Sukses


    Kisah Sedih 5 Pemain Top Penghias Bangku Cadangan di TSC 2016

    Bola.com, Jakarta - Ajang Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by IM3 Ooredoo memunculkan banyak pemain belia. Beberapa di antaranya penampilannya bersinar di pentas kompetisi kasta elite. Mereka pun jadi buah bibir penggemar sepak bola Tanah Air.

    Ambrizal Umanailo (Persija Jakarta), Ricky Kayame (Persipura Jayapura), Evan Dimas (Bhayangkara Surabaya United), Anis Nabar (Sriwijaya FC), Ryuji Utomo (Arema Cronus), serta Irsyad Maulana (Semen Padang), adalah deretan pemain belia yang grafik penampilannya tengah menanjak. Beberapa di antara mereka masuk radar pelatih Timnas Indonesia, Alfred Riedl, untuk dicobai kemampuannya dalam seleksi Piala AFF 2016.

    Kesempatan besar yang diberikan pelatih klub-klub kontestan TSC 2016 kepada pesepak bola hijau pengalaman buat berlaga di lapangan ikut berpengaruh terhadap menjamurnya bintang-bintang baru. Para pelatih tidak lagi terjebak nama-nama besar, yang sinar kebintangannya mulai kusam karena termakan usia.

    Pepatah hidup bak roda, yang selalu berputar berlaku di dunia sepak bola profesional Tanah Air. Di balik fenomena mencuatnya banyak rising star di TSC 2016, juga memunculkan fakta pahit tersingkirnya sejumlah nama pesepak bola top dari peredaran kompetisi.

    Sejatinya dari sisi usia mereka tak bisa dibilang gaek. Masih masuk kategori usia emas seorang pesepak bola. Beberapa di antara mereka jadi pelanggan Timnas Indonesia.

    Sebelum periode kisruh antara PSSI dengan Kemenpora, nama mereka bersinar lewat pencapaian prestasi secara individu atau level klub. Sayangnya begitu memasuki fase persaingan kompetisi sinar kebintangan mereka meredup.

    Alasan kenapa hal itu bisa terjadi bermacam-macam. Mulai dari masalah cedera hingga terpinggirkan karena style bermain tidak cocok dengan pelatih klubnya. Bola.com mencatat beberapa nama pesepak bola top yang jadi penghangat bangku cadangan atau bahkan tidak sama sekali masuk daftar line-up. Simak cerita sedih tentang mereka.

    2 dari 7 halaman

    Ramdani Lestaluhu (Persija Jakarta)

    Ramdani Lestaluhu mungkin tidak pernah membayangkan dirinya bakal lebih sering duduk di bangku cadangan. Ia tercatat sebagai salah satu pemain di skuat Piala AFF 2014. Gelandang sayap asal Tulehu, Maluku, tersebut jadi salah satu kartu truf saat Timnas Indonesia U-23 menjadi runner-up SEA Games 2011 dan 2013.

    Di Persija Jakarta, pada Indonesia Super League 2014 dan sejumlah turnamen yang diikuti Macan Kemayoran, posisi Ramdani di sektor sayap hampir tak tergantikan. Ia hanya absen jika cedera atau terkena hukuman kartu.

    Pada musim 2014 ia menjadi pemain paling produktif di tim dengan lesakan delapan gol. Petaka datang kala Persija beruji coba melawan Barito Putera jelang TSC 2016. Ramdani terkena cedera hamstring. Hampir dua bulan ia menepi dari lapangan.

    Ironisnya, saat dirinya sudah pulih 100 persen, kesempatan bermain tak juga diberikan Paulo Camargo. Pelatih asal Brasil tersebut lebih senang memainkan duet Ade Jatra serta Ambrizal Umanailo di kedua sisi sayap tim ibu kota. Di 11 laga yang dijalani Persija,Ramdani Lestaluhu baru turun menjajal lapangan di tiga pertandingan. Itupun sebagai pemain pengganti.

    Seusai duel melawan Persib Bandung, di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Bandung, Sabtu (16/7/16) ia berpamitan. Ia tidak ikut sesi latihan dengan timnya dan ikut bertanding di dua laga lanjutan melawan Persiba Balikpapan dan Madura United.

