Sukses


    Timnas Brunei, Spesialis Juru Kunci yang Pantas Mendapat Respek

    Bola.com, Jakarta - Brunei Darussalam tercatat sebagai negara terkaya kelima di dunia menyusul kepemilikan ladang minyak dan gas alam yang luas. Namun, di kancah olahraga, terutama sepak bola, Brunei hampir tak mencatatkan prestasi apa pun di setiap ajang yang diikuti. Tak terkecuali di SEA Games.

    Timnas Brunei Darussalam yang dikirim untuk mewakili di cabang olahraga sepak bola nyaris "tak bersuara" di setiap edisi SEA Games yang diikuti. 

    Sejak SEA Games edisi 2001, Brunei selalu gagal lolos dari fase penyisihan grup dan status sebagai tim spesialis juru kunci melekat pada mereka.

    Brunei kalah bersaing dengan negara-negara, bahkan di lingkup Asia Tenggara (ASEAN) sekalipun. Jangankan menang, kalah tidak dengan skor besar atau jadi lumbung gol lawan, terbilang sudah menjadi catatan "bagus" buat Brunei.

    Selama ini Brunei memang kerap jadi bulan-bulanan lawan. Contoh terkini tentu di SEA Games 2019. Di penyisihan Grup B, Brunei sudah menelan tiga kekalahan beruntun.

    Tak sekadar kalah, karena dari tiga pertandingan itu, Brunei sudah kebobolan 16 gol tanpa memasukkan satu gol pun.

    Pada laga pertama, tim berjulukan Tabuhan Muda itu dihajar Vietnam 0-6, berikutnya dihabisi Thailand 0-7, dan pada laga ketiga kalah 0-3 dari Laos.

    Pada partai keempat, Selasa (3/12/2019), giliran Timnas Indonesia U-22 berpotensi pesta gol ke gawang Brunei. Kendati, pada pertemuan terakhir kedua tim, yakni di Grup K kualifikasi Piala AFC U-23 2020 (26/3/2019), Tim Garuda Muda hanya menang tipis 2-1.

    Timnas Indonesia U-22 dipastikan akan "mengamuk" setelah kalah dari Vietnam dan menjadikan Brunei sebagai sasaran selanjutnya. Selain dituntut harus menang, Osvaldo Haay dkk. juga wajib pesta gol demi mengejar keunggulan selisih gol Vietnam dan Thailand untuk menjaga asa lolos ke semifinal SEA Games 2019.

    2 dari 3 halaman

    Mengusung Target

    Di atas kertas, semestinya hal itu tak sulit buat Timnas Indonesia U-22. Brunei juga sudah sepenuhnya sadar dengan ancaman ini.

    Bahkan dalam setiap pertandingan yang akan mereka jalani melawan tim-tim yang "kelasnya" ada di atas mereka, potensi jadi lumbung gol senantiasa menganga lebar. Namun, setiap kali itu pula, Skuat Brunei tak gentar.

    Tanpa pemain-pemain yang populer di kawasan ASEAN sekalipun, mereka melangkah ke lapangan dengan keyakinan, tak minder dengan tim lawan manapun yang lebih tangguh. Tak ada kata menyerah sebelum bertanding, dan tak ada keinginan mundur sebelum peluit akhir tanda pertandingan usai dibunyikan.

    Sikap dan mental seperti itulah yang pantas mendapat respek dari setiap lawan. 

    Meski terkesan "kalahan", Brunei tetap memiliki target dalam setiap turnamen atau kejuaraan yang diikuti. Seperti di SEA Games 2019 ini. Sang pelatih, Amuddin Jumat, menuturkan ia ingin skuatnya memperbaiki setiap kelemahan dan meningkatkan kekuatan yang dimiliki.

    "Kami sudah menetapkan target dan apa yang harus kami lakukan sekarang adalah menjalani pertandingan demi pertandingan," kata Aminuddin Jumat, dikutip dari Brusports.

    3 dari 3 halaman

    Penghargaan AFC

    Sejatinya, sepak bola Brunei terus bertumbuh. Mereka giat menata sepak bola mulai level terendah demi mendapatkan bibit pesepak bola andal dan memiliki dasar olah bola yang benar, yang nantinya diharapkan bisa jadi tulang punggung tim nasional.

    Sebagai buktinya, pada Senin (2/12/2019), AFC mengganjar Asosiasi Sepak Bola Brunei (NFADB) dengan penghargaan AFC President Recognition Award for Grassroots Football (kategori Aspiring) dalam acara AFC Awards 2019 yang digelar di Hong Kong.

    Bukan tak mungkin, keseriusan Brunei membenahi sepak bola akan membuahkan hasil positif pada beberapa tahun mendatang. Di SEA Games 2019 ini saja, Brunei "berani" mengirim skuat muda. 

    Dari kuota 20 pemain, Aminuddin Jumat memboyong tujuh pemain berusia 19 tahun, satu pemain berusia 18 tahun, dan bahkan ada satu pemain berusia 16 tahun.

    Kendati, Tabuhan Muda tetap diperkuat dua pemain senior, yakni Adi Said (29 tahun) dan Nur Ikhmal Damit (26), serta satu-satunya pemain yang jadi sorotan; Faiq Bolkiah.

    Alhasil, menarik dinanti bagaimana jalannya pertandingan keempat Grup B mempertemukan Brunei kontra Timnas Indonesia U-22. Satu yang pasti, Skuat Garuda Muda tetap tak boleh memandang sebelah mata pada tim lawan karena mereka layak mendapat respek tinggi.

    Video Populer

    Foto Populer