Sukses


ONE Championship: Cerita 4 Petarung Indonesia Terkapar di Kandang Sendiri

Jakarta - Walau empat atlet Indonesia harus menelan pil pahit dalam gelaran pembuka tahun ONE Championship melawan perwakilan negara lain, para penggemar dan penonton yang memenuhi stadion Istora Senayan di Jakarta, Sabtu (19/1/2019), memberikan penghormatan penuh atas perjuangan mereka di dalam ring.

Keempat petarung terbaik Indonesia ini berlaga dalam ajang ONE: Eternal Glory, dan semangat mereka tetap berkobar untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan berikutnya tahun ini.

Ajang yang dimulai dengan pertandingan antar atlet Indonesia dalam dua babak pembuka ini juga melahirkan bakat-bakat baru, yaitu Oscar Yaqut dan Aziz Calim. 

Kedua atlet ini menikmati kemenangan pertama mereka di Jakarta sebelum bersiap untuk tantangan-tantangan selanjutnya dari ONE Championship.

 

 

 

 

2 dari 5 halaman

Penampilan Sunoto dan Anthony Engelen

Sunoto (Bola.com/Peksi Cahyo)

Petarung asal Magelang, Sunoto, berhadapan dengan atlet asal Tiongkok Niu Kang Kang untuk mempertahankan kemenangannya tahun lalu. Tetapi, pria dengan julukan “The Terminator” ini harus menyerah hanya dalam waktu 31 detik dalam babak pertama setelah ia lengah dan menerima tendangan keras di dagunya.

Wasit segera menghentikan pertandingan setelah melihat Sunoto menghantam kanvas dan memberikan kemenangan TKO untuk Kang Kang. Sunoto pun harus ditandu untuk keluar dari ring, dan segera mendapatkan perawatan intensif dari tim medis ONE.

Anthony “The Archangel” Engelen, yang menutup gelaran preliminary round malam itu, juga harus tunduk pada keputusan wasit dengan kekalahan TKO. Petarung asal Indonesia-Belanda yang sempat meraih dua kemenangan berturut-turut hanya dalam selang waktu delapan hari ini terjatuh setelah menerima pukulan telak lawannya, Kwon Won Il. Sang wasit melihat Anthony yang menerima pukulan lanjutan diatas kanvas, sebelum akhirnya menahan Kwon dan menghentikan pertandingan.

Anthony, yang tampak tidak puas dengan keputusan tersebut, harus tetap menerima keputusan wasit yang memberikan kemenangan pada petarung asal Korea Selatan tersebut.

3 dari 5 halaman

Semangat Stefer Rahardian

Petarung Indonesia, Stefer Rahardian, memukul saat melawan petarung Filipina, Robin Catalan (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Ditemui setelah gelaran ONE: ETERNAL GLORY berakhir, Stefer “The Lion” Rahardian mengatakan bahwa ia tetap bersemangat walaupun hasil pertarungan tidak seperti yang diharapkan. Bagi dirinya, menang atau kalah adalah bagian tak terpisahkan dari sebuah pertandingan; dimana split decision yang menambah catatan kekalahannya menjadi tiga ini dianggapnya sebagai rejeki yang belum Tuhan berikan di awal tahun ini.

Menurut Stefer, sebagai seni bela diri campuran, MMA mencakup banyak sekali faktor sehingga kesalahan sekecil apapun bisa membuat pertarungan berubah.

“Saya bertekad untuk lebih memperhatikan lagi semua detil pertarungan; mulai dari entrance, gerakan, maupun kuda-kuda selama pertandingan,” katanya disela-sela sesi wawancara dengan media.

Bersama tim Bali MMA, petarung asal Jakarta ini melakukan evaluasi paska pertandingan; dengan kesimpulan bahwa kekalahan dalam split decision tidaklah fatal dan masih bisa diperbaiki. Kenyataannya, dukungan publik tuan rumah jelas menambah semangat "The Lion" dalam pertarungan pertama tahun ini.

Stefer merasa memiliki tanggung jawab lebih untuk membawa nama baik bangsa dan negara, dimana segala bentuk dukungan para penggemar MMA dan fans-nya adalah pemicu semangat bagi dirinya.

Ia mengakui bahwa hari-hari latihan jauh lebih berat daripada pertandingan di atas ring; dimana seorang atlet harus menghadapi berbagai lawan dengan beragam disiplin tanpa henti di sasana. Cidera lutut yang sempat dialaminya, terbukti tidak menjadi masalah sama sekali bagi Stefer, yang berada dalam kondisi dan semangat prima melawan Robin.

Satu hal yang dipuji Stefer adalah kultur sportsmanship atau sportifitas yang sangat tinggi di ONE Championship; dimana setiap atlet bertarung secara profesional di dalam arena, namun tetap berteman hangat di luar ring. Hal ini ditunjukkan "The Lion" setelah pertandingan di Jakarta, dimana ia terlihat berbincang akrab dengan Rene Catalan; kakak dari Robin, sekaligus lawan yang pernah mengalahkannya.

4 dari 5 halaman

Perjuangan Priscilla Lumban Gaol

Petarung Indonesia, Priscilla Hertati Lumban Gaol, saat melawan petarung India, Puja Tomar (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Setelah tiga atlet unggulan ini keluar dari ring, penonton hanya dapat berharap pada petarung wanita terbaik di Indonesia, Priscilla Hertati Lumban Gaol. Tetapi, “Thathie” pun harus mengakui keunggulan Puja Tomar dari India, yang sempat hampir mengakhiri pertandingan di babak pertama dengan pukulan bertubi-tubi yang dilancarkan saat menjatuhkan juara nasional wushu Indonesia ini.

Tetapi, saat itu Priscilla dapat bangkit dan bertahan sampai bel berbunyi untuk mengakhiri babak pertama. Kedudukan pun berubah pada babak kedua dan ketiga. Priscilla nampak mendominasi jalannya pertandingan, seraya melancarkan teknik kuncian yang beragam.

Beberapa detik sebelum akhir pertandingan, Priscilla mengerahkan segenap kemampuannya dan menjatuhkan Puja sebelum melancarkan rear-naked choke. Tetapi, teknik ini sayangnya tidak dapat mengakhiri pertandingan tersebut. Keduanya harus menyelesaikan pertarungan mereka dan menanti keputusan juri.

Para pendukung tuan rumah sempat bersemangat melihat petarung kesayangan mereka mampu menyelesaikan dua babak terakhir dengan baik, seraya berpikir bahwa juri akan memberikan kemenangan untuk Priscilla. Tetapi, kenyataan berkata lain. Hanya satu juri yang memberikan poin untuk “Thathie,” dan pertarungan malam itu harus berakhir dengan split decision untuk kemenangan Puja.

5 dari 5 halaman

Lahirnya Juara Dunia Baru

Dalam babak utama yang menampilkan perebutan gelar juara dunia ONE Strawweight antara juara bertahan Joshua “The Cyclone” Pacio dari Filipina dan penantangnya Yosuke Saruta, penonton dikejutkan dengan hasil yang diluar ekspektasi banyak orang.

Joshua, petarung yang bernaung di bawah Tim Lakay, diunggulkan untuk mempertahankan sabuk emasnya, namun ia tidak mampu mengungguli penampilan apik dari “Tobizaru.” Sabuk juara dunia ini akhirnya berpindah tangan dari Joshua, yang pertama kali meraihnya dalam sebuah pertandingan di Jakarta tahun lalu.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Video Populer

Foto Populer