Sukses


35 Kata-kata Keren Sir Alex Ferguson, Pembenci Kekalahan dan Pengusung Kedisplinan

Bola.com, Jakarta - Siapa yang mengetahui Sir Alex Ferguson? Di dunia sepak bola, dia adalah salah seorang yang paling disegani. Sir Alex Ferguson merupakan satu di antara petih-manajer paling sukses yang prestasinya telah diakui dunia.

Sir Alex Ferguson tak hanya memimpin tim meraih prestasi demi prestasi, tangan dinginnya juga melahirkan banyak pesepak bola andal.

Pria asal Skotlandia ini dikenal dengan kedisplinan semasa melatih. Manchester United menjadi klub tangguh di dunia seperti sekarang ini, satu di antaranya berkat kepiawaian Ferguson selama 27 tahun membesut klub asal Inggris itu, mulai 1986-2013.

Banyak pesepak bola merasakan sentuhannya. Tak hanya mengajari perihal teknis seperti halnya strategi, Sir Alex Ferguson juga jago memotivasi para pemain. 

Sir Alex Ferguson adalah sosok yang menarik, luar biasa, dan tak pernah takut untuk mengungkapkan perasaannya.

Ia terkenal dengan beragam ucapan yang membakar semangat juang pemain untuk bertempur sampai peluit tanda berakhir pertandingan dibunyikan. Ia juga mengajari pemainnya untuk selalu respek dengan tim lawan dan kalangan fans.

Kata-kata yang diucapkan Sir Alex Ferguson tak hanya mengena pada pemainnya saja. Banyak pesepak bola lain, dl luar pemainnya, yang secara tak langsung juga mendapat inspirasi maupun motivasi dari pelatih yang sukses mempersembahkan treble winner (Premier League, Piala FA, dan Liga Champions) buat Manchester United pada 1999 ini.

Ingin tahu seperti apa kata-kata Sir Alex Ferguson yang legendaris itu? Berikut kata-kata keren Sir Alex Ferguson seperti dinukil Bola.com dari Awaken The Greatness Within dan Goodreads, Jumat (12/6/2020).

2 dari 2 halaman

Kata-kata Keren Sir Alex Ferguson

1. "I do believe in fate".

(Saya benar-benar percaya pada takdir)

2. "I've never played for a draw in my life".

(Saya tidak pernah bermain untuk hasil imbang dalam hidup saya)

3. "You can't always come in shouting and screaming. That doesn't work. No one likes to get criticised. But in the football dressing room, it's necessary that you point out your players' mistakes. I do it right after the game. I don't wait until Monday, i do it, and it's finished. I'm on to the next match. There is no point in criticising a player forever".

(Anda tidak bisa selalu berteriak dan menjerit. Itu tak berhasil. Tidak ada yang suka dikritik. Namun, di ruang ganti sepak bola, Anda harus menunjukkan kesalahan pemain Anda. Saya melakukannya tepat setelah pertandingan. Saya tidak menunggu sampai Senin, saya melakukannya, dan selesai. Saya melanjutkan ke pertandingan berikutnya. Tidak ada gunanya mengkritik pemain selamanya)

4. "The best leaders tend to be missionaries rather than mercenaries".

(pemimpin terbaik cenderung menjadi misionaris daripada tentara bayaran)

5. "One of my players has been sent off several times. He will do something if he gets the chance, even in training. Can i take it out of him? No. Would i want to take it out of him? No. If you take the aggression out of him, he is not himself. So you have to accept that there is a certain flaw that is counterbalanced by all the great things he can do".

(Salah satu pemain saya dikeluarkan beberapa kali. Dia akan melakukan sesuatu jika dia mendapat kesempatan, bahkan saat latihan. Bisakah saya mengeluarkannya? Tidak. Apakah saya ingin mengeluarkannya? Tidak. Jika Anda menghilangkan agresvitas darinya, dia bukan dirinya sendiri. Jadi, Anda harus menerima bahwa ada kelemahan tertentu yang diimbangi oleh semua hal hebat yang bisa ia lakukan)

6. "I don't like losing".

(Saya tidak suka kalah)

7. "If my parents were still alive, they would be very proud. They gave me a good start in life, the values that have driven me, and the confidence to believe in myself".

