Sukses


CLS Knights Putuskan Mundur Setelah Juarai ABL 2018-2019

Bola.com, Surabaya - CLS Knights tidak akan melanjutkan kiprah di ASEAN Basketball League (ABL) setelah menjuarai musim 2018-2019. Hal itu tidak lepas dari mundurnya Christoper Tanuwidjaja dari posisi managing partner. 

Pria yang akrab disapa Itop itu telah membina CLS Knights sejak 2007. Setelah 12 tahun dan ditutup dengan gelar juara, Itop merasa cukup. Dia memutuskan rehat dari dunia basket profesional karena ingin menikmati waktu bersama keluarga.

“Saya ingin berada di samping anak-anak saya saat mereka sedang tumbuh. Tidak terasa anak-anak saya sudah besar. Mengurus basket profesional sangat menyita waktu saya dengan keluarga. Kami perlu usaha sangat besar dan waktu yang panjang,” kata Itop berbicara soal keputusannya.

Sejumlah pemain CLS Knights sudah memutuskan untuk hijrah ke beberapa klub yang berkompetisi di Indonesia Basketball League (IBL). Tapi, beberapa juga masih disibukkan dengan agenda pelatnas timnas basket putra. 

“Pemain CLS Knights bebas pindah ke klub lain setelah kontraknya berakhir tahun ini. Awal 2017, atau saat main di ABL, kami seragamkan semua kontrak pemain sampai musim kedua tahun ini. CLS tidak bubar. Ada beberapa yang kontraknya habis, ada juga beberapa opsi,” ucap Itop.

“Cinta saya di basket. Saya tidak akan meninggalkan CLS. Jika CLS membutuhkan, saya siap bantu, asalkan jangan di manajemen tim profesional. Kalau nantinya kembali ke CLS, saya maunya sebagai penasehat saja,” imbuhnya. 

Jumlah kontestan ABL 2019-2020 sempat terancam berkurang karena mundurnya CLS Knights. Namun, hadir klub pengganti asal Taiwan, Fubon Braves, yang akan bersama sembilan klub lain dari Asia Tenggara dan Asia Timur. 

 

2 dari 2 halaman

Mundur dari IBL

CLS Knights juga tidak akan berkompetisi IBL 2019-2020. Pasalnya, mereka saat ini masih berbentuk yayasan, sedangkan syarat klub untuk mengikuti kompetisi tersebut harus berupa perseroan terbatas. 

Ketua Yayasan CLS, Ming Sudarmono, memahami keputusan Itop. Dia juga memastikan klubnya akan vakum terlebih dahulu dari kegiatan basket profesional.

“Kami akan hargai keputusan (mundurnya Itop) itu. Yayasan tetap melakukan pembinaan pemain basket. Tahun ini kita vakum dulu karena untuk mengelola tim profesional masih lihat keadaan karena membutuhkan finansial yang besar,” ungkap Ming.

“Saya mewakili yayasan, mengucapakan terima kasih, karena selama 12 tahun membina tim profesional kita. Terima kasih yang telah bekerja keras menghabiskan waktunya,” imbuh Ming.

Kendala yang dihadapi oleh CLS untuk kembali berkiprah di kompetisi basket profesional adalah kehadiran sponsor. Mereka butuh dana besar untuk tampil di kompetisi antarnegara. 

“Mungkin Pak Christoper bisa bantu mencarikan sponsor, teman atau siapa yang mau untuk meng-handle tim profesional. Tapi untuk yayasan, saat ini masih susah. Yayasan kami masih belum mampu untuk di tim profesional. Jadi perlu waktu lagi,” ujar Ming.

Video Populer

Foto Populer