    Manajemen Persija berusaha merayu Ramdani Lestaluhu untuk tetap bertahan. Sang pemain masih emoh bergabung dengan rekan-rekannya. Ia kabarnya kecewa dengan Paulo Camargo.

    Bagi pemain kelahiran 5 November 1991 itu, jika nantinya benar pada putaran kedua TSC 2016 ia pindah klub, ini pengalaman terburuk kedua yang dialami sepanjang membela Macan Kemayoran. Sebelumnya pada 2013 ia terpaksa pindah ke Sriwijaya FC karena manajemen Persija tak punya cukup uang membayar permintaan kontraknya.

    3 dari 7 halaman

    Ian Kabes (Persipura Jayapura)

    Ian Kabes bagian generasi emas Persipura yang dilahirkan lewat tim PON Papua 2004. Bersama Boaz Solossa, Imanuel Wanggai, Korinus Fingreuw, Cristian Worabay, ia promosi ke tim utama Persipura pada Liga Indonesia 2005.

    Di bawah asuhan Rahmad Darmawan, Tim Mutiara Hitam jadi kampiun kompetisi, setelah mengalahkan Persija Jakarta pada laga puncak dengan skor 3-2 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan. Kabes terpilih sebagai pemain.

    Selepas itu Ian Kabes tak pernah terpisahkan dengan Persipura. Ia selalu jadi pemilihan utama pelatih-pelatih yang singgah di Tim Bumi Cendrawasih.

    Ivan Kolev, Irfan Bhakti, Raja Issa, Jacksen F. Tiago, hingga Oswaldo Lessa, deretan arstitek yang menyertakan nama Kabes di barisan starting line-up Persipura. Kesuksesan klub meraih tiga gelar juara ISL (2008-2009, 2010-2011, dan 2013) tak lepas dari peran Kabes, yang menjadi duet sehati Boaz Solossa di sektor sayap.

    Ian Kabes tipikal pemain pekerja keras yang amat disiplin. Tak pernah ada cerita buruk menyangkut pemain yang jadi sarjana komunikasi Universitas Cendrawasih tersebut.

    Saat Boaz Solossa berkelana ke Liga Timor Leste pada awal tahun 2016, Kabes menjadi kapten utama Persipura.

    Sayang, belakangan nama Kabes menghilang dari daftar pemain utama Persipura. Ia hanya sempat bermain di empat laga awal TSC 2014 sebelum akhirnya menepi karena cedera hamstring. Absennya Kabes sempat memusingkan pelatih, Jafri Sastra. Keseimbangan sayap Mutiara Hitam terganggu.

    Belakangan peran Kabes digantikan oleh Boakay Eddie Foday atau dua pemain lokal, Jailani Sibi dan Ricky Kayame. Hasilnya lumayan. Kondisi Kabes kini membaik namun ia kudu kerja keras untuk bisa kembali ke tim inti, karena pemain-pemain yang mengantikannya terlihat makin on-fire.

    Pemain kelahiran 14 Mei 1986 juga kudu kerja keras menyesuaikan style bermain dengan gaya Jafri Sastra berbeda dengan pelatih-pelatih sebelumnya. 

    4 dari 7 halaman

    Muhammad Taufiq (Persib Bandung)

    Muhammad Taufiq jadi salah satu pemain vital bagi Persib Bandung saat mengankat trofi juara Indonesia Super League 2014. Secara bergantian ia menjadi tukang jagal di lini tengah Maung Bandung bareng Hariono, Achmad Jupriyanto, dan Dedi Kusnandar.

    Menurut catatan statistik pemain kelahiran Tarakan, 29 November 1986 tersebut tampil di 25 pertandingan, baik sebagai pemain utama atau pengganti. Gaya bermain Taufiq disukai Djadjang Nurdjaman. Ia tak hanya kuat bertahan tapi juga bisa mengatur tempo serta menjadi pembagi bola yang ulung.

    Saat berlaga di Piala Presiden 2015 serta Piala Jenderal Sudirman 2015, M. Taufiq juga kebagian menit bermain yang tinggi. Situasi berubah kala Djanur lengser digantikan Dejan Antonic. Peran mantan pemain Persebaya Surabaya tersebut mengecil.

    Dejan lebih senang menempatkan Kim Jeffrey Kurniawan di posisi yang biasa ditempati Taufiq. Pesepak bola blasteran Jerman tersebut diplot berduet dengan Hariono. Sesekali Dejan memainkan David Laly saat menggeber sistem rotasi.