(Jika orang tua saya masih hidup, mereka akan sangat bangga. Mereka memberi saya awal yang baik dalam hidup, nilai-nilai yang mendorong saya, dan keyakinan untuk percaya pada diri sendiri)

8. "Sometimes in football you have to hold your hand up and say, yeah, they're better than us".

(Terkadang dalam sepak bola kamu harus mengangkat tangan dan berkata, ya, mereka lebih baik dari kami)

9. "There is no room for criticism on the training field. For a player, and for any human being, there is nothing better than hearing 'well done'. Those are the two best words ever invented in sports. You don't need to use superlatives".

(Tidak ada ruang untuk kritik saat latihan. Untuk pemain, dan untuk manusia mana pun, tidak ada yang lebih baik daripada mendengar kata 'sangat bagus'. Itu adalah dua kata terbaik yang pernah ditemukan dalam olahraga. Anda tidak perlu menggunakan superlatif)

10. "I like to tell different stories, and use my imagination. But generally, it is about our expectations, their belief in themselves, and their trust in each other".

(Saya suka menceritakan kisah yang berbeda, dan menggunakan imajinasi saya. Tapi secara umum, ini tentang harapan kami, kepercayaan mereka pada diri mereka sendiri, dan kepercayaan mereka satu sama lain)

11. "Only true champions come out and show their worth after defeat, and i expect us to do that".

(Hanya juara sejati yang keluar dan menunjukkan nilai mereka setelah kalah, dan saya berharap kami melakukan itu)

12. "In the long run principles are just more important than expediency".

(Dalam jangka panjang, prinsip lebih penting daripada kemanfaatan)

13. "If I were running a company, I would always want to listen to the thoughts of its most talented youngsters, because they are the people most in touch with the realities of today and the prospects for tomorrow".

Jika saya menjalankan sebuah perusahaan, saya selalu ingin mendengarkan pemikiran anak-anak muda berbakat karena mereka adalah orang-orang yang paling berhubungan dengan kenyataan hari ini dan prospek untuk besok)

 14. "There's a reason that God gave us two ears, two eyes, and one mouth. It's so you can listen and watch twice as much as you talk. Best of all, listening costs you nothing".

(Ada alasan mengapa Tuhan memberi kita dua telinga, dua mata, dan satu mulut. Ini agar Anda dapat mendengarkan dan menonton dua kali lebih banyak dari yang Anda bicarakan. Yang terbaik dari semuanya, mendengarkan tidak membebani Anda)

 15. "For me, drive means a combination of a willingness to work hard, emotional fortitude, enormous powers of concentration and a refusal to admit defeat".

(Bagi saya, menggerakkan berarti kombinasi dari kesediaan untuk bekerja keras, ketabahan emosional, kekuatan konsentrasi yang sangat besar, dan penolakan untuk mengakui kekalahan

16. "Very often our victories were squeaked out in the last few minutes after we had drained the life from our opponents. Games, like lif, are all about waiting for chances and then pouncing on them".

(Sangat sering kemenangan kami raih dalam beberapa menit terakhir setelah kami menguras tenaga lawan kami. Pertandingan, seperti kehidupan, adalah tentang menunggu peluang dan kemudian menerkamnya)

17. "We had a virus that infected everyone at United. It was called winning".

(Kami memiliki virus yang menginfeksi semua orang di Manchester United. Virus itu disebut menang)

18. "I always felt that our triumphs were an expression of the consistent application of discipline".

(Saya selalu merasa bahwa kemenangan kami adalah wujud penerapan disiplin yang konsisten)

19. "Once you bid farewell to discipline you say goodbye to success".

(Begitu Anda mengucapkan selamat tinggal pada kedisiplinan, Anda mengucapkan selamat tinggal pada kesuksesan)

20. "You learn more from defeats than you do from victories".

(Anda belajar lebih banyak dari kekalahan daripada dari kemenangan)

21. "There's a lot of satisfaction that comes from knowing you’re doing your best, and there's even more that comes when it begins to pay off".

