Sukses


Kumpulan Puisi Ibu, Menyentuh dan Penuh Rasa Sayang

Bola.com, Jakarta - Beragam cara bisa dilakukan untuk menunjukkan rasa sayang dan cinta kepada ibu. Satu di antara cara mengungkapkannya ialah melalui puisi tentang ibu.

Ibu merupakan sosok wanita paling berjasa bagi semua manusia di dunia. Semua orang terlahir dari rahim seorang ibu. Kurang lebih selama sembilan bulan ibu mengandung hingga akhirnya melahirkan.

Setelah itu, seorang ibu merawat sang buah hati hingga beranjak dewasa. Tak pernah ada keluh kesal dari seorang ibu selama merawat dan membesarkan anaknya.

Itulah mengapa, seorang anak wajib bersyukur karena telah mendapat kasih sayang dari seorang ibu. Beragam cara bisa dilakukan sebagai tanda syukur kepada ibu tercinta.

Kamu bisa menulis atau membaca puisi tentang ibu sebagai rasa syukur. Puisi tentang ibu yang menyentuh hati bisa mewakili perasaan.

Puisi tentang ibu juga bisa kamu jadikan doa agar ibu selalu dinaungi kebaikan dan diberikan kesehatan. Ada banyak puisi tentang ibu yang bisa kamu baca sebagai bentuk rasa sayang.

Berikut ini sajian kumpulan puisi ibu, seperti dilansir dari laman Jatikom dan Puisipendek, Kamis (6/8/2020). 

2 dari 14 halaman

Bundaku Sayang

Engkau selalu ada untukku…

Menemaniku dalam suka dan duka..

Menemani hari-hari ceriaku…Bunda……

Engkau selalu membimbingku...

Mengajariku untuk berakhlak mulia..dalam keseharianku….bunda ….

Engkau bagai malaikat bagiku…

Engkau juga sahabat bagiku…

Ketulusan yang ada dalam dirimu….

Membuat aku bangga pada dirimu Bunda…

Aku selalu menyayangimu

Jasamu tak akan pernah bisa terbalas oleh ku…

Namun aku akan berusaha menjadi anak kebanggaan mu…..

3 dari 14 halaman

Bunda dalam Cahaya

Dia wanita bernama cahaya

Hatinya memancar

Tergurat dalam doa-doa

Tangan kecilnya mengantar kami di gerbang cahaya

 

Dia berjalan dengan cinta

Dia berjalan menerjang luka

Bahkan dia menempuh tanpa

Batas rasa

 

Dia lah Ibu dari segala cahaya

Ibu dari semua luka kami

Ibu dari Jejak yang terukir

dalam tinta sejarah

4 dari 14 halaman

Maafkan Aku, Ibu

Akulah sang pengukir mimpi

Yang menghendaki pergi berasal dari sunyi

Yang hanyut oleh gelisah

Dan ditelan rasa bersalah

Ibu, kaulah matahariku

Terang dalam gelapku

 

Kau tuntun aku di jalur berliku

Yang penuh oleh batu

Ucapanmu bagaikan kamus hidupku

Aku berteduh dalam naungan doamu

Memohon ampunan darimu

 

Karena ridho Allah adalah ridhomu

Aku senang memilikimu Ibu

Karena engkau sinar hidupku

Kaulah kunci berasal dari kesuksesanku

Ibu, maafkan aku

5 dari 14 halaman

Ibuku Sang Penyabar

Kau sering bangunkan ku ketika subuh

Meski itu selalu tak membuat aku luluh

Kau selalu memanjakanku di pagi hari

Meski terkadang aku tak bersemangat

Kau selalu memberi sapaan hangat

Dengan senyum pagi, terbaiknya

Kadang aku sesekali acuh kepadanya

Namun ia selalu baik dalam bertutur kata

Kadang aku sesekali melawan perintahnya

Namun ia selalu sabar tiada batasnya

Dialah si penyabar itu

Dengan segala kekuranganku

Ia selalu menutupi itu

Aku sayang ibu

Maafkan semua kesalahan anak mu bu.

6 dari 14 halaman

Ibu

Ibu

Dadaku sesak

Rindu ini menghujam hati

Air mata terus berderai

Aku hanya ingin bertemu

Memelukmu sepajang waktu

 

Ibu

Hadir mu selalu ku nanti

Meskipun lewat mimpi

Aku hanya ingin bercerita

Setelah kau pergi aku tak lagi ceria.