    Saat Robertino Pugliara peluang bermain Taufiq kian kecil. Jam terbang bermainnya berkurang draktis.

    Kepergian Dejan pasca kekalahan memalukan 1-4 dari Bhayangkara Surabaya United memberi harapan kepada Taufiq. Djadjang yang didapuk kembali menjadi pelatih diyakini akan memberi jam terbang bermain lebih banyak.

    Hanya saja sampai saat ini tak terbukti. Djanur yang fanatis dengan skema 4-3-3 lebih senang menempatkan trio Hariono-Robertino Pugliara-Kim Jeffrey.

    Tantangan lebih berat bakal dialami Taufiq jika nanti Dedi Kusnandar kembali pada putaran kedua TSC 2016. Dedi saat ini bermain di klub Malaysia, Sabah FA. Djanur mengklaim sang pemain mau kembali membela Maung Bandung pada putaran kedua.

    5 dari 7 halaman

    Syakir Sulaiman (Bali United)

    Nama Syakir Sulaiman menarik perhatian publik setelah meraih menghargaan sebagai Pemain Muda Terbaik di ISL 2013. Berbekal penghargaan tersebut gelandang serang asal Aceh tersebut mendapat undangan trial di klub Jepang, Venforet Kofu. Ironisnya begitu pulang dari Negeri Sakura, Syakir langsung menandatangani kontrak dengan Sriwijaya FC.

    Klub lamanya Persiba marah besar karena ia berjanji kembali ke Balikpapan seusai dari Jepang. Kasusnya sampai ke meja Komisi Disiplin PSSI.Syakir terkena larangan bertanding selama tiga laga, sebelum akhirnya bisa tampil penuh di ISL 2014 bersama klub barunya Sriwijaya FC.

    Di era Subangkit, sebagai pelatih Laskar Wong Kito, pemain kelahiran 30 September 1992 pelanggan posisi utama. Sayangnya, kiprah Syakir tak segemerlap saat membela Tim Beruang Madu.

    Situasi makin tak menguntungkan begitu Benny Dollo didapuk sebagai pelatih Tim Laskar Wong Kito. Syakir lebih banyak bermain sebagai pengganti. Selepas mengantar Sriwijaya FC menembus final Piala Presiden 2015, Syakir didepak.

    Ia merasa kecewa berat karena pemberitahuan dilakukan saat pendaftaran nama pemain di turnamen Piala Jenderal Sudirman ditutup. Jadilah ia menganggur tak memiliki klub.

    Syakir Sulaimanakhirnya pindah ke Bali United. Di tim baru ia berharap jadi pilihan utama. Ia terhitung pemain senior di Bali United yang dihuni banyak pemain muda. Di sejumlah turnamen hal itu terwujud. Indra Sjafri sering memainkan sebagai gelandang serang utama Laskar Serdadu Tridatu.

    Syakir terlihat bersemangat, ingin membuktikan kalau dirinya bisa bangkit kembali level permainan terbaik. Di pentas TSC 2016 situasi berubah. Kehadiran gelandang serang asal Brasil, Lucas Garcia Benetao, membuat Syakir tergerus dari posisi inti.

    Hingga pekan ke-11 kompetisi, Syakir baru tercatat lima kali turun ke lapangan. Beberapa di antaranya sebagai pemain pengganti.

    Di empat laga terakhir sang pemain tak pernah masuk line-up. Menjelang duel kontra Madura United pada Senin (25/7/2016) petaka terjadi kala Syamsir mengalami cedera pergelangan tangan. Ia bakal lebih lama lagi menghilang dari lapangan.

    6 dari 7 halaman

    I Gede Sukadana (Bali United)

    Gelandang Bali United, I Gede Sukadana, masuk daftar pesepak bola yang harus cedera panjang di awal perhelatan Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by IM3 Ooredoo.

    Setelah dua mantan rekannya di Arema Cronus, Dendi Santoso dan Cristian Gonzales patah tulang, Sukadana harus menderita robek ligamen lutut kiri saat melakoni pertandingan lawan Persipura Jayapura di Stadion Mandala, Jayapura,  (8/5/2016). Ia dipastikan absen minimal enam bulan.