(Ada banyak kepuasan yang datang dari mengetahui bahwa Anda melakukan yang terbaik, dan ada lebih banyak lagi yang muncul ketika itu mulai membuahkan hasil)

22.  "The way to win battles, wars and games is by attacking and overrunning the opposing side".

(Cara untuk memenangkan pertempuran, perang, dan permainan adalah dengan menyerang dan menguasai pihak lawan)

23. "As you get older and more experienced, you start to think about how you allocate time".

(Seiring bertambahnya usia dan pengalaman, Anda mulai berpikir tentang bagaimana Anda mengalokasikan waktu)

24. "Don't lie, don’t steal and always be early".

(Jangan berbohong, jangan mencuri, dan selalu cepat)

25. "I had to lift players' expectations. They should never give in. I said that to them all the time: "If you give in once, you'll give in twice".

(Saya harus mengangkat harapan pemain. Mereka seharusnya tidak pernah menyerah. Saya mengatakan itu kepada mereka sepanjang waktu: "Jika kamu menyerah sekali saja, kamu akan menyerah dua kali)

26. "Watching others, listening to their advice and reading about people are three of the best things i ever did".

(Mengamati orang lain, mendengarkan saran mereka dan membaca tentang orang lain adalah tiga hal terbaik yang pernah saya lakukan)

27. "Advice often comes when you least expect it, and listening, which costs nothing, is one of the most valuable things you can do".

(Nasihat sering kali muncul ketika Anda tidak mengharapkannya, dan mendengarkan, yang tidak memerlukan biaya, adalah satu di antara hal paling berharga yang dapat Anda lakukan)

28. "One mark of a leader is his willingness to share information".

(Salah satu ciri seorang pemimpin adalah kesediaannya untuk berbagi informasi)

29. "The very best footballers were competing against themselves to become as good as they could be".

(Pesepak bola terbaik berlomba melawan diri mereka sendiri untuk menjadi sebaik mungkin)

30. "Sometimes defeats are the best outcomes. To react to adversity is a quality".

(Terkadang kekalahan adalah hasil terbaik. Untuk bereaksi terhadap kesulitan adalah kualitas)

31. "If you overemphasise opponents strengths, you just plant seeds of doubt in your players".

(Jika Anda terlalu menekankan kekuatan lawan, Anda hanya menanamkan benih keraguan pada pemain Anda)

32. "I never allowed my personal feelings about a particular player to cloud my judgement about what was best for the team".

(Saya tidak pernah membiarkan perasaan pribadi saya tentang pemain tertentu mengaburkan penilaian saya tentang apa yang terbaik untuk tim)

33. "When I selected the captain I was looking for four principal virtues. The first was a desire to lead on the field. The second attribute I wanted was someone I could trust to convey my desires, and the third was a person whom the other players would respect as a leader and whose instructions they would follow. I also wanted captains capable of adapting to changing circumstances".

(Ketika saya memilih kapten, saya mencari empat sifat utama. Yang pertama adalah keinginan untuk memimpin di lapangan. Atribut kedua yang saya inginkan adalah seseorang yang bisa saya percayai untuk menyampaikan keinginan saya, dan yang ketiga adalah orang yang akan dihormati oleh pemain lain sebagai pemimpin dan yang instruksinya akan mereka ikuti. Saya juga ingin kapten mampu beradaptasi dengan perubahan keadaan)

34. "You don't get the best out of people by hitting them with an iron rod. You do so by gaining their respect, getting them accustomed to triumphs and convincing them that they are capable of improving their performance".

(Anda tidak mendapatkan yang terbaik dari orang-orang dengan memukul mereka dengan batang besi. Anda melakukannya dengan mendapatkan rasa hormat mereka, membuat mereka terbiasa dengan kemenangan dan meyakinkan mereka bahwa mereka mampu meningkatkan performa mereka)

35. "As a leader, you don't need to be loved, though it is useful, on occasion, to be feared. But, most of all, you need to be respected".

(Sebagai seorang pemimpin, Anda tidak perlu dicintai, meskipun kadang-kadang berguna untuk ditakuti. Tapi, yang paling penting, Anda harus dihormat)

 

Sumber: Awaken The Greatness Within, Goodreads

Video Populer

Foto Populer