Sukses


Kisah Lompatan Karier Anthony Ginting: Masih di Daftar Tunggu Indonesia Open pada 2015, Rebut Perunggu Olimpiade di 2021

Bola.com, Jakarta - Anthony Sinisuka Ginting membawa pulang medali perunggu dari Olimpiade Tokyo 2020. Dia menjadi tunggal putra pertama yang menyumbang medali Olimpoade setelah Taufik Hidayat (emas) dan Sony Dwi Kuncoro (peringgu) di Athena 2004. 

Berkat kontribusinya itu tim bulutangkis Indonesia merebut dua medali di Olimpiade Tokyo 2020. Satu medali lainnya dipersembahkan ganda putri, Greysia Polii/Apriyani Rahayu. Mereka mempersembahkan medali emas. 

Catatan sejarah itu menjadi kebanggaan tersendiri bagi Anthony Sinisuka Ginting. Dia bahkan tidak menyangka lompatan kariernya begitu pesat dalam waktu kurang dari 10 tahun.

Menurut Ginting, kesuksesan menggenggam medali Olimpiade itu sangat berarti besar bagi dirinya. Apalagi, medali itu didapat pada laga debutnya di ajang Olimpiade. 

"Pasti sangat berarti, apalagi debut juga. Jadi pasti senang bisa dapat medali. Semua atlet kan ingin berpartisipasi di Olimpiade, apalagi dapat medali pasti dua tiga kali lipat senangnya. Dan ini sangat berarti untuk saya pribadi, keluarga, dan Indonesia," kata Anthony, melalui rilis dari PBSI, Kamis (12/8/2021). 

Ya, bagi Ginting medali Olimpiade itu adalah lompatan besar dalam kariernya. Padahal pada 2015 alias enam tahun lalu, dia masih berada di daftar tunggu Indonesia Open. 

Padahal, dua rekannya di tunggal putra, Jonatan Christie dan Ihsan Maulana Mustofa saat itu sudah terkonfirmasi masuk. Di menit akhir Ginting akhirnya bisa ikut babak kualifikasi dan bahkan menembus babak perempat final.

Kurang dari 10 tahun setelahnya tiba-tiba bisa mendapatkan medali perunggu Asian Games 2018 dan Olimpiade Tokyo 2020. Bagaimana Anthony Sinisuka Ginting melihat lompatan karier tersebut?

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Peran Besar Pelatih

"Tidak menyangka tapi saya bersyukur karena saat masuk pelatnas, saya sempat bertemu dengan senior-senior macam Sony (Dwi Kuncoro), Simon (Santoso), Tommy (Sugiarto), dan Hayom (Dionysius Hayom Rumbaka) yang menjadi ujung tombak tunggal putra. Dari mereka saya banyak belajar," tutur Ginting. 

"Setelah itu, seperti sudah dibukakan saja jalannya karena akhirnya saya, Jonatan dan Ihsan dipercaya menjadi ujung tombak padahal di atas kami masih ada beberapa nama yang sebenarnya punya potensi. Dan semua tidak terlepas dari peran Koh Hendry (Saputra Ho) pelatih kami," imbuh Anthony Sinisuka Ginting. 

Pemain asal Cimahi, Jawa Barat, itu juga menceritakan cara sang pelatih menggemblengnya hingga bisa menjadi seperti sekarang. 

"Saat itu dilihat dari hal dan aspek apapun, saya, Jonatan dan Ihsan memang belum siap menjadi ujung tombak. Beruntung kami punya pelatih seperti Koh Hendry yang bisa mendorong untuk naik level. Kalau bisa dibilang ya sangat keras didikan dan latihannya dari fisik, mental, dan semuanya," tutur Ginting. 

"Karena kan memang harus cepat perkembangannya untuk bersaing di turnamen-turnamen level atas. Jadi waktu itu kami ditempa untuk tidak memikirkan menang atau kalah. Yang kami pikirkan adalah latihan dan pertandingan. Puji Tuhan sekarang sedikit-sedikit bisa sampai di titik ini," imbuh dia. 

Setelah meraih edali perunggu Olimpiade, Ginting tentu saja masih punya mimpi-mimpi lainnya. Apa saja? 

"Masih banyak yang mau dicapai! Ini Olimpiade saja baru perunggu, Asian Games juga perunggu. Saya masih mau lebih lagi. Bukan cuma di multievent tapi di seluruh turnamen yang saya akan ikuti. Mudah-mudahan saya bisa berkesempatan tampil di Olimpiade Paris 2024," tegasnya. 

Video Populer

Foto Populer