Sukses


5 Pemain Berlabel Bintang yang Gagal Beradaptasi dengan Filosofi Permainan Pep Guardiola

Bola.com, Jakarta - Pep Guardiola adalah manajer paling sukses di abad ke-21, dengan catatan 31 gelar di tiga klub elite Eropa.

Pelatih berusia 50 tahun ini memiliki riwayat karier yang luar biasa yang mencakup dua gelar Liga Champions, tiga Bundesliga, La Liga, dan Premier League, di tambah deretan penghargaan domestik dan kontinental lainnya.

Pep Guardiola mencatat sejarah selama empat tahun di Barcelona, memimpin Blaugrana memenangi Liga Champions, La Liga, Copa Del Rey, Piala Dunia Antarklub FIFA, Piala Super UEFA, dan Supercopa de Espana pada 2009.

Mantan pemain Barcelona itu juga pergi untuk menikmati kesuksesan dalam dua tugas berikutnya di Bayern Munchen dan Manchester City.

Sementara pemain seperti Lionel Messi, Pedro, serta Sergio Busquets tampil memesona di bawah arahah pelatih Spanyol itu, beberapa lainnya kesulitan menemukan bentuk permainan terbaik di bawah asuhan Pep Guardiola.

Siapa saja pemain yang gagal beradaptasi dengan filosofi permainan Pep Guardiola?

 

Video

2 dari 6 halaman

Joe Hart

Legenda Manchester City, Joe Hart adalah elemen penting dalam kejayaan di pentas Premier League 2011-2012 timnya, yang merupakan gelar liga pertama City sejak 1968.

Hart mencatat 17 clean sheet musim itu membuatnya mendapatkan penghargaan Golden Glove. Dia kemudian memenangkan satu trofi Liga Inggris lagi sebelum kedatangan Pep Guardiola. Trofi terakhir pemain berusia 34 tahun itu bersama City adalah Piala Liga 2015-2016, setelah itu Guardiola mengambil alih kendali dari Manuel Pellegrini.

Setelah membuat 347 penampilan dalam satu dekade di klub, Joe Hart hanya berhasil memainkan satu pertandingan di bawah Guardiola. Mantan kiper nomor 1 Inggris itu segera diturunkan ke bangku cadangan setelah pemain Spanyol itu datang.

Guardiola merekrut Claudio Bravo dari Barcelona untuk memainkan peran sebagai sweeper keeper yang tidak bisa dijalankan Hart.

Selama jendela transfer pertama Pep Guardiola sebagai manajer Manchester City, aktivitas transfer di Etihad cukup padat karena sebagian besar skuad Pellegrini disingkirkan.

Joe Hart dikirim dengan status pinjaman ke Torino, diikuti dengan kepindahan ke West Ham, sebelum secara permanen dijual ke Burnley setelah menghabiskan lebih dari 14 tahun di City.

3 dari 6 halaman

Benjamin Mendy

Pep Guardiola amat boros berbelanja pemain di Manchester City. Ia mengeluarkan lebih dari £ 300 juta dihabiskan untuk bek saja.

Benjamin Mendy adalah satu dari tiga full-back yang ditandatangani City pada jendela transfer musim panas 2017. Tapi pemain Prancis itu diganggu oleh cedera, membuat hanya tampil di 23 laga dalam dua musim pertamanya di klub, karena cedera ligamen lutut dan operasi berikutnya membuatnya absen selama dua tahun.

Setelah kembali dari cedera, Mendy membuat 30 penampilan di musim 2019-2020 tetapi gagal mengesankan Pep Guardiola untuk terus bermain di XI.

Oleksandr Zinchenko ditandatangani pada 2016 sebagai prospek muda dan dipromosikan ke lineup City bertabur bintang setelah masa pinjaman yang mengesankan di PSV Eindhoven. Mendy hanya membuat 20 penampilan musim ini, karena Zinchenko secara efektif menjadi bek kiri pilihan pertama Citizens di bawah Pep Guardiola.

4 dari 6 halaman

Yaya Toure

Yaya Toure, pemain internasional Pantai Gading, telah menjadi salah satu gelandang terbaik Premier League satu dekade terakhir. Ia telah mencatatkan 129 keterlibatan gol (79 gol, 50 assist) dalam 316 penampilan untuk Citizens.

Namun, Toure tidak memiliki banyak kenangan indah bermain di bawah asuhan Pep Guardiola, karena keduanya bentrok pada dua kesempatan berbeda. Penunjukan Guardiola sebagai manajer Barcelona pada 2008 menyebabkan musim yang sarat trofi bagi Blaugrana, tetapi waktu Toure di Camp Nou dipotong pendek.

