Sukses


Bola Beli: Jersey Sepak Bola Merek Puma, Menyeruak di Tengah Market Nike dan Adidas

Bola.com, Jakarta Ada pameo yang mengatakan bahwa jika Nike dan Adidas masing-masing membentuk sebuah tim sepak bola, maka anggotanya adalah 22 pemain terbaik dunia berperingkat 1 hingga 22. Ya, dominasi pasar Nike dan Adidas di pasar peralatan olahraga, terutama dalam hal sponsorship jersey sepak bola klub dan timnas elite dunia, memang sedemikian kuatnya. Namun, ada anekdot lain yang juga mengatakan bahwa sisa pemain yang tidak masuk tim itu akan mengenakan jersey sepak bola Puma. Benarkah pabrikan asal Jerman itu ada di posisi ketiga?

Tidak ada yang tahu pasti soal perkembangan detil pangsa pasar apparel olahraga, apalagi untuk tiap detil alat akan ada dominasi yang berbeda. Misalnya di sepatu sepak bola yang dominan adalah merek A, sedangkan di sepatu futsal adalah merek B, sedangkan di jersey adalah merek C. 

Lebih detail lagi, terlepas dari kuatnya cengkeraman kuku Adidas dan Nike untuk mensponsori klub-klub elite yang pasar penggemarnya sangat besar di seluruh dunia, sebenarnya pasar jersey sepak bola tanpa bendera dan logo klub juga sangat besar. Jadi, bisa jadi Puma justru dominan di pasar jersey sepak bola netral ini, yang biasanya di-custom menjadi seragam klub sepak bola atau futsal amatir yang jumlahnya sebagai dasar piramida konsumen justru jauh lebih besar dari total deretan klub-klub elite dunia.

Untuk Puma saja, mereka hingga 2020/21 hanya mensponsori sebelas klub besar yang meliputi PSV Eindhoven, Newcastle, AC Milan, Dortmund, Crystal Palace, Manchester City, Marseille, Palmeiras, Moenchengladbach, Shakhtar Donetsk, dan Valencia. Sedangkan di level timnas produk berlogo kucing besar hitam itu menyokong tujuh tim elite semodel Italia, Islandia, Swiss, Austria, Maroko, Mesir, dan Uruguay. Angka ini masih lebih kecil jumlahnya bila dibanding puluhan pemain profesional yang Puma dukung. 

Sebanyak delapan nama di antaranya adalah figur pesohor seperti Sergio Aguero, Antoine Griezmann, Romelu Lukaku, Neymar, Marco Reus, Luis Suarez, David Silva, dan Vincent Kompany. Nah, di sini jelas terlihat pada bagian tengah dan dasar piramida pengguna jersey sepak bola akan lebih banyak lagi nama klub dan pemain amatir yang disebut. Kenapa Puma dapat menyeruak ke pasar ini?

 

 

2 dari 3 halaman

Aplikasi Pita Silikon ACTV

Dari sisi teknologi Puma ternyata kian mendekati para pemimpin pasar sedangkan harganya relatif lebih ekonomis. Kini jersey sepak bola Puma baik yang dibuat untuk klub dan fans, maupun yang dibuat tanpa identitas komunitas, memiliki bahan lentur skin tight fit yang dilengkapi teknologi sirkulasi udara canggih berkat apliasi pita ACTV di dalam jersey. 

Pita ACTV atau active band ini di sejumlah titik bagian dalam aktif menggenggam tubuh penggunanya sehingga bidang kelompok otot utama tubuh (punggung bagian atas, tulang belakang, bagian atas dada, dan kedua sisi tubuh) dapat memperoleh sirkuasi udara yang lancar sekaligus menopang gerak kelompok otot tersebut. 

Pita ACTV dibuat dari silicon yang berguna melakukan pijatan mikro yang memperlancar aliran darah serta mengurangi vibrasi otot sehingga potensi energi otot dapat dioptimalkan. Upaya untuk meniru penempatan pita ACTV dengan bahan murah sangatlah sulit karena produk-produk palsu justru cenderung membuat para pengguna mengalami iritasi karena gesekan kulit dengan pita berteknologi rendah itu. 

Material jersey Puma juga dicetak khusus sehingga pada bagian bawah lengan akan terdapat mikro panel yang membuat udara dapat mengalir lancar ke arah tubuh. Karena sejumlah kelebihan teknologi ini, jersey polos Puma bahkan kini banyak dipakai sebagai lapisan dalam pakaian olah raga atlet profesional, sebagai second skin, ketika mereka sedang jogging atau berlatih di gym.

 

 

 

3 dari 3 halaman

Teknologi Sama, Unggul di Harga

Teknologi laser cut kit juga diterapkan Puma dalam line up jersey sepak bola untuk timnas yang mereka dukung di Euro 2021. Fitur ini menghasilkan sejumlah lubang berdiameter dua milimeter di bagian atas depan dan belakang, serta bagian samping baju. Hasilnya, lagi-lagi pola aliran udara dan kemampuan jersey untuk membuat badan atlet mudah melepas panas menjadi maksimal. 

Pada sisi lain, teknologi di belakang pembuatan bahan jersey malah bersifat lebih fundamental lagi dan ini yang membuat reputasi Puma mirip Adidas dan Nike, dan meninggalkan para pesaing jauh di belakang. Nike punya Dri-FIT technology yang diklaim cepat melepas panas tubuh, sementara bahan unggulan Adidas adalah Adizero yang katanya 40% lebih ringan dari bahan jersey lainnya dalam keadaan basah sekalipun. 

Puma sendiri memiliki bahan dengan kemampuan Moisture-Wicking yang definisinya identik dengan sifat materi jersey Nike. Alhasil, dengan perbedaan tipis dalam hal teknologi dan perbedaan besar dalam harga, yang bisa mencapai Rp 350 ribu hingga Rp 500 ribu per baju, tidaklah heran bila Puma menjadi kuda hitam utama di pasar jersey sepak bola dunia. 

Jersey sepak bola klub dan timnas buatan Puma ada di kisaran harga Rp 740 ribu hingga Rp 1,6 juta untuk kategori asli, sedangkan untuk kategori replika (tampilan sama, tapi tanpa detil teknologi ACTV, Laser Cut Kit, dan Moisture-Wicking) rata-rata lebih murah 30%. Business Insider menyebut perbedaan besar dalam harga Nike, Adidas, dan Puma untuk kategori jersey sepak bola berteknologi tinggi adalah karena perbedaan agresivitas ketiga brand dalam melakukan kampanye marketing. Konon karena jersey sepak bola Puma paling adem-ayem di masalah promosi, kini sebagian pasarnya malah sudah tergerus produk Italia bernama Macron. 

Jadi, aspek apapun yang Anda kejar pembaca, entah itu soal teknologi atau keunggulan harga, Puma memang jadi merek alternatif terdepan, akan lebih baik lagi bila kita tidak membeli barang replika melainkan barang asli karena tokh harganya lebih pun lebih bersaing bila dibandingan dengan produk otentik buatan Adidas atau Nike. 

Video Populer

Foto Populer