Sukses


Curhat Marcus Rashford: Ungkapan Hati Setelah Kegagalan Penalti dan Rasa Bangga Berseragam The Three Lions

Bola.com, Jakarta - Penyerang Timnas Inggris, Marcus Rashford, menjadi satu dari tiga pemain The Three Lions yang mendapatkan kritik pedas dan berlebihan setelah kegagalan meraih trofi juara Euro 2020. Marcus Rashford pun menuliskan isi hatinya melalui akun media sosialnya dan berterima kasih kepada mereka yang memberikan dukungan kepadanya.

Marcus Rashford menjadi satu dari tiga pemain, selain Jadon Sancho dan Bukayo Saka, yang mendapatkan sorotan setelah kegagalan The Three Lions meraih trofi juara Euro 2020. Timnas Inggris kalah dari Italia dalam laga final yang digelar di Stadion Wembley, London, lewat drama adu penalti.

Setelah Inggris dan Italia bermain imbang 1-1 dalam waktu 120 menit dan pertandingan dilanjutkan dengan drama adu penalti, ketiga pemain tersebut masuk dalam daftar eksekutor yang dipilih oleh Gareth Southgate. Ketiganya merupakan pemain pengganti, dan khusus untuk Sancho dan Rashford, masuk pada menit ke-120 seakan-akan memang dipersiapkan untuk menjadi eksekutor.

Setelah Harry Kane dan Harry Maguire melakukan tugasnya dengan baik, Marcus Rashford menjadi eksekutor pertama yang gagal dalam momen tersebut. Kemudian berlanjut kepada Jadon Sancho dan Bukayo Saka yang juga gagal melakukan tugasnya sehingga Italia berhasil menjadi juara Euro 2020.

Kritik pedas dari berbagai pihak dialamatkan kepada tiga pemain tersebut. Bahkan tidak sedikit yang bersikap rasis dalam komentarnya di media sosial terhadap ketiga pemain tersebut. Namun, dukungan terhadap ketiga pemain tersebut juga hadir.

Seperti yang dirasakan oleh Marcus Rashford dan kemudian dituangkannya dalam sebuah postingan di akun Instagram miliknya. Marcus Rashford tak berhenti meminta maaf kepada rekan-rekan setimnya dalam ungkapan tersebut.

"Saya merasa telah mengecewakan rekan-rekan setim saya. Saya merasa seolah-olah saya telah mengecewakan semua orang. Penalti adalah satu-satunya yang diminta kepada saya untuk berkontribusi bagi tim. Saya bisa mencetak penalti dalam tidur saya, tapi mengapa tidak untuk yang satu ini?" ujar Marcus Rashford dalam penggalan curhatnya di media sosial.

"Semua yang bisa saya katakan hanya maaf. Saya berharap itu bisa berakhir berbeda, sembari saya terus meminta maaf kepada rekan-rekan setim saya," lanjut penyerang Timnas Inggris itu.

Video

2 dari 3 halaman

Rasa Bangga dan Terima Kasih untuk Dukungan yang Datang

Tidak hanya meminta maaf kepada rekan-rekan setim dan semua orang yang kecewa karena kegagalan Timnas Inggris menjuarai Euro 2020, Marcus Rashford juga mengungkapkan rasa bangga telah mendapatkan kesempatan berseragam The Three Lions.

Selain itu, ia juga mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada semua orang yang tetap memberikannya dukungan, termasuk orang-orang dari Withington yang memberinya dukungan baik lewat surat maupun melalui pesan yang ditempel di atas kata-kata ofensif di mural striker Inggris Marcus Rashford di dinding Coffee House Cafe, yang dirusak pagi hari setelah Inggris kalah di final Euro 2021.

"Saya bisa menerima kritik mengenai penampilan saya sepanjang hari, penalti saya yang tidak cukup bagus yang seharusnya masuk. Tapi, saya tidak akan pernah meminta maaf untuk siapa diri saya dan darimana saya berasal," ujar Rashford.

"Tidak ada momen yang lebih membanggakan daripada mengenakan lambang tiga singa di dada saya dan melihat keluarga saya bersorak di antara 10 ribu suporter. Saya memimpikan hari-hari seperti ini."

"Pesan yang saya terima hari ini sangat luar biasa dan melihat tanggapan di Withington membuat saya hampir menangis. Komunitas yang selalu merangkul dan menopang saya. Saya Marcus Rashford, 23 tahun, pria berkulit hitam dari Withington dan Wythenshawe, Manchester Selatan. Jika saya tidak punya apa-apa lagi, saya punya itu," tegasnya.

3 dari 3 halaman

Ungkapan Perasaan Marcus Rashford

Saya bahkan tidak tahu harus memulai dari mana dan saya bahkan tidak tahu bagaimana mengungkapkan perasaan saya saat ini melalui kata-kata. Saya mengalami musim yang sulit, saya pikir itu jelas bisa dilihat oleh semua orang dan saya mungkin menjalani pertandingan final dengan kurang percaya diri.

Saya selalu mendukung diri saya sendiri untuk mengambil penalti, tapi ada yang terasa tidak benar. Dalam perjalanan panjang ini, saya mendapatkan sedikit waktu, dan sayang hasilnya tak seperti yang saya inginkan. Saya merasa telah mengecewakan rekan-rekan setim saya. Saya merasa seolah-olah saya telah mengecewakan semua orang.

Penalti adalah satu-satunya yang diminta kepada saya untuk berkontribusi bagi tim. Saya bisa mencetak penalti dalam tidur saya, tapi mengapa tidak untuk yang satu ini?

Hal itu terus ada di kepala saya berulang-ulang sejak saya menendang bola dan mungkin tidak ada kata-kata yang cukup untuk bisa menggambarkan bagaimana rasanya. Sebuah pertandingan final, penantian 55 tahun, satu penalti, sejarah. Semua yang bisa saya katakan hanya maaf. Saya berharap itu bisa berakhir berbeda, sembari saya terus meminta maaf kepada rekan-rekan setim saya.

Musim panas ini telah menjadi kamp terbaik yang pernah saya rasakan dan Anda semua berperan dalam hal itu. Sebuah persaudaraan telah dibangun dan tidak bisa dihancurkan. Kesuksesan Anda adalah kesuksesan saya. Kegagalan saya adalah milik saya juga.

Saya berkembang dalam olahraga di mana saya berharap untuk membaca hal-hal yang dituliskan mengenai diri saya. Entah apakah itu warna kulit saya, tempat saya dibesarkan, atau yang terbaru, bagaimana saya memutuskan untuk menghabiskan waktu saya di luar lapangan.

Saya bisa menerima kritik mengenai penampilan saya sepanjang hari, penalti saya tidak cukup bagus, seharusnya masuk. Tapi, saya tidak akan pernah meminta maaf untuk siapa saya dan darimana saya berasal. Tidak ada momen yang lebih membanggakan daripada mengenakan lambang tiga singa di dada saya dan melihat keluarga saya bersorak di antara 10 ribu suporter. Saya memimpikan hari-hari seperti ini.

Pesan yang saya terima hari ini sangat luar biasa dan melihat tanggapan di Withington membuat saya hampir menangis. Komunitas yang selalu merangkul saya dan menopang saya. Saya Marcus Rashford, 23 tahun, pria berkulit hitam dari Withington dan Wythenshawe, Manchester Selatan. Jika saya tidak punya apa-apa lagi, saya memiliki hal itu."

Untuk semua pesan yang baik, terima kasih. Saya akan kembali lebih kuat. Kami akan kembali lebih kuat.

MR10

Video Populer

Foto Populer