Setelah kedatangannya di Barcelona pada 2007, Pemain Terbaik Afrika empat kali itu berhasil bertahan hanya dua tahun di bawah Pep Guardiola sebelum digantikan oleh Sergio Busquets muda di starting XI.

Tujuan Toure berikutnya adalah Etihad, di mana ia memantapkan dirinya di Hall of Fame Manchester City, memainkan peran utama dalam dua kemenangan Liga Inggris City dalam tiga tahun. Namun, kedatangan Pep Guardiola di Etihad jadi mimpi buruk bagi sang pemain.

Pertengkaran publik antara agen Yaya Toure, Dimitri Seluk, dan Pep Guardiola pun terjadi, setelah itu pelatih Spanyol itu mengeluarkan Toure dari skuad City.

Setelah Toure mengeluarkan permintaan maaf publik atas nama agennya, Guardiola mengembalikan sang pemenang Liga Champions dalam susunan pemain City. Tapi Toure hanya membuat 48 penampilan dalam dua musim di bawah Guardiola sebelum meninggalkan Etihad setelah delapan musim yang mengesankan di klub.

5 dari 6 halaman

Mario Gotze

Ketenaran Mario Gotze melesat bak meteor setelah memenangi final Piala Dunia FIFA 2014. Golnya di masa perpanjangan waktu bakal dikenang oleh suporter Jerman.

Gotze juga merupakan bagian integral dari klub raksasa Borussia Dortmund yang menghentikan dominasi Bayern Munchen di sepak bola domestik Jerman. Dortmund adalah satu-satunya klub selain Bayern  yang memenangkan Bundesliga dalam satu dekade terakhir.

Pemain-pemain seperti Gotze, Robert Lewandowski dan Marco Reus membentuk inti dari Black and Yellows. Setelah sukses di Signal Iduna Park, Gotze bergabung dengan Pep Guardiola di Bayern.

Pemain Jerman itu mengawali kehidupan seperti dongeng di Allianz Arena, mencetak 19 keterlibatan gol (10 gol, 9 assist) dalam 27 penampilan Bundesliga di musim debutnya.

Meskipun sering mengalami cedera, Gotze menghasilkan 36 gol dan 24 assist dalam 114 penampilan untuk juara Jerman selama tiga musim bertugas di Bavaria.

Pep Guardiola menjauh dari penggunaan false nine, seperti yang ia lakukan dengan Lionel Messi di Barcelona, ​​malah memilih menggunakan striker tradisional dalam bentuk Robert Lewandowski.

Pendekatan taktis ini menyebabkan Gotze menghabiskan lebih banyak waktu di bangku cadangan.

Pemain berusia 28 tahun saat ini sedang bermain di PSV Eindhoven. Dia tampaknya menemukan kembali bentuk permainan terbaik di sana. Ia mencetak enam gol dan tujuh assist dalam 25 penampilan untuk klub Belanda itu.

6 dari 6 halaman

Zlatan Ibrahimovich

Striker gaek Swedia, Zlatan Ibrahimovich adalah salah satu pemain hebat modern di dunia sepak bola, memenangkan 32 gelar di beberapa liga top Eropa.

Ibrahimovic pindah ke Camp Nou setelah tiga tahun sukses bersama Inter Milan. Dia membuat awal yang menakjubkan di Barcelona, ​​mencetak tujuh gol dalam tujuh penampilan La Liga pertamanya.

Namun, sementara Mario Gotze dikeluarkan dari barisan Bayern karena Guardiola menggunakan striker tradisional, pemain Spanyol itu menggusur Ibrahimovich dari posisi yang disukainya untuk menurunkan Messi yang saat itu berusia 22 tahun di peran sentral tersebut. Hal itu membuat Zlatan mati kutu.

Meski bermain di posisi lebar yang tidak biasa, pemain asal Swedia itu masih mampu mencetak 16 gol dan delapan assist dalam 29 penampilan di musim La Liga 2009-10.

Namun, hubungan pemain Swedia yang produktif itu dengan Pep Guardiola tampaknya memburuk tanpa bisa diperbaiki, dan dia pindah kembali ke Italia pada musim berikutnya.

Ibrahimovich kemudian mengungkapkan alasan kepergian dari Barcelona dalam otobiografinya, dengan mengatakan:

"Pada awalnya semua dimulai dengan baik, tapi kemudian Messi mulai berbicara. Dia ingin bermain di tengah, bukan di sayap, jadi sistemnya berubah dari 4-3-3 menjadi 4-5-1. Saya dikorbankan, dan saya tidak lagi memiliki kebebasan di lapangan yang saya butuhkan untuk sukses."

Sumber: Sportskeeda

Video Populer

Foto Populer