    I Gede Sukadana terus berjuang menyembuhkan cedera lututnya agar bisa kembali bermain bersama Bali United. Sudah dua bulan, sang gelandang melakukan pengobatan baik dengan dokter tim maupun terapi. 

    Menurut dokter, Gede harus istirahat total selama tiga bulan penuh. Selanjutnya ia baru bisa menjalani latihan ringan. Enam bulan ke depan bukan berarti ia bisa langsung bermain. Butuh waktu untuk menghilangkan trauma. Ia pun pada akhirnya hanya akan lebih sering ada di bangku cadangan hingga kondisi kebugaran dan psikologisnya pulih.

    Buat Bali United absennya Gede terasa memukul. Pasalnya, kehadiran sang pemain di lini tengah amat sentral.

    Pemain kelahiran 18 Oktober 1987 meninggalkan Arema Cronus kembali ke kampung halaman karena ingin ikut membantu membesarkan nama Bali United. Sayang di musim perdana ia tak bisa banyak membantu karena cederanya ini. 

    7 dari 7 halaman

    Pemain Lain yang Menepi dalam Waktu Lama

    Selain empat nama di atas, ada pula sejumlah pesepak bola top yang sama sekali tak mencicipi persaingan keras TSC 2016. Mereka menepi karena cedera parah yang proses penyembuhannya makan waktu.

    Mereka antara lain Alfin Tuasalamony (Pusamania Borneo FC), Ahmad Bustomi, Dendi Santoso (Arema Cronus), serta Imanuel Wanggai (Persipura Jayapura.

    Alfin sudah setahun tak merumput. Ia mengalami patah kaki parah karena kecelakaan saat masih berstatus sebagai pemain Persija. Pemain alumnus program pelatnas jangka panjang SAD Uruguay dinilai sulit sembuh total.

    Menunjukkan rasa manusiawi, pemilik Pusamania Borneo FC, Nabil Husein, memberikan kontrak serta bantuan biaya pengobatan ke pemain multifungsi sebagai bek sayap dan gelandang bertahan, sekalipun tahu bahwa Alfin sulit bermain dalam waktu dekat. 

    Miris rasanya melihat kondisi Alfin yang baru berusia 23 tahun (kelahiran 13 November 1992). Jika dalam kondisi bugar Alfin yang pernah bermain di klub Belgia, CS Vise, disebut salah satu pesepak bola berbakat yang punya potensi memberi warna buat Tim Merah-Putih.

    Di sisi lain, tebasan keras gelandang muda usia Persipura Jayapura, Osvaldo Ardiles Haay menit ke-8 pada penyisihan Grup B Piala Bhayangkara 2016, di Stadion Kapten I Wayan Dipta  Gianyar, Bali (27/3/2016) lalu, membuat Ahmad Bustomi terpaksa absen lama.

    Ahmad Bustomi, saat menjalani perawatan cedera. (Bola.com/Iwan Setiawan)

    Bustomi disebut mengalami cedera meniscus atau gangguan di bagian bantalan sendi lutut. Ia memerlukan waktu minimal empat bulan untuk istirahat total.

    Cedera ini kambuhan. Namanya terpinggirkan dari Timnas Indonesia di Piala AFF 2014 karena kebugarannya bermasalah akibat cedera yang terjadi pada ISL 2014 silam.

    Buat Bustomi proses panjang penyembuhan cederanya terasa memukul. Di usia 31 tahun (kelahiran 13 Juli 1985) ia selayaknya masih bisa bersaing di level elite. Jikalau pulih nanti Bustomi harus berjuang keras bisa masuk posisi utama.

    Di lini tengah Arema kini ada Raphael Maitimo, Srdan Lopicic, Hendro Siswanto, yang tengah berada di level permainan terbaik.

    Kondisi mengenaskan juga dialami Imanuel Wanggai. Gelandang angkut air yang bertahun-tahun jadi nadi permainan Tim Mutiara Hitam kini sedang berjuang pulih dari cedera lutut parah.

    Gelandang berusia 30 tahun pada akhir Februari silam diputus kontrak oleh klub Timor Leste, Carsae FC. Selepas itu ia kesulitan mendapatkan klub.

    Persipura yang berbaik hati mau menampungnya. Belum jelas kapan pemain seangkatan Boaz Solossa itu bakal kembali mengecap harumnya lapangan.

     

    Video Populer

    Foto Populer