Sukses


Jendi Panggabean, Sumpah Pemuda, dan Medali Paralimpiade

Bola.com, Sepang - Sosok Jendi Panggabean mencuri perhatian pada ajang ASEAN Para Games 2017. Perenang yang hanya memiliki satu kaki utuh tersebut tampil gemilang dengan menyumbangkan lima medali emas bagi Indonesia. 

Namun, raihan pada ASEAN Para Games 2017 belum membuat Jendi Panggabean berpuas diri. Perenang asal Sumatra Selatan tersebut justru tertantang menggapai prestasi lebih tinggi.

Semangat Jendi semakin terlecut saat momen peringatan Hari Sumpah Pemuda, Sabtu (28/10/2017). Menurut Jedi, Sumpah Pemuda merupakan lambang perjuangan dan kebangkitan pemuda dan pemudi untuk berjuang. Tentu saja, perjuangan Jedi bukan lagi dengan memanggul senjata, namun diwujudkan dengan menorehkan prestasi setinggi mungkin. 

"Tunjukkan pemuda dan pemudi Indonesia mampu bersaing di dunia. Pemuda sekarang juga harus kreatif, terbuka, dan bersemangat. Dunia semakin maju, pemuda dan pemudi Indonesia harus bisa mengantisipasinya," kata Jendi, saat dihubungi Bola.com

"Indonesia memang negara berkembang, tapi pemuda-pemudinya harus maju. Kami harus berjuang paling depan, kalau di sepak bola posisinya seperti striker, jadi di depan. Kalau saya sebagai atlet perannya ya memberikan medali setinggi-tinginya dan selalu berusaha membuat Indonesia Raya dinyanyikan di berbagai event olahraga di dunia," sambung Jendi. 

Sebagai atlet, Jendi telah memilih jalur perjuangannya sendiri. Tugas utamanya adalah mempersembahkan medali demi medali untuk Ibu Pertiwi. Jendi tak pernah main-main. Hal itu dibuktikan dengan tampil gemilang pada ASEAN Para Games 2017. 

Jendi bukan hanya menyumbang lima medali emas, tapi juga menjadi bagian dari kontingen Indonesia yang berhasil menjadi juara umum. Gelar tersebut menjadi pelipur lara setelah Indonesia hanya menempati peringkat kelima pada SEA Games 2017. 

Lalu, apa target Jedi selanjutnya? 

Perenang Indonesia, Jendi Panggabean (tengah), saat di podium ASEA Para Games 2017. (Istimewa)

Sama seperti atlet-atlet lain, impian terbesar Jendi tentu saja mengukir prestasi di kancah Paralimpiade, olimpiade-nya para atlet penyandang disabilitas. Jendi memang sudah pernah mencicipi berlaga di ajang bergengsi tersebut. Namun, masih ada misi yang belum tuntas. 

"Saya pernah ikut Paralimpiade, tapi hanya berpartisipasi, kalau impian pengin menyumbangkan medali. Semoga pada tahun 2020 bisa mewujudkannya," urai Jendi, yang mengaku sangat suka mencicipi berbagai jenis makanan tersebut. 

"Tapi yang utama fokus dulu ke ajang Asian Para Games. Persaingan di tingkat Asia pasti ketat, tapi masih ada waktu untuk berlatih selama satu tahun," imbuh Jendi. 

Menghadapi beberapa event besar tersebut, Jendi mengaku selalu teringat dengan pesan Presiden Joko Widodo. Pesan tersebut disampaikan saat Presiden menjamu atlet-atlet Indonesia setelah jadi juara umum ASEAN Para Games 2017. 

"Pesan Pak Presiden kami harus fokus. Saya kan sudah berprofesi sebagai atlet, punya tanggung jawab besar untuk bangsa dan diri sendiri. Jadi benar-benar wajib fokus, juga harus rela mengorbankan berbagai hal demi meraih prestasi," kata anak kedua dari empat bersaudara tersebut.  

2 dari 2 halaman

Demi Orang Tua

Saat ditanya resep selalu bersemangat mengejar prestasi, Jendi punya jawaban yang sangat menyentuh. Dia ingin membuat kedua orang tuanya selalu berhagia. Menurut Jendi, kebahagian tersebut sempat terenggut saat sang buah hati mengalami kecelakaan yang membuatnya kehilangan kaki kiri. 

Peristiwa pahit tersebut terjadi saat Jendi masih duduk di SD kelas VI. Dia mengalami kecelakaan tunggal sepeda motor di Muara Enim, Sumatra Selatan. Posisi Jendi sedang dibonceng oleh salah seorang temannya. Sang teman hanya mengalami patah tulang, sedangkan Jendi menghadapi kenyataan kaki kirinya hancur dan akhirnya harus diamputasi.

"Saat kehilangan kaki itu saya merasa menjadi orang gagal. Saya bukan memikirkan soal saya sendiri, tapi saya sedih karena melihat kesedihan orang tua saya," kenang Jendi. 

Tapi, Jendi tak terus menerus larut dalam penyesalan. Dia ingin mengembalikan senyum dan kebahagiaan di wajah kedua orang tuanya, pasangan Akmal Yasnudaya dan Misrawati. Bahkan, kalau bisa bahagia melebihi saat dirinya masih punya kaki lengkap. 

Saat duduk di bangku SMA, Jendi memutuskan untuk menjajal jadi perenang difabel. Dia memilih olahraga itu karena sebelum kehilangan kaki memang sudah bisa berenang.  "Awalnya karena pernah dengar ada olahraga renang untuk difabel. Terus nonton di TV sepertinya mudah," kenang Jendi. 

Ternyata, berenang dengan hanya satu kaki tak semudah yang dibayangkan Jendi. Dia benar-benar harus belajar keras supaya berenang dengan benar, sesuai standar atlet. 

Bahkan, demi menempa diri lebih keras, Jendi memilih berenang bersama perenang yang memiliki kaki normal. Awalnya ada rasa minder dan kurang peracaya diri. Tapi, perlahan Jendi mampu membuang semua pesimisme. Prestasi yang diidam-idamkan mulai sanggup diraih. 

"Ada momen yang tak pernah bisa saya lupakan. Bapak dan ibu saya menangis bahagia saat saya meraih meraih medali emas pada Peparnas 2012 di Riau. Mereka langsung memeluk saya. Akhirnya mereka kembali bahagia," ujar Jendi. 

Masih banyak impian yang ingin diraih Jendi, salah satunya kuliah. Namun, dia menunda dulu impian tersebut supaya fokus mengejar prestasi di kancah renang. Perenang kelahiran 10 Juni 1991 tersebut mengaku bukan tipe orang yang bisa mengerjakan dua hal besar sekaligus. Ambisinya saat ini masih berpusat mempersembahkan medali demi medali untuk Indonesia di berbagai ajang internasional. 

"Demi mewujudkan itu, saya rela menambah program latihan sendiri, kalau bisa disamakan dengan program latihan perenang normal." 

"Kalau muncul rasa jenuh dan malas, saya langsung ke kolam renang dan mengingat apa yang telah terjadi selama ini. Saya berusaha melawan rasa malas itu," tegas Jendi Panggabean, yang berharap janji pemerintah untuk mengangkat para peraih medali emas di ASEAN Para Games menjadi PNS benar-benar direalisasikan. 

 

 

Video Populer

Foto Populer