 

Indrabs, 5 Mei 2020

7 dari 14 halaman

Ibuku Pahlawanku

Ibu engkau melahirkanku

dengan kasih sayang…

 

Ibu kau selalu ada

di sampingku maupun

di manapun..

 

Ibu kau berjanji

akan menemaniku

Ibu kau telah

melahirkanku

dengan taruh nyawa

 

Terima kasih Ibu

 

Anonim, 18 Februari 2020

8 dari 14 halaman

Dia...Mamaku

Kala itu purnama sempurna

Benderang cahayanya menyinari samudera

Kala itu seorang wanita menderita

Teriakkannya mengguncangkan nusantara

Demi buah cinta yang terindah

Dia meradang, dia mengerang dengan bangganya

Wahai dunia tau kah engkau

Siapa wanita yang terhebat itu

Dia….mamaku

 

Zakiyah Noer Islami, 27 September 2017

9 dari 14 halaman

Setitik Kebahagiaan

Ku dilahirkan dengan penuh perjuangan

Dibesarkan dengan kasih sayang

Dididik dengan cinta dan kelembutan

Karena itu…..

 

Sebelum semua pergi

Sebelum semua sirna

Sebelum semuanya berpulang

 

Aku ingin,

Memberikan

Setitik kebahagiaan

 

Kebahagian

Seperti yang pernah

Aku rasakan.

 

Terima Kasih Ibu

 

Vinnesya Akasyafa TheQueen Chacefia, 25 Agustus 2015

10 dari 14 halaman

Ibu Matahariku

Ibu…

Tanpa mu, aku tidak bisa lahir..

Tanpa mu, aku tidak bisa melihat dunia ini

dan tanpa mu, aku tidak bisa sebesar dan sekuat ini

 

Ibu…

Kau malaikatku…

Kau pahlawanku

dan kau matahariku

 

Ibu…

Aku tidak tahu harus berkata apa…

Terima kasih, itu tidak cukup

Membahagiakan mu, itu belum cukup

Aku sangat sayang padamu ibu…

 

Anonim, 9 Juni 2015

11 dari 14 halaman

Kerinduan

Gerimis bertaut membasahi tubuh

Rinainya jatuh menjadi tangisan di mataku

 

Rasa ini membeku…

Membatu mengingat kisah lalu

 

Saatku lincah nan lugu,

Waktu kecilku..

 

Biarlah napasku bercerita tentangmu

Bersajak indah memanggil namamu

 

Ibu..

Aku teramat merindukanmu

 

Aku rindu..

Rindu masa itu..

 

Rindu saat ibu menimangku..

Berbisik doa merajut sanubariku..

 

Semoga ibu di sana tersenyum bahagia selalu..

Doa anakmu yang selalu menyertaimu..

 

AsYourWish, 29 Mei 2015

12 dari 14 halaman

Ibu yang Hebat Untukku

Tuhan menciptakan ibu yang hebat. .

Ibu yang ngga pernah menua. .

 

Dia membuat senyumannya seperti cahaya . .

dan Dia menjaga hatinya seperti emas . .

 

Dalam matanya terpancar sinar bintang yang berkilau . .

Dalam wajahnya terdapat banyak bunga yang indah . .

 

Tuhan menciptakan ibu yang hebat . .

dan Dia memberi ibu itu untukku . .

 

Anonim, 11 Februari 2015

13 dari 14 halaman

Berjuang untuk Ibu

Bau rerumputan..

Mengantarkan pagi hening

Hening sangat

Hingga matahari mengeluarkan kekuatannya

 

Semua sinarnya bebas.. liar

Jalan panjang ini jadi terasa

Kadang berliku

Kadang curam

 

Namun aku terus berjuang

Demi masa depan dan ibuku

 

Anonim, 19 Januari 2015

14 dari 14 halaman

Kesunyian Ibu

Dahinya adalah jejak sujud yang panjang

Perjalanan waktu membekas di pelupuk matanya

Derai air mata di pipinya telah mengering

Tanpa sisa, tanpa ada yang menduga

 

Ia memilih jalan sunyi untuk bertanya

Hiruk pikuk untuk tersenyum di beranda derita

Menjerit saat lelap berkuasa

Berdoa bukan untuk dirinya

 

Denza Perdana, 30 Mei 2014

 

 

Sumber: Jatikom, Puisipendek

Video Populer

Foto Populer