juara di era Liga Indonesia? Ingat lho petinggi Persib yang royal juga dikenal keji dalam urusan pecat-memecat pelatih. Waktu yang akan menjawab. Namu pastinya, skuat dream team yang ia bangun tampil trengginas walau belum superior di dua laga awal kompetisi.

 

 

 

6 dari 7 halaman

Pemain Didikan Diklat Persib di Skuat Maung Bandung

Kiper

  • 1. Aqil Savik (22 tahun)

Belakang

  • 2. Henhen Herdiana (26 tahun)
  • 3. Indra Mustafa (22 tahun)
  • 4. Mario Jardel (20 tahun)
  • 5. Zalnando (24 tahun)
  • 6. Kakang Rudianto (18 tahun)*
  • 7. Dimas Juliono Pamungkas (17 tahun)

Tengah

  • 8. Dedi Kusnandar (29 tahun)
  • 9. Puja Abdillah (24 tahun)
  • 10. Beckham Putra Nugraha (19 tahun)
  • 11. Abdul Aziz (27 tahun)
  • 12. Erwin Ramdani (28 tahun)
  • 13. Ferdiansyah (17 tahun)
  • 14. Saiful (19 tahun)*
  • 15 Syafril Lestaluhu (23 tahun)
  • 16. Gian Zola Nasrulloh (23 tahun) **

Depan

  • 17. Ravil Shandyka Putra (19 tahun)

 

*) Dipinjamkan ke Bandung United

**) Dipinjamkan ke Persela Lamongan

7 dari 7 halaman

Yuk Intip Persaingan BRI Liga 1

Video Populer

Foto Populer