Sukses


Ambisi Valentino Rossi Kejar Gelar Ke-10 di MotoGP di Pengujung Karier

Jakarta - Valentino Rossi sudah menorehkan sejarah yang panjang di MotoGP. Menginjak usianya yang ke-40, Rossi belum memperlihatkan niat untuk segera pensiun dan akhiri kariernya di dunia balap yang sangat ketat ini.

MotoGP bukanlah dunia yang mudah. Bintang-bintang balap muda mulai bermunculan. Marc Marquez menjadi pembalap muda yang sangat cepat meroket sehingga koleksi trofi juaranya mulai mendekati torehan Rossi.

Ada pula nama-nama yang siap menjadi ancaman seperti Danilo Petrucci, Francesco Bagnaia dan Franco Morbidelli. Dua nama terakhir merupakan murid Rossi yang sudah mulai membuat gerah sang guru.

Bagaimana tidak, keduanya sudah mengalahkan catatan waktu Rossi di latihan pramusim di sirkuit Sepang. Rossi secara berkelakar juga mengatakan fenomena ini jelas membuatnya kesal.

Valentino Rossi mengaku mulai khawatir dengan fenomena ini. Dia mengaku tak pernah menyangka bisa secepat itu dikalahkan sang murid mengingat masih minimnya pengalaman Bagnaia dan Morbidelli.

"Saya akan coba racuni mereka saat ada di rumah! Saya pikir persaingan bakal tambah sulit karena saya punya gaya yang sama dengan Morbidelli," kata Rossi,berkelakar, seperti dikutip crash.

Valentino Rossi saat masih muda dan kalahkan Max Biaggi (AFP)

Rossi mengaku tak pernah punya rencana untuk melawan muridnya sendiri di MotoGP. Itu tak pernah terlintas dibenaknya saat membuka akademi balap VR46 pada 2013 lalu.

Namun baru enam tahun terbentuk, dua muridnya sudah langsung tembus MotoGP. Bagnaia lulusan teranyar setelah jadi juara di Moto2 musim lalu.Rossi mengaku Bagnaia dan Morbidelli merupakan lulusan pertamanya di VR46.Saat bersama mereka, Rossi tak pernah menyangka bakal kembali bertemu di MotoGP dalam waktu singkat.

"Saat saya memulai akademi bersama Bagnaia dan Morbidelli.Kami tak menyangka para murid bakal melawan saya," ujar Rossi.

 

 

2 dari 3 halaman

Persaingan Ketat

Belum lagi ada pembalap 'setengah' tua seperti Andrea Dovizioso, Jorge Lorenzo, Pol Espargaro dan Johann Zarco yang siap menikung Rossi. Harapan Rossi untuk mengejar gelar ke-10 semakin berat.

Semua itu harus didukung tak hanya oleh performa Rossi di lintasan tapi juga tim yang menukangi motor. Kalau motor tak mendukung, Rossi pun bakal sulit untuk mengejar ambisi pribadinya untuk merebut gelar ke-10 di MotoGP.

Rossi sangat terobsesi dengan angka 10 yang terus dikejarnya dalam sepuluh tahun terakhir. Kalau perlu, dia bisa saja nekat terus membalap hingga usia 46 tahun, sama seperti nomor motornya yang legendaris.

Beberapa pihak di sekelilingnya pun sudah memberikan dukungan agar Rossi terus membalap seperti dari sang ayah, Graziano. Hingga kini, Rossi juga belum tercatat sebagai pembalap tertua yang pernah aktif balapan.

Setidaknya masih ada tiga pembalap yang pernah menang atau membalap di usia lebih tua. Mereka adalah Fergus Anderson asal Spanyol dengan usia 44 tahun, Jack Findlay (42) dan Leslie Graham (41).

"Tidak seperti orang lain, dia seakan mampu menghentikan efek dari waktu seperti sepuluh tahun lalu, dia berada di kondisi terbaiknya," kata Graziano, seperti dilansir situs MotoGP.

Adik Valentino Rossi, Luca Marini, dan adik Marc Marquez, Luca Marini, bakal bersaing di ajang Moto2 musim depan.

Tak hanya sang ayah, adik tiri Rossi, Luca Marini juga ingin sang kakak terus membalap. Dia berharap suatu saat bisa bersaing dengan Rossi di lintasan.

"Saya sudah katakan padanya untuk tetap balapan sampai usia 46 tahun. Setelahnya, barulah ia boleh pensiun. Saat ia pensiun nanti, paddock takkan lagi sama tanpanya," ungkap rider yang akrab disapa Maro ini.

Dilihat dari prestasi yang diraih Rossi sejak 2009 atau sejak meraih gelar ke-9, dia memang belum mengalami penurunan prestasi. Kecuali pada 2011, 2012 (Ducati) dan 2017 (Yamaha), Rossi beberapa kali nyaris menjadi juara. Namun dua pembalap motor yaitu Jorge Lorenzo dan Marc Marquez menjegalnya dari perebutan gelar ke-10 nya.

3 dari 3 halaman

Tuntaskan Penantian

Tak ada hal yang paling ingin dikejar Valentino Rossi, pembalap Monster Energy Yamaha selain gelar ke-10 di MotoGP. Terakhir memenangkannya pada 2009 lalu, Rossi benar-benar ingin menuntaskan ambisi gelar ke-10 MotoGP itu di musim ini.

Terus kompetitif meski sudah tidak muda lagi, Rossi mengklaim kekalahan dramatis dari Nicky Hayden musim 2006 membuktikan bahwa dirinya pantas mengklaim gelar juara dunia kedelapan.

"(Memenangi 10 gelar) adalah mimpi yang saya percaya bisa diraih, tapi ini juga sebuah penyesalan besar, karena saya pantas mendapatkannya," ujar Rossi kepada Gazzetta dello Sport.

"Saya kehilangan dua gelar (2006 dan 2015) pada balapan terakhir, dan saya juga jadi runner-up selama beberapa kesempatan (2000, 2014, dan 2016), karier saya pantas mendapatkan 10 gelar. Karena ini juga saya masih mencoba."

Valentino Rossi dan Franco Morbidelli (kedua dari kanan) di acara perkenalan tim di Sirkuit Sepang 5 Februari lalu (Liputan6.com/Defri Saefullah)

The Doctor mengaku membuat kesalahan krusial, membuatnya kehilangan gelar musim 2006. Selain itu, ia juga menyebut beberapa keputusannya di masa lalu, khususnya saat berpindah dari satu pabrikan ke pabrikan lainnya.

"Valencia 2006, jika saya tetap tenang dan tidak terjatuh, saya bisa menang. Kemudian, ada beberapa hal saya tidak tahu apakah itu blunder atau tidak, pindah ke Ducati, atau memilih Yamaha ketimbang terus menang bersama Honda," katanya.

“Kemudian pada akhir 2015, saat saya kehilangan gelar (dikalahkan Lorenzo, dan lagi-lagi di Valencia). Namun, kesalahan sebenarnya adalah tahun 2006, saya bisa saja menang.”

Meski umur semakin bertambah, Rossi sama sekali tidak menutup peluang kontrak baru dan tetap balapan setelah 2020. Apalagi, dia mendapatkan dukungan penuh untuk terus membalap hingga usia 46 tahun.

"Sejujurnya, saya tidak tahu. Ini bisa jadi yang terakhir, mungkin tidak. Kita berbicara tentang bagaimana sesuatu akan selesai bahkan sebelum dimulai," ujarnya.

 

 

 

Video Populer

Foto Populer