Sukses


Schweinsteiger, Profesionalisme, dan Faktor Herrera

Bola.com, Jakarta - Satu pemandangan langka terjadi di AON Training Complex, markas latihan Manchester United, Senin (31/10/2016). Pemain yang selama ini "disingkirkan", Bastian Schweinsteiger, hadir dalam sesi latihan tim.

Dengan menggunakan jaket dan penutup kepala berwarna biru, Schweinsteiger terlihat gembira bisa berlatih bersama rekan-rekannya. Wajar saja, momen tersebut menjadi kali pertama pemain berusia 32 tahun itu berlatih bersama tim utama semenjak Jose Mourinho resmi melatih Setan Merah.

Pada awal musim ini, Schweinsteiger sempat "menghilang" karena masalah cedera usai membela Jerman di Piala Eropa 2016. Setelah pulih, eks kapten tim nasional Jerman itu tidak lagi terlihat berlatih bersama Wayne Rooney dan kawan-kawan. Mourinho justru lebih sering menyuruh Schweinsteiger berlatih sendiri ataupun bersama tim cadangan.

Sinyal Schweinsteiger bakal didepak dari Manchester United, sudah tercium saat Mourinho melakoni laga-laga pramusim. The Special One yang memang tidak menyertakan Schweinsteiger, mengatakan hanya membutuhkan 23 pemain, termasuk tiga kiper untuk mengarungi musim 2016-2017.

Nama Schweinsteiger sudah tidak ada dalam daftar pemain pilihan Mourinho. Mourinho pun memberikan opsi bagi mantan pemain Bayern Munchen itu untuk mencari klub baru pada bursa transfer musim panas lalu.

Sayangnya, Schweinsteiger gagal menemukan klub baru. Tidak ada satupun klub peminat yang mau membayar gaji besar suami dari petenis Ana Ivanovic itu. Konon, gaji Schweinteiger sekitar 200.000 poundsterling atau setara Rp 3,18 miliar per pekan.

Imbasnya, pemain berusia 32 tahun itu tidak didaftarkan dalam skuat tim di Liga Europa. Satu hal yang patut disyukurinya hanya bisa didaftarkan untuk kompetisi Premier League musim ini.

Namun, pendaftaran itu seperti sebuah formalitas belaka. Mourinho tidak pernah memercayai Schweinsteiger untuk bermain dalam 10 laga awal Premier League. Schweinsteiger seakan hanya "makan gaji buta" di Manchester United selama periode Agustus-Oktober 2016.

Mourinho tidak pernah takut membuang pemain yang dianggapnya sudah tidak terpakai di klub. Schweinsteiger bukan satu-satunya korban Mourinho. Jika kembali ke belakang, The Special One bahkan mempersilakan pemain sekaliber Raul Gonzalez memilih pergi dari Real Madrid pada 2010.

Kembali ke cerita Schweinsteiger, keputusan Mourinho sempat membuat beberapa kompatriot Schweinsteiger meradang. Manuel Neuer dan Lukas Podolski menjadi dua pemain Jerman terakhir yang menyerukan harapan melihat kembali Schweinsteiger bermain di lapangan.

Sakit hatikah Schweinsteiger? Tidak ada yang tahu bagaimana sebenarnya isi hati sang pemain. Namun yang pasti, jiwa profesional Schweinsteiger sangat terlihat jelas pada masa "pengasingannya".

"Manchester United akan menjadi klub Eropa terakhir saya. Saya menghormati klub lain, namun klub ini yang menjadi satu-satunya pilihan saya saat meninggalkan Bayern Munchen. Saya akan selalu siap jika klub membutuhkan. Ini yang bisa saya katakan untuk situasi sekarang. Saya berterima kasih kepada para suporter atas dukungan luar biasa selama beberapa pekan terakhir," tulis Schweinsteiger di akun Instagram-nya, 24 Agustus lalu.

2 dari 2 halaman

"Hadiah" dari Ander Herrera

"Hadiah" dari Ander Herrera

Bagi Schweinsteiger, harapan baru muncul justru dari sebuah momen buruk rekannya. Ander Herrera menerima kartu merah pada laga kontra Burnley, Sabtu (29/10/2016). Dua hari setelah itu, Schweinsteiger pun melakoni latihan perdana bersama skuat utama pada musim ini.

Lantas, apa hubungan kartu merah Herrera dengan kembalinya Schweinsteiger?

Dalam beberapa laga terakhir, Mourinho terlihat sudah nyaman dengan kepemimpinan Herrera sebagai deep-lying playmaker. Keputusan tersebut membuat Paul Pogba kini bisa berperan sebagai gelandang serang dan menyingkirkan Rooney dari posisi pemain inti.

Kini, tanpa Herrera, Mourinho bakal mencari pengganti sepadan. Stok pemain itu tinggal menyisakan Michael Carrick. Marouane Fellaini dan Morgan Schneiderlin lebih bertipe pemutus serangan lawan. Sementara itu, Pogba, Juan Mata, ataupun Jesse Lingard lebih fasih bermain sebagai gelandang serang ketimbang gelandang bertahan yang piawai menjaga daerah sendiri dan juga mampu menyuplai umpan dengan baik.

Hanya mempunyai Carrick sebagai pengganti Herrera bukan sebuah pilihan bijak, mengingat usia sang pemain yang sudah menginjak 35 tahun. Kemungkinan besar, Carrick akan bermain saat Manchester United bertandang ke Fenerbahce, Kamis (3/11/2016). Terlalu riskan untuk kembali memainkan Carrick pada laga kontra Swansea City, tiga hari berselang.

Peluang itu yang mungkin dimiliki Schweinsteiger. Meski sudah lama tidak berlatih bersama rekan-rekannya, Schweinsteiger masih dalam kondisi bugar karena menjalani latihan individu bersama staf pelatih fisik di pusat kebugaran.

Sekarang, tinggal bagaimana Mourinho melihat Schweinsteiger mampu menyatu dengan strategi timnya secepat mungkin. Atau bisa saja, Mourinho langsung memainkan Schweinsteiger pada akhir pekan ini, lantaran melihat statistik sang pemain selama semusim terakhir di Manchester United.

Khusus di Premier League, persentase The Red Devils meraih kemenangan mencapai 55,6 persen saat Schweinsteiger tampil. Sedangkan bila Schweinsteiger absen, Manchester United justru hanya mampu meraih 13 kemenangan dalam 30 laga yang artinya 43,3 persen.

Masih terlalu dini melihat bagaimana peran Schweinsteiger bisa membawa performa Manchester United lebih baik. Namun, Schweinsteiger telah membuktikan hati sekeras Mourinho pun bisa luluh dengan sikap profesional darinya.

"Merasa hebat hari ini! Tim dalam kondisi bagus dan hasil akan mengikuti!" - Bastian Schweinsteiger, 31 Oktober 2016.

Video Populer

Foto Populer