Sukses


2 Versi Starting XI Yahud Timnas Indonesia dengan 4 Pemain Keturunan di Eropa: Siapa Bisa Jebol Gawang Riyandi?

Bola.com, Jakarta - Rencana PSSI untuk menaturalisasi empat pemain keturunan di Eropa akan menjamin ketangguhan lini belakang Timnas Indonesia. Mengapa bisa demikian?

Pernah melihat sebuah iklan dari Nike menjelang Euro 1996? Ya, billboard bertuliskan "Italy's goalkeeper: easiest job in Europe" masih sering berseliweran di media sosial sampai sekarang.

Narasi tersebut menggambarkan bagaimana tangguhnya benteng pertahanan Timnas Italia kala itu. Kiper Angelo Peruzzi bisa dengan santai mengawal gawangnya karena Paolo Maldini, Alessandro Nesta, hingga Alessandro Costarturta berdiri kukuh bak bodyguard di depannya.

Lantas, apa hubungannya iklan Nike untuk Timnas Italia itu dengan Timnas Indonesia?

Begini, pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong meminta PSSI untuk menaturalisasi empat pemain keturunan di Eropa demi Timnas Indonesia. Keempatnya adalah Sandy Walsh, Kevin Diks, Jordi Amat, dan Mees Hilgers.

Semua pemain yang diinginkan Shin Tae-yong itu berposisi sebagai bek, dengan rincian Sandy Walsh serta Kevin Diks bek sayap dan Jordi Amat serta Mees Hilgers bek tengah.

Keberadaan keempatnya kelak tentu bakal membuat lini belakang tim berjuluk Skuad Garuda ini susah ditembus. Meminjam ungkapan iklan Nike untuk Timnas Italia dengan mengubah sedikit kalimatnya: Kiper Timnas Indonesia, pekerjaan paling mudah di Asia Tenggara.

2 dari 4 halaman

Pilihan Utama di Klub Masing-masing

Empat peman keturunan Indonesia yang bukan nama sembarangan. Sandy Walsh, Kevin Diks, Jordi Amat, dan Mees Hilgers adalah tulang punggung di klubnya masing-masing.

Sandy Walsh, misalnya, pemain berusia 25 tahun itu selalu bermain sebagai starter untuk KV Mechelen di First Division A atau kasta teratas Liga Belgia musim ini.

Jordi Amat, yang bermain di kompetisi yang sama dengan Sandy Walsh, tapi di klub berbeda, beraksi 14 kali untuk AS Eupen sebagai pemain utama. Bek berusia 29 tahun itu hanya sekali absen.

Mees Hilgers melejit menjadi pilar lini belakang FC Twente di Eredivisie atau divisi paling elite di Liga Belanda. Palang pintu berusia 20 tahun itu dimainkan 12 kali dari 13 pertandingan, dengan sepuluh di antaranya menjadi starter.

Di Superliga atau kasta teratas Liga Denmark, Kevin Diks cuma sekali tidak diturunkan oleh FC Copenhagen dari 16 pertandingan kompetisi domestik. Pemain berusia 25 tahun itu tampil sebagai pemain utama dalam sepuluh partai.

3 dari 4 halaman

Formasi Pertama

Bagaimana formasi Timnas Indonesia kelak jika naturalisasi empat pemain itu terwujud? Bola.com mencoba untuk mengulas dua versi starting eleven impian bagi Skuad Garuda.

Pertama dengan pakem 4-1-4-1, pola yang biasa dipakai Shin Tae-yong di Timnas Indonesia.

Empat pemain keturunan itu akan full mengisi sektor belakang Timnas Indonesia. Sandy Walsh sebagai bek sayap kanan, Mees Hilgers dan Jordi Amat menjadi duo bek tengah, Kevin Diks sebagai bek sayap kiri.

Posisi naluriah Kevin Diks sebenarnya adalah bek sayap kanan, namun bentrok dengan Sandy Walsh yang juga terbiasa bermain di pos itu.

Catatan Transfermarkt, ketimbang Sandy Walsh, lebih baik memainkan Kevin Diks sebagai bek sayap kiri. Dalam tiga musim belakangan, mantan pemain Fiorentina itu pernah lima kali bermain di posisi itu.

Sandy Walsh bukannya tidak pernah dipasang sebagai bek sayap kiri. Namun, jika perbandingannya dengan Kevin Diks, bek berpaspor Belanda itu hanya tiga kali beraksi di pos tersebut dalam periode yang sama.

Kedatangan empat pemain keturunan itu kelak akan menggusur bek lokal bertalenta Timnas Indonesia seperti Asnawi Mangkualam, Elkan Baggott, hingga Pratama Arhan.

Di posisi lain, nama-nama langganan Shin Tae-yong masih menjadi prioritas. Seperti Muhammad Riyandi di bawah mistar gawang, Evan Dimas sebagai pengatur serangan, dan Egy Maulana Vikri serta Witan Sulaeman di sisi sayap. Keberadaan keempatnya tidak tergantikan.

Timnas Indonesia Naturalisasi 1 (4-1-4-1): Muhammad Riyandi; Sandy Walsh, Mees Hilgers, Jordi Amat, Kevin Diks; Rachmat Irianto; Egy Maulana Vikri, Evan Dimas, Ricky Kambuaya, Witan Sulaeman; Ezra Walian

4 dari 4 halaman

Formasi Kedua

Pakem 4-2-3-1 menjadi pilihan dalam formasi kedua Timnas Indonesia dengan empat pemain keturunan demi mengakomodir talenta lokal di lini belakang.

Sandy Walsh dan Jordi Amat dapat didorong ke depan sebagai double pivot dan sebagai gantinya Asnawi Mangkualam dan Elkan Baggott dapat bermain menjadi bek sayap kanan dan tengah.

Sandy Walsh cukup akrab dengan posisi sebagai gelandang bertahan. Dia pernah tujuh kali memainkan peran itu pada 2018/2019 sesuai data Transfermarkt.

Jika diakumulasi, Sandy Walsh telah 26 kali bertanding menjadi gelandang bertahan sejak 2014/2015.

Jordi Amat juga tidak asing dengan tugas sebagai gelandang jangkar. Alumnus Timnas Spanyol U-21 ini sempat dimainkan lima kali menjadi tukang jagal pada 2019/2020.

Total, Jordi Amat membukukan 18 penampilan di posisi gelandang bertahan selama sepuluh tahun terakhir.

Bandingkan dengan Mees Hilgers yang belum pernah bermain sebagai gelandang tengah dan Kevin Diks yang baru lima kali beraksi di posisi itu sepanjang kariernya.

Formasi 4-2-3-1 demi memanfaatkan Asnawi dan Baggott ini terpaksa mengorbankan Rachmat Irianto dan Ricky Kambuaya dalam starting eleven impian Timnas Indonesia dengan empat pemain keturunan versi kedua.

Timnas Indonesia Naturalisasi 2 (4-2-3-1): Muhammad Riyandi; Asnawi Mangkualam, Elkan Baggott, Mees Hilgers, Kevin Diks; Sandy Walsh, Jordi Amat; Egy Maulana Vikri, Evan Dimas, Witan Sulaeman; Ezra Walian

Video Populer

Foto Populer