Sukses


Kisah Kejayaan Indonesia Kawinkan Piala Thomas-Uber 1994 dan 1996

Bola.com, Jakarta - Indonesia sudah terlalu lama memendam kerinduan untuk kembali merengkuh trofi lambang supremasi bulutangkis beregu putra dan putri, Piala Thomas dan Uber. Penantian panjang tersebut harus segera dituntaskan, meskipun butuh perjuangan keras dan jalan berliku.

Faktanya, Indonesia masih menjadi negara tersukses di ajang Piala Thomas. Tim Merah Putih total mengoleksi 13 gelar. Posisi kedua ditempati China dengan 10 gelar, kemudian Malaysia menghuni urutan ketiga berkat torehan lima gelar. 

Tetapi, Indonesia sudah terlalu lama berpuasa gelar. Indonesia kali terakhir menjadi kampiun Piala Thomas pada 2002 atau 18 tahun silam.  

Kiprah Indonesia di Piala Uber tak seperkasa di ajang Piala Thomas. Tim Merah Putih baru tiga kali mencicipi titel Piala Uber. China menjadi negara tersukses di Piala Uber dengan raihan 14 gelar. Jepang membuntuti di posisi kedua, dengan koleksi enam titel. Indonesia baru menyusul di urutan ketiga. 

Paceklik gelar juara Indonesia di ajang Piala Uber bahkan berlangsung lebih lama.  Gelar tersebut kali terakhir mampir ke Indonesia pada 1996. Artinya, Indonesia sudah 24 tahun tak pernah lagi merasakan indahnya mendekap trofi Piala Uber. 

Lalu, kapankah prestasi puncak Indonesia di ajang turnamen beregu bulutangkis tersebut? Jawabnya, pada 1994 dan 1996. Pada dua penyelenggaraan tersebut, Tim Merah Putih berhasil mengawinkan gelar. Setelah itu, Indonesia gagal mengulangi prestasi serupa, bahkan hingga sekarang.

Lalu seperti apa perjalanan dan cerita heroik para pebulutangkis Indonesia pada masa keemasan di Piala Thomas dan Uber tersebut? Berikut kisahnya. 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

2 dari 3 halaman

Piala Thomas dan Uber 1994

Tim putra dan putri Indonesia melangkah ke ajang Piala Thomas dan Uber 1994 yang digelar di Istora Senayan, Jakarta, dengan memanggul beban tinggi. Saat itu, Indonesia sudah lama tak merengkuh gelar juara. Piala Uber kali terakhir direbut pada 1975, sedangkan Piala Thomas terakhir direngkuh pada 1984. Harapan publik terhadap para pahlawan bulutangkis Indonesia begitu tinggi. Hal itu tampaknya melecut para pemain yang dipercaya turun di ajang bergengsi tersebut.

Tim Uber Indonesia yang mengandalkan Susy Susanti, Meiluawati, ganda Eliza Nathanael/Zelin Resiana, dan Finarsih/Lili Tampi, serta pemain muda Mia Audina, benar-benar tampil mengesankan. Perjalanan tim putri Indonesia dimulai dengan memenangi tiga laga di penyisihan grup melawan Thailand (5-0), Denmark (3-2), dan mengalahkan Swedia (5-0). Gelar juara grup berhasil digenggam.

Pada babak semifinal, Indonesia berjumpa Korea Selatan. Susy Susanti, Lili Tampi/Finarsih, Yuliani Sentosa dan Mia Audina berhasil mengukir kemenangan. Hanya Elyza Nathanael/Zelin Resiana yang kalah di babak ini. Indonesia berhak melangkah ke final berkat kemenangan 4-1.

Tugas berat menanti Indonesia di partai final. Susy Susanti cs. berjumpa dengan favorit juara, China, yang melenggang ke final seusai mengalahkan Malaysia 4-1 di babak semifinal. Kekuatan China saat itu benar-benar menakutkan. Tim Negeri Tirai Bambu diperkuat pemain-pemain mumpuni seperti Zhang Ning, Hang Jingna, Ye Zhaoying, serta ganda Ge Fei/Gu Jun dan Chen Ying/Wu Yu Hong.

Pertandingan final berjalan sangat menegangkan. Susy berhasil menyumbangkan poin pertama bagi Indonesia. Keunggulan Indonesia melebar setelah ganda Finarsih/Lily Tampi juga menang. Tapi, China tak mau menyerah begitu saja. Mereka mampu menyamakan kedudukan setelah Han Jingna dan Gei Fei/Gu Jun berhasil menyumbangkan poin.

Beban berat dipanggul pemain muda, Mia Audina, yang harus memenangi laga kontra Zhang Ning untuk mengantar Indonesia merengkuh gelar Piala Uber. Beruntung, Mia berhasil menunaikan tugasnya dengan tuntas, meski harus melalui pertarungan ketat tiga set. Pertandingan dimenangi Mia dengan skor 11-7, 10-12, dan 11-4. Gelar Piala Uber kembali ke Tanah Air.

Kegemilangan tim putri diikuti para pebulutangkis putra Indonesia. Misi merebut gelar Piala Thomas 1994 dibebankan kepada Joko Supriyanto, Hariyanto Arbi, Ardy B. Wiranata, Hermawan Susanto, Ricky Subagdja, Rexy Mainaky, Bambang Suprianto, Gunawan, dan Deny Kantono.

Tanda-tanda keperkasaan Indonesia sudah terlihat sejak babak penyisihan grup. Tim Merah Putih berhasil menyapu bersih kemenangan dengan skor sempurna. Finlandia, China, dan Swedia semua dibabat dengan skor 5-0.

Di semifinal, Indonesia bertemu dengan Korea Selatan. Kali ini, Joko Supriyanto dkk. gagal menyapu bersih kemenangan. Indonesia melenggang ke final seusai mengalahkan Korea dengan skor 4-1.

Pertarungan super panas tersaji di babak final. Indonesia bertemu musuh bebuyutannya, Malaysia. Atmosfer di Senayan benar-benar panas. Dukungan publik di Istora mampu membakar semangat para pemain Indonesia. Kemenangan demi kemenangan mulus diraih, dimulai oleh Hariyanto Arbi yang mampu mengalahkan Rashid Sidek dalam dua set langsung. Selanjutnya pasangan Gunawan/Bambang juga menyumbang poin. Kemenangan Indonesia akhirnya dipastikan oleh Ardy B. Wiranata. Gelar Piala Thomas kembali ke pangkuan Indonesia.

Laga final ini diwarnai insiden sejumlah pelemparan barang oleh penonton ke lapangan. Buntutnya, pertandingan keempat dan kelima batal digelar karena suasana di Istora sudah tak kondusif. 

3 dari 3 halaman

Piala Thomas dan Uber 1996

Setelah memenangi Piala Uber 1994, Indonesia tak serta merta kembali difavoritkan pada ajang serupa dua tahun berselang di Hong Kong. Status favorit juara lagi-lagi disandang oleh China yang bermaterikan pemain-pemain papan atas. Sebut saja Ye Zhaoying (ranking 1 dunia), Wang Chen (7), Zhang Ning (9), Hang Jingna (4), Ge Fei/Gu Jun (1), dan Qin Yiyuan/Tang Yongsu (3).

Di sisi lain, motor andalan Indonesia, Susy Susanti, mulai menurun penampilannya, meski masih menduduki peringkat ketiga dunia. Pemain lain yang jadi tumpuan Indonesia adalah Mia Audina (11), Yuliani Sentosa (13), Meluawati (29), Lydia Djaelawijaya, Elyza Nathanael/Zelin Resiana (8), serta Lili Tampi/Finarsih (12).

Pada babak penyisihan, Indonesia bergabung di Grup A dengan China, Jepang, dan Rusia. Saat meladeni Jepang dan Rusia, Indonesia sukses menang telak 5-0. Namun, saat berjumpa China, Indonesia yang menurunkan Mia Audina sebagai tunggal pertama, dicukur dengan skor 0-5. Alhasil, Tim Merah Putih harus bertemu juara Grup B, Korea Selatan. Meski Korea lebih diunggulkan, Indonesia di luar dugaan menang dengan skor 4-1.

Partai final kembali mempertemukan Indonesia dengan China. Tapi, kali ini ceritanya berbeda. Indonesia kembali memasang Susy sebagai tunggal pertama. Hasilnya sungguh luar biasa. Pebulutangkis putri andalan Indonesia itu membayar kepercayaan dengan memenangi laga kontra Ye Zhaoying.

Sayangnya, kegemilangan Susy tak diikuti oleh Elyza/Zelin yang takluk saat meladeni Ge Fei/Gu Jun. Skor pun imbang 1-1.

Harapan juara kembali terbuka setelah Mia Audina tampil memesona pada partai ketiga kontra Wang Chen. Pengalaman tampil pada event serupa dua tahun sebelumnya, membuat permainan Mia bertambah matang. Pertandingan penting ini berhasil dimenanginya dua set langsung 11-4, 11-6.

Kemenangan Indonesia akhirnya disegel oleh pasangan Lili Tampi/Finarsih. Mereka mampu membalas dendam atas kekalahan kontra Qin Yiyuan/Tang Yongsu di babak penyisihan sekaligus memastikan trofi Piala Uber tetap bertahan di pelukan Indonesia.

Jika pada awal turnamen kans tim putri mempertahankan gelar Piala Uber diragukan, tak begitu di sektor putra. Indonesia yang diperkuat pemain seperti Joko Supriyanto, Ricky Subagja/Rexy Mainaky, Hariyanto Arbi, Gunawan/Bambang Supriyanto, dan Alan Budikusuma berstatus sebagai favorit juara.

Bergabung dengan China, Swedia, dan Inggris di babak penyisihan grup, Indonesia mampu menyapu bersih kemenangan. Inggris dan Swedia dicukur 5-0, sedangkan China ditundukkan dengan skor 3-2.

Pada babak semifinal, tim Thomas Indonesia berjumpa dengan Korea Selatan. Tapi, Tim Negeri Ginseng tersebut juga tak mampu membendung Ricky/Rexy dkk. Korea harus mengakui keunggulan Indonesia dengan skor 2-3. Kemenangan itu mengantar Indonesia berjumpa Denmark di partai puncak.

Partai puncak berjalan kurang ketat. Indonesia terlalu dominan bagi sang lawan. Indonesia menurunkan formasi pemain terbaiknya, sehingga Denmark ditaklukkan dengan skor sempurna 5-0. Trofi Piala Thomas dan Uber pun kembali dikawinkan dan tetap dalam dekapan Tim Merah Putih.   

Sumber: dari berbagai sumber

Video Populer

Foto Populer